8 LETTERS

By cynthiaaama

11.4K 4.7K 16.2K

Kata orang takdir ada di tangan Tuhan. Jalan hidup kita sudah ditentukan. Kalau memang demikian, bukankah tak... More

PROLOG
CAST
SATU
DUA
TIGA
PERPISAHAN DENGAN TOKOH YANG TAK PERNAH ADA
EMPAT
LIMA
CAST pt. 2
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH

ENAM

383 129 991
By cynthiaaama

Vino kampret

P
P
Kamu dimana Va?

kafe
bolos
np?

Udh waktunya pulang
Buruan kemari
Apa mw aku jmpt?

y
blh

Oke
Share loc ya
See you :3
14.11
Read.

Vanilla menutup ponselnya setelah mengirimkan alamat. Pikirannya dibawa paksa pada peristiwa kurang mengenakkan di kediaman Bazzell. Suasana hatinya berubah buruk dalam durasi singkat hanya karena melihat nama sang pengirim pesan. Tapi gadis itu tak mau menunjukkan sisi lemahnya. Berulang kali Vanilla mencoba ikut andil dan memahami pembicaraan. Tapi nyatanya tak sepatah kata pun terdengar masuk akal. Seperti sekarang.

"Eh, gue pengin cerita nih. Lo ingat gak, Na, cowok yang beberapa minggu ini deket ama gue?" Hani menatap penuh harap kalau Mina mengingat sosok yang pernah ia ceritakan.

Sebentar berpikir, Mina menjentikkan jari. "Oh! Gue ingat! Yang agak item gitu kan anaknya?"

Sontak sebuah tisu mendarat di mulut Mina. "Item, item. Lo pikir arang item-item?! Itu mah manis namanya. Masa coklat Belgia disamain sama kayu gosong sih!" cerocos Hani tak terima.

Mina tak membalas. Dia sibuk menyingkirkan potongan tisu yang menempel di lidahnya.

"Terus? Kenapa? Lanjut dong!" sambar Laryssa semangat.

Hani berdeham singkat. "Dia itu orangnya baik banget. Kalau gue ada tugas dia selalu nawarin diri buat kerjain. Terus kalau di kantin, makanan gue selalu dibayarin. Dan yang paling sweet itu pas pulang gue dianter sama doi pake motor sambil pelukan. Kan, dedek gak kuat digituin."

Semua serempak berlagak mual melihat gelagat Hani yang terlampau alay. "Itu mah lo terkesan manfaatin dia, bukan romantis!" ketus Bella merasa ilfeel.

"Bodo amat lha. Pokoknya gue gak rugi."

"Tapi kalau dipikir-pikir, bener sih kata Bella. Kesannya lo kayak manfaatin dia buat menuhin keinginan lo gitu," sahut Quena, lalu mencicip strawberry milkshake yang ia pesan.

Baru hendak menyanggah ucapan Quena yang memihak Bella, Vanilla duluan bersuara. "Iya, bener. Lo kayak ngasih harapan palsu ke dia. Kalau gak suka mah gak suka aja. Gausah bertele-tele gitu. Ujung-ujungnya ntar lo malah digantungin."

Suasana mendadak lengang. Hani menautkan kedua alis keheranan. Bella menepuk jidat. Larysaa berdecak kesal. Mina masih sibuk dengan tisunya. Dan Quena mengembuskan napas kasar. Vanilla mengerjap beberapa kali lantaran merasa tersudutkan oleh reaksi mereka.

"Kenapa? Gue salah ngomong?"

Bella menghela napas, meraih tangan Vanilla dan memainkan jari mungilnya. "Lo ada masalah? Perasaan dari tadi lo ngomong gak ada yang nyambung. Kita ngomongin A lo tiba-tiba bilang Z. Pikiran lo berkeliaran kemana-mana. Iya, kan?"

Vanilla terdiam.

