Oh My Husband!

By twelveblossom

221K 20.1K 8K

Daripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap seb... More

1. Pernikahan Dengan Kontrak Tertulis
2. Tidur Bersama Tala
4. Kiss Kiss Untuk Tala
5. Naik Satu Tangga
6. Ada Yang Aneh Dengan Lizzy
7. Lizzy Lupa-lupa Ingat
8. Terbangkan Aku ke Bulan
9. Hujan Punya Cerita
10. Sedihnya Tanpa Alasan
11. Obrolan Singkat Sebelum Berperang
12. Seberapa Berani Felicia?
13. Si Beruang Galak
14. Kerisauan Hati Felicia
15. Serba Terburu-Buru
16. Malam Ini, Kamu Untukku
17. Mengetuk Pintu Rumah Malaikat
18. Yang Paling Cantik Ya Felicia, Lah
19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa
20. Kalau Tidak Percaya, Kamu Pergi Saja
21. Waktunya Maaf-Maafan
22. Yang Sengaja Disembunyikan
23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian
24. Kisah yang Lama Hilang
25. Yang Hilang Bersama Angin Musim Hujan
26. Suara dari Keheningan
27. Alasan Yang Sulit Diterima
28. Satu-Satunya Yang Linglung
29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri
30. Pikiran Yang Rancu - S1 selesai
31. Dunia Yang Terbalik
32. Tidak Masalah Jika Kamu Melupakanku
The Heartless Marriage
33. Dia Yang Egois

3. Menangis di Pelukan Tala

13K 1.1K 317
By twelveblossom

"Percuma cinta kalau gak pernah diungkapkan. Apalagi, sampai bikin salah paham," kata Rosemary waktu menasihati sabahat baiknya yang sudah masuk dalam perserikatan Sobat Ambyar Indonesia.

-oOo-

“Mas Tala, kalau weekend nggak kerja, ya?” Tanyaku kepada Tala yang masih berbaring di ranjang. Sementara aku sudah mandi dan ganti baju.

Aku bangun lebih dulu dari Tala karena bermimpi diimpit sama truk tronton. Setelah aku bangun ternyata tangan Tala yang sebesar Gajah Afrika itu memelukku dari belakang. Untung tadi aku segera bangun, kalau tidak tamat sudah riwayat seorang Felecia Adair Lim yang cetar membahana.

“Biasanya kerja, tapi hari ini sengaja nggak,” Jawab Tala tanpa melihatku.

“Kenapa?” Aku bertanya sambil ikut rebahan di samping Tala. Aku suka kasur ini, empuknya pas. Wangi Tala juga pas.

Tala melihatku sekilas yang memang berjarak sangat dekat dengannya. “Aku ada kegiatan yang penting di rumah. Mau tau nggak apa?” suara Tala bermain-main di telingaku.

“Apaan?”

Tala menyengir lebar, “Jemur bantal yang kamu pakai tidur. Lihat iler kamu sampai bikin bantalnya hanyut gitu,” jelas Tala sambil menunjuk bantal yang ada di sampingku.

“Ih, gak sampai hanyut kok! Cuma basah sedikit,” Aku protes.

Tala tertawa, aku jadi tergoda untuk menjambaknya. Dia pasrah saja sewaktu aku melakukan tindak kekerasan seperti ini. Kami bahkan sempat main smackdown segala, tentunya Tala banyak mengalahnya. Kalau Tala sungguhan mengerahkan kekuatannya padaku, jelas aku bakal jadi Lizzy penyet sambal tomat.

“Lizzy sudah dong, sampai kapan kamu mau di atas badanku gini?!” Tala menyerah karena aku memiting tangannya, sementara Tala tengkurap.

“Minta ampun dulu,” aku berkata, menarik tangan Tara bikin laki-laki itu mengeluh pelan.

“Gak mau, aku kan gak salah. Bicara fakta kalau kamu ilernya banyak―aduh―aduh, Felicia sakit,” omongan Tala jadi pekikkan saat aku mencubit lengannya.

“Mas Tala, percuma kamu punya badan gede tapi dicubit sedikit mengeluh kayak bayi.”

Tala tertawa, tapi suaranya tidak keras karena tertutup bantal. “Kalau yang cubit kamu beda,” balasnya.

“Bedanya?”

Tala tidak lekas menjawab. Dia berpikir sebentar, “Soalnya jantungku jadi dangdutan kalau kamu yang pegang-pegang,” gumam Tala.

Heh?

Absurd banget sih ucapan pak dokter satu ini. Dia lagi bercanda atau serius? Aku jadi tidak dapat membedakan. Mana ada jantung dangdutan? Kalau beneran gimana masukin ketipung ke dalam jantung?

“Mas Tala, mau buka bisnis baru semacam orkes Palapa begitu?”

