Gadis Misterius (PROSES REVIS...

By Ishikawa_Azari

3.1K 266 49

Kematian adalah akhir. Jika kematian telah menyapa, maka berakhirlah kehidupan. Namun, beberapa dari mereka y... More

Akhir
Sirna
Dia yang sekarang telah tiada
Arwah
villa
ditaksir Kuntilanak
Teror penelepon jam 00.00
Mimpi
Murid Baru
Patung
Misteri kematian murid kelas sebelah
Ganjil
Misi B
Hukuman
Rumah Bekas Pembantaian
Robot Tikus
Rumah No 13
Siapa gadis itu?
Keluarga Palsu
Ada Lili di belakangmu!
Truck Tak Bersopir
Hari Terburuk
Kuntilanak Menangis
Bumi Perkemahan
Rencana Dimulai
Naura Bukanlah Manusia
Sharla
Flashback Aliando
Flashback Gian
Zombie?
Buku Naura
Mencari Adik Naura
Teror
Lala Syaharanny
Semua demi teman
Semua telah berakhir
Penyesalan yang Telah Terpenuhi

Kuntilanak Bertindak, Cinta Ditolak

48 4 0
By Ishikawa_Azari

"Aaaa...! Kuntilanak!" jerit Andi tatkala ia menemukan sesosok wanita tengah berdiri di belakangnya. "Lo, kuntilanak brengsek! Ngapain lo di sini?!" tanya Andi. Namun, kuntilanak yang selama ini selalu menggangunya itu tidak menjawab. Ia mematung dan membungkam seribu bahasa. "Argh, hidup gue kok begini amat dah!"

Andi tak menghiraukan keberadaan wanita kuntilanak itu dan memilih untuk segera pergi dari tempat itu. Lalu, Ia mendorong mobil tersebut.

"Pergi lo, kuntilanak rese!" titah Andi ketika ia telah mendorong mobil sejauh satu meter.

Kuntilanak itu masih membungkam. Lalu, ia menghilang begitu saja. Lantas, Andi pun merasa sedikit senang karena akhirnya kuntilanak itu menurut. Andi pun kembali mendorong mobil tersebut.

Alangkah terkejutnya Andi tatkala ia melihat kuntilanak yang sama tengah duduk santai di dalam mobil. Sontak, kemarahan dan kekesalan Andi pun melonjak.

"Woy, kuntilanak rese! Keluar lo dari mobil gue sekarang!" titah Andi sambil mengetuk-ketuk kaca jendela mobil.

Kuntilanak tersebut masih diam. Kemudian, ia menoleh perlahan ke arah Andi dan menghilang begitu saja.

"Huh ... akhirnya. Kapan gue tenang dan gak digangguin sama kuntilanak itu lagi?" gumam Andi sambil kembali mendorong mobil.

***

"Andi kok lama banget?" tanya Tasya sambil melirik jam tangannya berulang kali. Sesekali pula ia melepas kaca matanya untuk dibersihkan.

Kaki kanan Tasya tak berhenti bergerak lantaran ia merasa sedikit cemas dan kesal akan keterlambatan Andi itu. Andi terlambat datang hampir satu jam lamanya.

"Mau pesan apa lagi, Non?" tanya si pelayan di kafe.

"Tidak ada. Terima kasih," tolak Tasya. Ia tidak menoleh ke arah pelayan tersebut dan justru netranya masih saja menjurus ke jam tangan yang tengah ia kenakan itu.

Si pelayan kafe tersebut menunduk 45°. Lalu, ia pergi entah ke mana.

"Apa jangan-jangan Andi gak datang? Padahal, katanya tadi mau ngomong sesuatu. Atau ... dia mau nipuin gue? Tapi masa ia sih dia mau nipuin gue. Padahal, hari ini, 'kan bukan April Mop," gumam Tasya lagi.

Beberapa menit berlalu dan Tasya mulai merasa muak akan kesangat keterlambatan Andi itu.

"Oke, kalau lima menit lagi dia gak datang, maka gue akan pergi."

Jam menunjukkan pukul 21.55 yang berarti tepat pukul 22.00, Tasya akan pergi dari tempat tersebut dan tidak lagi memperdulikan apa yang hendak Andi katakan dan ia juga tidak perduli kalau Andi datang ketika ia sudah terlanjur pergi.