Kali ini Laryssa yang duduk di sampingnya angkat suara, "Diem berarti iya. Ceritain gih! Ada masalah apa?"

Lagi-lagi belum ada jawaban. Vanilla menunduk lesu, mengetuk-ngetuk lantai kafe dengan flat shoes yang ia kenakan. Tak ada yang salah dari perkataan Bella. Pikirannya memang berkeliaran pada kejadian tadi malam. Ucapan Jacob saat menaiki tangga tak kunjung lepas dari ingatannya. Dan keinginan itu kembali muncul. Keinginan untuk kabur dari rumah dan hidup bebas tanpa jeratan.

Masing-masing melempar tanda tanya, apa yang membungkam Vanilla. Sampai detik berikutnya spekulasi seseorang sukses memusatkan perhatian mereka. "Gara-gara Vino?"

Vanilla menepuk kedua telinganya bergantian. Mana tahu tersumbat dan dia salah dengar. Lantas balik bertanya, "Boleh diulang?"

Quena menelan salivanya susah payah. Merasa terintimidasi. "Gue nanya gara-gara Vino, ya?"

"Lo tau dari mana?"

"Ehm ... dulu kan kita sekelas."

"Iya, gue tahu. Tapi si Bella, Laryssa, Mina, sama Hani juga dulu sekelas sama gue. Tapi mereka gak kepikiran sama sekali soal Vino. Terus dari mana lo bisa ngambil kesimpulan begitu?"

Telapak tangannya mulai berkeringat. "G-gue gak tahu. Beneran gue cuman asal ceplas-ceplos tadi."

"Lo berani sumpah?" tantang Mina.

Quena mengulum bibir. Aliran darahnya sudah berdesir dari bawah ke atas. Bola matanya terus berputar tak tentu arah. Dia tak berani bersumpah berdasarkan kebohongan. Sudah berpotensi masuk neraka malah nambah dosa pula, pikirnya.

Sepuluh detik berlalu sia-sia, akhirnya sepintas ide muncul di benak Quena. "Dari dulu gue diajarin sama bunda gak boleh sumpah-sumpah. Dosa katanya. Lagian, perasaan tadi yang mau diinterogasi Vanilla, kan? Kok jadi gue?"

Vanilla tertawa hambar. Siapa yang menduga ada otak licik di balik tampang sepolos bayi. "Kurang asem lo. Malah main bawa-bawa gue."

Sejujurnya Bella masih curiga. Tapi bila mengungkit perihal Vanilla, urusan Quena mungkin bisa dibahas lain waktu. "Yaudah, lain kali aja ngurus dia. Urus curut ini aja belum beres." Bella melirik Vanilla sekilas.

Lagi-lagi gadis itu tak terima. "Kok gue yang disalahin terus?"

"Yaudah, deh. Gue interogasi lo nanti aja. Sekarang Vanilla dulu. Gausah pura-pura bego lo! Buruan cerita!" seru Mina.

Dalam hati Quena memekik kegirangan. Sampai-sampai tak sadar Vanilla tengah menatapnya tajam. Sebelum mencapai gilirannya, dia bisa saja pamit pulang duluan. Pintar, kan?

Kembali pada Vanilla. Gadis itu mulai menimbang-nimbang ingin bercerita atau memendamnya sendiri seperti yang selama ini ia lakukan. Vanilla terlalu terbiasa sendirian. Menyimpan keluh kesahnya diam-diam dan berakhir terisak tanpa suara. Kehadiran Vino nyatanya tak mengubah banyak hal. Vino tak bisa menghadirkan rasa nyaman yang ia mau, seperti Angkasa dulu.

Ah ... jadi teringat mantan, kan.

Bella mengibaskan tangan di depan wajah Vanilla, mengenyahkan lamunannya. "Malah melamun. Cepetan cerita atau kita berlima cuekin lo," ancam Bella serius.

