SINGASARI, I'm Coming! (END)

By an11ra

2M 315K 47.9K

Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan... More

2 - PRESENT
3 - PAST
4 - PAST
5 - PAST
6 - PAST
7 - PAST
8 - PAST
9 - PAST
10 - PAST
11 - PAST
12 - PAST
13 - PRESENT
14 - PAST
15 - PAST
16 - PAST
17 - PAST
18 - PAST
19 - PAST
20 - PAST
21 - PAST
22 - PAST
23 - PAST
24 - PAST
25 - PAST
26 - PAST
27 - PAST
28 - PAST
29 - PAST
30 - PAST
31 - PAST
32 - PAST
33 - PAST
34 - PAST
35 - PAST
36 - PAST
37 - PAST
38 - PAST
39 - PAST
40 - PAST
41 - PAST
42 - PAST
43 - PAST
44 - PAST
45 - PAST
46 - PAST
47 - PAST
48 - PAST
49 - PAST
50 - PAST
51 - PAST
52 - PAST
53 - PAST
54 - PAST
55 - PAST
56 - PAST
57 - PAST
58 - PAST
59 - PAST
60 - PAST
61. PRESENT
62. PRESENT
63. PRESENT
64. PRESENT
65. PRESENT AND PAST
66. BONUS PART
DIBUANG SAYANG
JANGAN KEPO!!!
HADEEEH

1 - PRESENT

109K 7.5K 664
By an11ra

Duduk menatap pemandangan malam selalu menyenangkan, walau langit kini lebih sering berhasil menyembunyikan bintang. Melirik jam di pergelangan tangan ternyata sudah dua puluh menit berlalu. Apa benar orang Indonesia memang hobby ngaret?

Mengalihkan pandangan mengitari keadaan cafe yang mulai ramai dan didominasi pasangan muda - mudi. Kegiatan yang sepertinya jadi kebiasaan di akhir minggu. Menyesap jus alpukat yang nyaris tinggal setengah sambil membuka pesan yang dikirim mama berupa profil foto yang akan menjadi patnerku dalam blind date kali ini.

Alarm Mama mulai menyala saat meyadari anak gadis satu - satunya belum berhasil menemukan jodoh. Tuhan memang adil disaat karierku berjalan lancar macam jalan tol, namun kisah percintaanku macet bahkan nampak menuju jalan buntu.

Menjalin hubungan beberapa kali namun berakhir dengan kata 'putus' membuatku tidak begitu memikirkan masalah hati lagi. Hingga Mama dengan teganya mengingatkan jumlah umurku yang kurang dari dua tahun akan mencapai kepala tiga.

Ingin rasanya menjadi tokoh novel dimana hanya dengan satu kali adegan tabrakan saja, bisa menemukan jodoh. Namun tabrakan di dunia nyata, nampaknya aku tidak akan menemukan jodoh tetapi justru mendapatkan malu bahkan mungkin tagihan ganti rugi.

Maka pilihan paling aman adalah mengikuti kemauan Mama untuk berkenalan dengan anak teman - temannya. Memalukan? pastinya iya, tetapi pekerjaanku memang menuntutku untuk percaya diri tampak tegar di hadapan orang banyak.

Suara dehaman pelan seorang berhasil membuyarkan lamunanku. Memandang ke depan dan menemukan sosok pria yang cukup tampan dengan badan proporsonal walau memang tertutup kemeja panjang.

Pantas saja bentuk badanya bagus karena katanya dia dan temannya berhasil merintis usaha. Bahkan mereka kini memiliki beberapa cabang tempat fitnes. Bisnis yang mulai dijajaki orang karena kesadaran akan kesehatan tubuh mulai meningkat terutama bagi penduduk di perkotaan. Mama memang pandai mencari pasangan potensial, minimal dari segi tampang.

"Maaf terlambat, tadi ada masalah kerjaan sedikit," katanya sambil tersenyum.

"Nggak masalah, lagian tempat yang kamu pilih juga bagus jadi nggak bosen buat nunggu," balasku sambil tersenyum juga demi menjaga kesopanan.

"Kesan pertama kamu ke aku pasti buruk ya? Kencan pertama udah ngaret."