“Iya, kamu mau jadi yang bagian gendang nggak? Dulu kan cita-cita kamu jadi anggota orkes.” Kenang Tala yang kontan membuatku menggeplak kepalanya. “Aku salah apa lagi Lizzy? Kayaknya kamu gampang banget pukul-pukul aku,” protes Tala padaku.

“Orkestra musik klasik kali, bukan orkes dangdut. Nyebelin kamu tuh,” aku sewot.

Tala tertawa lagi, tapi tidak lama karena handphone Tala berbunyi nyaring. “Lihatin Liz, siapa yang telepon,” pinta Tala.

Aku pun langsung melepaskan tangan yang memiting Tala lalu meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. “Lucas telepon kamu, Mas Tala,” aku melapor plus sedikit tercekat.

“Angkat, Feicia,” perintahnya.

Aku menggeleng. “Kalau Lucas paksa aku pulang gimana? Aku nggak mau pulang. Aku mau sama kamu aja di sini,” bibirku mulai merepet mengeluarkan rajuk.

“Angkat, Felicia. Gedein suaranya,” Dia memberikan perintah yang sama.

Aku tetap menggeleng. Bagaimana kalau Lucas meyakinkan Tala lalu mereka sepakat mengirim aku ke Om Jarwo? Huhuhu.

I promise nothing happen to you, cry baby. Lucas tidak akan berani selama ada aku,” bujuk Tala masih dengan suara tegasnya. Hanya saja, dia menumbuhkan keyakinan padaku kalau Tala tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padaku.

Aku pun menarik nafas panjang sebelum mengangkat telepon dari kakakku, “Halo, ini Lizzy.”

Heh, adik durhaka. Mana Tala?” tanya Lucas langsung.

“Ngapain cari Tala? Abang mau paksa Tala buat ngirim aku ke Om Jarwo, ya?” Aku berujar galak.

Nggak, gue lagi mau memastikan apa benar Tala mengirim surat lamaran buat jadi suami lo ke Kakek Lim?!

“Hah? Tala kenapa?”

“Sudah, ngomong sama lo gak bakal nyambung. Mana Tala?”

Aku menggigit bibir. Melihat Tala yang ada di bawahku, aku masih menduduki punggungnya dengan sangat tidak sopan.

“Tala ada di bawah,” kataku.

“Di bawah mana?”

“Di bawahku, aku lagi dudukin badan Tala.”

“Demi semua koleksi album Blackpink gue. Kalian lagi ngapain?”

“Lagi main di kasur,” jawabku seadanya karena faktanya memang begitu.

Aku pun segera menyingkir dari atas badan Tala. Yang membuat Tala buru-buru bangun. Aku mengangsurkan ponselnya.

“Liz, Tala jangan diapa-apain. Tala itu terlalu suci,” kata Lucas.

“YA LORD, gak bunda gak Bang Lucas sama saja. Kenapa sih lebih takut Tala aku apa-apain daripada sebaliknya?” Aku berkicau mengeluarkan unek-unek karena capek baca komentar IG seolah netizen mengecam diriku yang membawa pengaruh buruk bagi keluguan Tala.

“Hehehehe ... habisnya lo suka nafsu banget kalau lihat laki ganteng. Bang Lucas kan jadi khawatir. Btw, kalian sudah menuruti saran Rosemary kan?”

"Rose memang ngasih saran apa, Bang?"

Tala tampak tertarik karena Lucas menyebutkan nama salah satu rekannya. “Rosemary ngasih saran apa?” Tala ikut kepo.

“Pakai kondom kalau mau ngapa-ngapain,” jawab Lucas enteng banget.

“ABANG!” Aku berteriak sudah tidak sanggup menghadapi semua ini. “Bang Lucas jorok otaknya!”

“Tenang, gue sudah stok banyak,” Tala malah menimpali dengan suara lantang.

Aku melotot ke arah Tala yang justru menjulurkan lidah kepadaku. Ngeselin kan? Terang-terangan ini si Tala mengejekku.

“Mas Tala mau ke mana?” aku bertanya karena Tala membawa ponsel dan dirinya beranjak dari kasur.

“Mau ngomong penting sama Lucas. Anak kecil gak boleh dengar,” balasnya sambil mengusap-usap puncak kepalaku sebelum sungguhan pergi.

Aku melihat Tala keluar dari kamar menyisakan aku sendirian. Tentunya, aku khawatir dengan keadaan yang dapat berbalik menyerang. Jaga-jaga kalau Tala berubah menjadi lawanku karena Tala bersahabat baik dengan Lucas, aku harus membuat rencana.

“Hah, kira-kira apa ya rencana selanjutnya?” tanyaku pada diri sendiri. Aku merebahkan diri ke ranjang. “Apa aku harus kabur? Tapi aku nggak punya banyak uang,” aku masih bermonolog.