Baiklah. Vanilla mendadak lemah kalau sudah diancam menjauh darinya. Lagi pula bercerita sedikit mungkin bisa membuatnya merasa lega. Vanilla menegakkan punggung, menatap satu per satu manusia di depannya. "Tolong jangan teriak kalau gue udah cerita. Gue ... ehm ... dijodohin sama Vino."

"Setan."

"Babi."

"Asu."

"Kambing."

"Bekicot."

Masing-masing mengeluarkan jurus umpatan andalannya.

Vanilla terkikik geli. "Gue lanjut, ya. Semalam gue diundang makan malam di rumah Vino. Bokapnya keluar nyambut gue. Setelah ngobrol-ngobrol singkat akhirnya kami diajak masuk. Tapi bokap gue tiba-tiba keingat mobilnya baru dicuci. Berhubung udah mendung, bokap minta izin buat pinjem garasi. Selagi bokap gue ngurus mobilnya, gue sama abang diajak masuk duluan. Entah kenapa pas lagi jalan, gue ngerasa ada yang ngerangkul punggung gue. Ya otomatis gue langsung was-was. Apalagi yang megang om-om. Gue berusaha gak kelihatan gak nyaman dengan geser pelan-pelan deketin abang. Tapi abang gue emang kampret, gak ada peka-pekanya. Terus bokapnya Vino bisikin sesuatu. Katanya kalau pernikahan gue sama Vino diadakan dua bulan ke depan gimana? Bertepatan setelah waktu kelulusan. Gue tahu niatnya cuman bercanda, tapi gue keburu paranoid sendiri. Jadi gue—"

"Terus lo kepikiran hingga detik ini makanya lo gak konsen sama kita, iya?" potong Bella cepat. Vanilla mengangguk samar.

"Lo ...," Hani sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "Lo gak baik-baik aja, kan?"

Gadis itu menggeleng cepat. "I'm totally fine. Don't worry. It's not that bad." Ia tersenyum miris.

Andai mereka tahu, padanan kata tersebut tak lebih dari pada dusta. Vanilla merutuki jalan hati dan bibirnya yang tak pernah seirama.

~•^Δ^•~

Seperti kata pepatah, memecahkan rumus Fisika jauh lebih mudah ketimbang memecahkan jalan pikirnya wanita. Rumit, gak ada jalan keluar, pada buntu semua. Dan ada pula pepatah lain yang mengatakan, suasana hati seorang wanita itu ibarat kayak naik roller coaster. Nukik sana nukik sini. Seperti Vanilla misalnya.

"Udah ya, Va? Jangan ngambek lagi."

"Ini udah kedua ratus lima puluh tujuh kalinya lho aku minta maaf."

"Pengen es krim gak?"

"Senyum dong. Nanti cantiknya hilang tahu."

"Udah lha marahannya. Gak capek apa diam mulu?"

Sepanjang perjalanan, Vino tak henti-hentinya berkomat-kamit membujuk Vanilla. Dia sudah kehabisan ide mengatasi emosi cewek itu yang gampang naik-turun. Hingga detik ini pun Vanilla masih enggan berpaling menatapnya. Separah itukah memotong pembicaraan kaum hawa? Mungkin setelah ini ia harus mampir ke toko buku guna membeli kamus bahasa wanita.

"Va, mau sampai kapan sih diem terus? Kamu gak capek diem aku yang capek nih bujukin kamu terus."

Vanilla spontan menoleh dengan sorot mata tajam. Hikmah yang bisa Vino petik detik ini juga : Jangan sekali-kali kelepasan meninggikan intonasi bicara pada wanita.

"Yaudah lo diem anjir!" semprot Vanilla.

Di satu sisi Vanilla kesal karena cowok ini mengomel layaknya lebah minta kawin. Berisik. Dan di sisi yang lain kekesalannya bertambah dua kali lipat karena kedatangan Vino di waktu yang kurang tepat. Sayang sekali ia harus melewatkan cerita Bella yang hampir mencapai klimaks dan pergi meninggalkan kesan buruk. Lama-lama Vanilla bisa mati perawan efek terus-terusan emosi.