Membenarkan dalam hati lalu tersenyum "Nggak juga" ucapku sudah mirip orang munafik, karena tak mungkin juga berkata jujur pada orang yang baru pertama kau kenalkan.

"Saya mesti panggil apa nih? Malinda atau Linda?"

"Panggil Linda aja!"

"LINDA AJA???" Tanyanya sambil menaik turunkan alisnya "Elah bercanda, nggak usah melotot gitu, kayaknya sama guru mesti hati - hati ngomong ya?" lanjutnya sambil terkekeh.

Aku mendengus "Berarti kamu dulu sering berpengalaman kena hukum guru gitu?"

Dia mengangguk "Lumayan. Oh iya, kamu bisa panggil saya Firas atau kalau mau panggil sayang juga aku nggak keberatan," Lalu kembali tersenyum bahkan lebih lebar dari pada tadi.

Aku ikut tersenyum "Sayang - nya playboy maksudnya?"

"Emang muka aku ada tampang playboy? Ini muka calon imam keluarga tahu."

Sepertinya kencanku kali ini menemukan titik terang, semoga semuanya baik - baik saja hingga akhir. Jujur aku lelah harus mengikuti acara blind date terus - terusan. Dahulu mungkin aku bisa menjabarkan kriteria calon suamiku dari A - Z, namun semakin bertambah tahun, kriteriaku semakin menyusut hingga hanya menjadi tiga yaitu:

Laki-laki ☑️

Punya pekerjaan ☑️

Wajahnya cocok dan bisa diajak jadi temen kondangan ☑️

Dengan kriteria seperti itu, Firas pastinya memenuhi semuanya. Malah lebih sepertinya. Tetapi sebaliknya apakah aku memenuhi kriteria seorang istri untuknya? Entahlah. Bukankah ada pribahasa bahwa Kota Roma tidak dibangun dalam sehari. Jadi perlahan sajalah, apapun yang terjadi kedepannya yaa terjadilah.

"Oke, jadi berhubung udah malam dan mbak waitress-nya dari tadi udah ngeliatin karena kita nggak pesen - pesen jadi bapak calon imam keluarga ini mau makan apa?"

Dia terkekeh sebentar lalu menatap jam ditanganya terlebih dahulu "Karena udah lewat jam 8 malam jadi kita nggak baik makan nasi dan tentu tanpa dessert. Jangan sampai nanti menimbulkan timbunan lemak di tubuh kitakan!" katanya berkelakar

Aku otomatis ternganga mendengar ucapannya. Lalu tanpa bertanya pendapatku dia memanggil waitress dan memesan makanan yang katanya "menu sehat" kerena bla ... bla ... bla ... jujur aku sampai tak ingat apa tadi yang dia katakan karena aku terlalu sibuk memakinya dalam hati. Bayangkan aku menahan lapar dari tadi dan apakah cacing - cacing di perutku akan puas hanya dengan makan ikan dan sayuran. Jawabannya TIDAK!!!

Sebenarnya aku tidak keberatan hidup sehat tapi paling tidak dia seharusnya menanyakan pendapatku terlebih dahulu. Lagipula makan nasi satu porsi versi restauran tak akan membuatku obesitas kecuali aku makan satu bakul nasi. Makan sepotong spons cake plus satu scoop ice cream tidak akan membuatku langsung diabetes. Satu yang pasti kini moodku langsung anjlok ke dasar jurang di bikini bottom.

"Kayaknya kamu juga harus ganti minuman, jus alpukat kurang baik buat diminum malam - malam kayak gini. Jadi tunggu minuman baru yang nanti dateng ya, tadi aku udah peseniin sekalian!" ucapnya sambil memindahkan gelas minumanku yang tinggal setengah.

Gimana kalau kita gelud aja!!! Mama ... Linda udah nggak tahan... rutukku dalam hati, sambil menyesali kenapa tadi tidak kuhabiskan saja jusnya, lumanyan untuk pengganjal perutku yang lapar.

Inhale ... exhale ...

Linda semua ini hanya ujian.

Memberi sugesti positif dalam pikiran lalu berusaha tetap tersenyum dan menanggapi semua obrolannya dengan sebaik - baiknya. Masalahnya aku kurang bisa berkonsentrasi jika lapar dan bawaannya ingin marah - marah. Mungkin dikira bodoh lebih baik sehingga dia illfeel dan tidak melanjutkan kencan ini di lain waktu.