"Kasihan si Andi, pasti dia lagi mendorong tuh mobil." gumam Angel sambil tertawa pelan. Sedari tadi ia mengawasi Tasya dari meja yang terletak di ujung ruangan. Kemudian, ia meminum minuman milik orang yang sengaja diletakkan di meja tersebut. Si pemilik minuman itu sedang ke toilet sesaat.

Seperdetik kemudian, Andi datang menghampiri Tasya sambil berlari. Napasnya terengah-engah dan lumuran keringat membasahi pakaiannya.

"Andi, lo kok datangnya telat banget?" Tasya beringsut berdiri kesal.

"Maaf, Tas. Tadi itu ... mobil gue mogok di tengah jalan," jawab Andi.

"Oh ... gitu." Tasya kembali duduk dan Andi juga ikut duduk bersebrangan dengannya.

"Maaf, ya udah buat lo nunggu lama banget," ujar Andi.

"Gak apa-apa. Oh iya, lo mau bilang apa?" tanya Tasya.

"Oh ... itu. Em ... gue mau bilang ... gue suka sama lo. Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?"

"Pacar?"

"Iya." Andi menatap penuh harap ke kaca mata Tasya yang tengah tertunduk itu. Tasya yang tengah memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan kepada Andi.

"Cih, siapa juga yang mau samanya. Aku yakin, si Tasya itu pasti nolak Andi mentah-mentah. Bahkan, lebih mentah dari apa pun yang mentah," gumam Angel. Ia masih memata-matai Tasya dan Andi dari kejauhan.

"Jadi gimana? Lo terima, 'kan?" tanya Andi.

"Mmm ...." Tasya masih bingung akan jawaban yang akan ia berikan kepada Andi.

Sementara itu, Angel terkekeh. Dia merasa seakan Tasya akan menolak Andi dan langsung pergi tanpa pamit. Menimbulkan sedikit keributan hingga meninggalkan rasa malu pada Andi. Angel merasa firasatnya itu akan terjadi. Kekehan Angel menyusut saat ia melihat kuntilanak yang selalu menganggunya itu tengah berdiri membungkam tepat di belakang Andi. Angel beringsut berdiri.

"Ngapain kuntilanak itu ada di sini? Ntar, kalau ada yang ngelihat dia gimana? Bisa heboh satu kafe ni," gumam Angel setengah panik.

Angel menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan bahwa tiada satu pun orang-orang yang ada di tempat itu dapat melihat kuntilanak itu. Aman. Angel merasa lega saat ia tidak menemukan tanda-tanda manusia yang dapat melihat makhluk tak kasat mata seperti dirinya dan kuntilanak itu.

"Aaaa ...! Ada kuntilanak!" jerit Tasya. Sontak, para pengunjung kafe itu pun langsung menoleh ke arah Tasya dan Andi. Para pengunjung itu saling berbisik-bisik hingga menimbulkan sedikit kebisingan. Suara bising bagai lebah. Suara tak beraturan.

"Kuntilanak?" Andi menoleh ke belakang. "Aaaa ...! Lo lagi, lo lagi. Kenapa lo ada di sini? Dasar kuntilanak rese!" hardik Andi. Ia merasa muak dengan semua itu.

Seluruh pandangan menatap Andi dan Tasya. Para pengunjung itu tidak dapat melihat kuntilanak yang dimaksud Tasya tadi hingga mereka memilih untuk membungkam. Membiarkan kedua netra dan otak mereka yang bekerja mengolah perkara yang sedang berlangsung itu.

"Lo gak apa-apa, Tas?" tanya Andi sambil membantu Tasya yang kembali berdiri dari keadaan terjongkoknya itu. Namun, usaha itu ditolak oleh Tasya. Tasya berdiri sendiri dengan kaki yang dilangkahkan ke belakang. Ia menggeleng. Lalu, membiarkan jemari lentiknya meraih tas dan juga handphone-nya yang sedang tergeletak di meja itu.

Tasya mengangguk. Wajahnya benar-benar pucat. Mungkin, itu pertama kalinya ia melihat makhluk tak kasat mata.