"Lagian lo ngapain sih pengen cepat pulang? Kalo gitu mending lo gausah jemput gue tadi. Gue masih mau denger cerita Bella! Tau ah, capek gue berurusan sama ketek onta."

Untuk kesekian kalinya Vanilla menolehkan pandangan ke samping jendela. Setidaknya menatap lalu lalang kendaraan tidak membuat darahnya mendidih.

Terdengar helaan napas yang meluncur resah. Jika tahu akibatnya begini sudah pasti Vino enggan menjemput Vanilla apalagi memaksanya pulang cepat. Bukan tanpa alasan ia bertingkah menyebalkan. Akan ada jadwal makan malam bersama rekan kerja ayahnya nanti malam, dan ia dituntut sudah harus siap sebelum matahari terbenam. Banyak yang perlu dipersiapkan seperti memilih pakaian yang peningnya minta ampun, mandi kembang tujuh rupa, menata jambulnya yang menukik tajam, dan lain-lain untuk menyempurnakan penampilannya malam ini.

Cewek memang ribet.

Melalui persimpangan terakhir rute menuju rumahnya, kedua mata Vanilla sontak berbinar. Tak jauh dari sudut jalan, ada acara bazaar yang diadakan di lapangan kosong. Aneka macam jajanan dan minuman ringan terpampang rapi menanti pembeli. Vanilla juga menangkap beberapa stan berisi pakaian wanita. Rasa-rasanya ia ingin segera turun dari mobil yang sedang berjalan dan mengambil setiap barang yang ada, tanpa pikir panjang ia bisa saja terlindas mobil.

Seketika ide jahil melintas di benaknya. Vanilla bergegas memposisikan diri menghadap Vino yang nampak frustasi. "Woi kunyuk! Lo pengen gue maafin, kan?"

"Pengen lha!" Vino senang bukan main. Jarang-jarang Vanilla memberinya peluang dengan sukarela.

Namun sayang hal itu tidak berlangsung lama ketika tatapannya mengikuti arah telunjuk Vanilla. "Bawa gue ke sana. Sekarang. Habis itu gue maafin. Oh ya, sekalian ditraktir biar dimaafinnya makin cepat."

Mobil berhenti di sisi jalan. Vanilla sudah bersemangat ingin berlari keluar saat Vino tiba-tiba bilang, "Gak bisa, Va. Malam ini aku ada acara makan malam sama rekan kerja ayah."

Lagi-lagi Vanilla harus mengurungkan harapannya. "Ck. Yaudah lo sendiri yang minta gue cuekin satu minggu."

Vanilla kembali pada posisi sedia kala, bersandar menatap jendela dengan bibir terkatup rapat. Sekilas Vino membaca spanduk besar yang tertera di pintu masuk bazaar. Acaranya berlangsung selama tiga hari mulai dari jam sepuluh pagi sampai jam enam sore. Tangannya sontak mengepal kuat mengetahui masih ada kesempatan.

Vino memalingkan wajahnya memperhatikan Vanilla yang cemberut. "Acaranya sampai besok, Va. Sehabis kuliah nanti besok kita ke sana. Oke?"

Tak sampai sedetik Vanilla balik tersenyum puas. "Oke. Janji ya?"

"Janji sayang."

"Sayang gundulmu."

Vino terkekeh. "Aku beneran sayang kok sama kamu."

~•^Δ^•~

"Nape lo? Kesambet? Dari tadi senyam-senyum sendiri," cibir Marco heran melihat adiknya kesemsem gak jelas.

Vanilla berdecih. Tapi tetap menampilkan wajah sumringahnya. "Besok gue ke bazaar. Lumayan, barang gratis."

"Gak ada sejarahnya produk bazaar gratis."

"Ada, kalau dibayarin."