"Kamu suka olahraga apa? Suka nge-gym nggak?" tanyanya bertubi - tubi.

"Nggak suka - suka amat. Kadang suka lari sih," lari dari kenyataan lanjutku di dalam hati.

Jujur, hari libur adalah waktu yang cocok buat bermalas - malas ria. Walaupun beberapa bulan kebelakang kegiatan seperti itu hanya menjadi sejarah yang kurindukan. Sekarang di hari libur aku justru mesti bolak - balik antara Bandung - Jakarta.

"Kalau gitu nanti aku kasih kartu nama temen aku yang ngelola gym di Jakarta, atau apa aku daftarin aja sekalian? Gimana?"

"Haaaah... aduh nggak usah ngerepotin, lagipula aku lagi banyak kegiatan di sekolah. Sumpah padet banget!" Otomatis kepalaku sibuk menggeleng ke kanan dan kiri, begitu juga dengan kedua telapak tanganku, ngeri mendengar sarannya. Peduli amat dibilang pemalas.

"Linda, olahraga itu bukan hanya untuk membentuk badan ideal tetapi yang paling utama adalah untuk menjaga kesehatan badan."

"Jawaban kamu bagus, jadi aku kasih nilai A+ aja," ucapku sambil nyengir

"Kamutuh malah bercanda, padahal aku se...." kata - katanya terhenti tiba - tiba.

Bukan karena aku membalikan meja karena kelaparan dan bertambah emosi saat bukannya diberi makanan enak, malah diberi nasehat. Itu mungkin terlalu berlebihan.

Tetapi masalahnya mendadak ada seseorang yang mendekati meja kami "Katanya ada makan malam keluarga? Dia keluarga kamu dari mana?"

Kulihat Firas menegang sesaat sebelum kembali tersenyum, berbanding terbalik dengan pendatang baru yang tak diundang dan terlihat agak marah.

Apa aku merebut pacar orang?

Nggak mungkin kan?

Apakah aku akan disiram air seperti di sinetron - sinetron ... oleh seorang pria lagi?

Iya benar, yang mendatangi kami adalah seorang pria yang bahkan lebih tampan dari Firas. Namun berbeda pembawaannya dengan Firas yang terkesan ramah. Pria itu justru sebaliknya, dia terkesan dingin dan tak tersentuh.

"Kenalin dia Gama, temen aku dan ini Linda anaknya Tante Jani, dia baru dateng ke Bandung jadi aku ajak makan. Gabung aja sama kita, Gam! "

Berpikir positif ...
berpikir positif ...
positif gay Eh ...

Tak tahan dengan pikiranku sendiri, sampai hilang rasanya laparku. Tak sadar aku menepuk kepalaku sendiri. Aku bahkan tersenyum pada Gama - Gama ini, namun dia hanya melirikku sebentar lalu menghadap Firas lagi, sepertinya dia terlihat tidak menyukaiku.

"Nggak, aku baru selesai makan. Lagian aku ada janji. Sampai ketemu lagi!" ucapnya lalu bergegas pergi begitu saja.

Selamat pada Gama yang berhasil membuat awkward moment bagi kami.

------------- Bersambung --------------

15 April 2020

Continue Reading

You'll Also Like

516K 54.3K 31
Dewi Kirana Candramaya, namanya. Gadis pindahan dari Jakarta yang sama sekali tidak menyukai pelajaran Sejarah, tiba-tiba muncul di masa kerajaan agr...
366K 35.2K 40
Mungkin, masa lalu yang dapat menyembuhkannya Book I Start: 26 Maret 2020 End : 19 Mei 2020
33K 1.7K 8
Kisah Klasik tentang cinta masa SMA yang dialami seorang cewek gendut nan jutek bernama Kintara ini cukup unik ia tak mengira dengan penampilan fisik...
112K 6.2K 31
Ketika ia secerah matahari kemudian menjadi sedingin es. Ketika ia bisa menjadi Ratu kenapa harus menjadi rakyat biasa. Nb: Cerita ini hanya cerita f...