"Gak apa-apa, Tas. Dia---kuntilanak itu gak akan menyakiti lo, Kok." Andi mencoba menenangkan Tasya. Namun, Tasya masih saja menolak ucapan Andi. Ia tidak percaya akan ucapan Andi.

"Jangan dekati gue!" titah Tasya. "Aku-aku ... gak mau pacaran sama orang yang memelihara kuntilanak seperti lo!" Tasya berlari meninggalkan tempat tersebut. Meninggalkan Andi bersama sisa kerusuhan yang baru terjadi itu.

"Bukan seperti ini alur yang aku harapkan,  tapi gak apa-apa deh. Pokonya sama-sama berujung pada menolakan ungkapan cinta yang diakhiri dengan rasa malu yang teramat dalam. Ulululu ... kasihan banget tuh anak. Apa gue harus membantunya ya?" gumam Angel. Ia masih saja terkekeh dalam perkara yang menimpa salah satu teman manusianya itu.

Andi mengepal erat kedua tangannya. Lalu, ia melupakan kemurkaannya itu pada meja yang ada dihadapannya. Ia begitu marah pada kuntilanak yang telah menghancurkan segala nostalgia Andi. Realita yang Andi harapkan lebur malam itu jua.

"Argh! Lo, pergi lo dari sini. Dasar kuntilanak rese!" murka Andi. Namun, respon dari kuntilanak itu hanya tetap membungkam dan mematung bagai patung yang ada di mall sana.

"Angel, ketawanya berhenti sekarang. Sepertinya, manusia menyebalkan itu harus dibantu. Urat malunya pasti udah putus sehingga ia masih saja bertingkah kayak orang gila kesasar meskipun sudah banyak orang yang sedang melihatnya," gumam Angel. "Tapi, gimana cara gue bantuin dia?"

"Hey, lo anak yang hari itu ya? Kenapa lo bertingkah kayak orang gila? Urat malu lo udah putus?" tanya lelaki sepenghukuman Andi saat itu. Kebetulan, lelaki itu hanya hendak singga sebentar di kafe tersebut dan melihat keributan yang membuatnya merasa sangat terganggu. "Woy, kuntilanak. Tempat lo bukan di sini. Jadi, sebaiknya lo pergi dari sini sekarang!" titah lelaki itu sambil menatap kuntilanak itu tajam. Lantas, kuntilanak itu langsung pergi menghilang begitu saja.

"Kuntilanak rese! Kalau gue lihat lo lagi, akan gue pastikan lo menderita di api neraka!" seru Andi.

"Ssttt ... lo menjerit lagi, gue panggil petugas keamanan ni," ancam lelaki itu sambil merangkul pundak Andi. Lelaki itu melangkahkan kakinya dan hendak pergi meninggalkan tempat yang ramai itu.

"Kalian mau ke mana? Bagaimana dengan kerusakan dan kericuhan yang kau perbuat?" tanya seorang lelaki bertubuh kekar. Ia berkacak pinggang kesal. Mungkin, orang itu adalah pemilik kafe tersebut.

"Maafkan kakak saya, Pak. Mungkin, jiwanya lagi sakit sehingga ia seenaknya melakukan apa pun yang ia suka," jawab Angel yang telah menyamar menjadi anak kecil itu.

"Dia kakakmu?" tanya si pemilik kafe itu.

Sebelum menjawab pertanyaan lelaki itu, sekilas Angel berpaling ke arah Andi. Ia memasang wajah kesal. "I-iya, Pak. Ini kakak saya," bohong Angel sambil tersenyum. Ia juga terkekeh pelan untuk menenangkan suasana yang tengah memanas bagai api kompor gas itu.

Continue Reading

You'll Also Like

485K 22.6K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
20.1K 421 4
Kehidupan arabella Alexa berubah 180 derajat ketika ayahnya memintanya untuk membongkar kejahatan yang terjadi di sekolah miliknya. Alexa meminta ban...
ATHENARES By zyeanaa

Teen Fiction

377 125 5
Cerita ini mengisahkan tentang Athena Xaqueen Baratama si dewi perang dalam mitologi yunani yang bijaksana dalam melawan musuh musuh nya lalu di pert...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

328K 17.3K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...