"Sama?"

"Vino kampret."

Mendengar nama cowok itu disebut, Marco semakin gencar menggoda Vanilla yang berbaring di ranjang. "Ciahhhh! Katanya gak bakalan jatuh cinta tapi besok jalan bareng. Emang ya. Cewek-cewek itu pada munafik. Beda di mulut beda di hati. Cih!"

"Eh, lo kalau gak tahu apa-apa diem aja! Ada kronologisnya tahu!" sewot Vanilla jijik. Seumur hidup ia tak akan menyukai cowok menyebalkan itu.

"Oh ... ada kronologisnya? Coba ceritain abang pengen denger." Marco sengaja mencondongkan telinganya.

"Males. Ujung-ujungnya lo bakal goda gue juga kalau gue cerita," balas Vanilla menatap datar.

Marco tak langsung menjawab, malah berdiri, lalu berjalan keluar ruangan. Duduk di sudut ranjang terlalu lama membuat pantatnya kebas. Sebelum benar-benar pergi, Marco menyempatkan diri berkata, "Yaudah. Semoga lancar kencannya besok, Nyonya Bazell."

Nyaris sebuah kotak tisu mendarat di kepalanya kalau ia tidak cepat-cepat kabur. Vanilla mendengus sebal. Tiada sehari pun abangnya itu berhenti menganggunya.

Vanilla beralih menggapai ponselnya yang berbunyi di atas nakas. Membuka percakapan di grup yang mendadak ramai.

Cabe berkualitas

Honeymoon
yuhu~~
gw punya kabar gembira nih

Bellainmantan
kabar gembira utk kita semua

Minanjing
kulit manggis kini ada ekstraknya

Quenaena
mastin hadir dan rawat tubuh kita

Vanilla sempat tertegun membaca nama pengguna Quena yang diundang beberapa jam yang lalu. Benar kata orang. Jangan menilai buku dari sampulnya.

Vanillaaiskrim
jadikan hari ini hari mastin
btw gue salfok nama lo njir @Quenaena

Laryssapi
baru mau gue lanjut udh lu potong

Quenaena
wkwkwk
otak gue gak sepolos itu qaqa

Bellainmantan
akhlak left the chat

Quenaena
akhlak siapa?

Minanjing
skrg gue ngerti perbedaan bego sm polos

Honeymoon
unbelievable

Vanillaaiskrim
muka bebelac otak mesum

Laryssapi
pen hujat tp takut dosa

Quenaena
aku kuat dihujat :)

Honeymoon
diem dulu anjir
gw pgn ngomong serius

Bellaianmantan
apaan?

Minanjing
palingan soal coklat Belgia

Quenaena
^2

Laryssapi
^999

Vanillaaiskrim
ngmg apaan?
awas kalo gak serius

Honeymoon
malam ini gw terbang
ke singapur

Minanjing
hati"
feeling gue gak enak

Honeymoon
setan

Bellaianmantan
safeflight

Laryssapi
aman terbang

Vanillaaiskrim
safeflight (2)
kok tiba"?
jam berapa?

Quenaena
safeflight
mau dianter?

Honeymoon
ada abang sepupu gue nikah dsn
gatau juga
pulang" taunya udh disuruh kemas"
trus lgsg capcus ke airport
penerbangan jam 10
gausah elah
udh malem lagian

Quenaena
yaudah deh
oleh" ya hehe

Bellainmantan
^2

Minanjing
^3

Vanillaaiskrim
^4

Laryssapi
^6969

Honeymoon
iya santuy
sultan beliin semua

Vanilla terkekeh melihat pesan terakhir sebelum keluar dari ruang obrolan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh tepat, saatnya mandi. Jangan sampai Collisius mendapati putri bungsunya jorok kelewat mampus.

Continue Reading

You'll Also Like

5.5M 293K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
6.6M 334K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
337K 23.8K 32
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
4.9M 180K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...