Mataku yang melihat langit-langit kamar ini turun memindai sekitar. Aku menemukan dompet Tala yang tergeletak di dekat toilet kamar. Aku pun beranjak ke sana.

Oke, aku memang berniat untuk mencuri sesuatu. Lucunya, tidak ada pergolakan batin, takut berdosa atau semacamnya ketika aku membuka dompet Tala. Ada uang tunai sekitar satu juta. Aku segera mengambil separuh, lalu memasukkan ke saku celana training yang kupakai. Setelah itu melihat beberapa debit dan credit card. Percuma mengambil kartu kalau tidak tahu pinnya huhuhu.

Astaga, naga. Kenapa aku berubah menjadi maling begini?

Ah, gak masalah Tala kan tajir melintir, uang lima ratus ribu paling habis dibuat cebok.

Paling nggak, aku harus punya pegangan kalau ada keadaan yang memaksaku pergi dari Tala. Biar gak jadi gembel beneran.

Apa ada hal lain yang bisa aku curi, ya? Kayak misal Tala menyimpan emas gitu di dompetnya.

Tanganku masih mengobok-obok dompet Tala, lalu di sisi terdalam aku menemukan sebuah foto berwarna. Bukan foto Tala, tapi potret seorang pria kira-kira akhir tiga puluhan. Pria dalam foto itu punya jambang lumayan lebat.

Hmm Tala, ternyata kamu belum bertobat.

Eh, aku nggak nuduh tanpa bukti loh ya.  Ngapain coba Tala menyimpan foto orang kalau tidak punya ketertarikan sama orang itu?

Hihihihi, jadi selera kamu sekarang yang berjambang ya, Tala? Aku cekikikan membayangkan Tala berkencan bersama om-om berewok. Apa Tala jadi sugar baby, ya? Wah, lumayan tuh makin banyak uang aja si Tralalala.

“Eh, eh. Kenapa ada foto aku juga di sini?” aku bercelatuk saat menemukan satu lagi foto lama kami yang terselip di sisi kanan.

Aku masih ingat waktu potret ini diambil aku masih SMA sementara Tala sudah kuliah. Aku datang untuk menonton lomba band antara kampus, kebetulan Lucas dan Tala jadi peserta. Terus aku minta foto bareng Tala biar cewek-cewek yang ada di sana iri karena aku bisa foto sama Tala yang banyak penggemarnya tapi gak sudi ngasih fan service ke yang lain. Fotonya jaman dulu banget, seingatku sudah terhapus dari memori HP, ini sama Tala malah dicetak.

Aku belum sempat berpikir lebih lanjut soal alasan Tala menyimpan foto jadul kami karena pintu kamar tiba-tuba terbuka. Aku buru-buru melemparkan dompet Tala, tapi sayangnya kakiku malah menabrak meja.

“Aduh, sakit!” pekikku sambil berjongkok.

“Kamu ini ya, baru ditinggal sebentar ada aja kelakuannya,” Tala mengomel, dia sudah berada di sebelahku. “Coba liha sini, berdarah atau nggak,” lanjut Tala meraih kakiku pelan agar dia memeriksa.

“Aww, jempolku kayak mau lepas.” Aku merengek karena memang sakit sekali. Aku memejamkan mata, takut melihat darah yang mungkin bocor dar jempol ini.

“Yaampun, ibu jari kamu putus!” seru Tala.

“BENERAN MAS TALA?” Aku sudah heboh, mataku terbuka memastikan. Jari-jariku masih ada di sana, baik-baik saja dan tidak berdarah. “Mas Tala! Jangan ngerjain dong. Aku takut beneran.”

Tala terkekeh jahil. “Habis kamu, kaki nabrak meja saja sudah mau nangis, dasar cry baby.”

“Aku nggak nangis!” Aku protes.

“Mata kamu berkaca-kaca. Paling kalau Mas Tala nggak masuk ke sini buat nolong, kamu sudah nangis.”

Hah, kalau kamu nggak masuk ke kamar, Tala, aku gak akan keburu-buru naruh dompet sialan itu ke tempatnya. Aku juga gak bakalan nyeruduk meja.

“Kamu tadi lari-lari gitu ngapain, Felicia? Kayak maling ketangkap satpol PP,” lanjut Tala, dia membantuku berdiri.

Waduh, kelihatan banget ya kalau aku habis maling dompetnya?

Aku enggan langsung menjawab, justru mengalihkan pandangan. “Kayak ada yang bisa dijual aja. Di sini gak ada barang berharga tuh,” aku membalas pada akhirnya. Suaraku terdengar bergetar, khawatir ketahuan.

Tala tersenyum, dia memapahku untuk duduk di ranjang. “Ada yang berharga. Contohnya, dompetku."

“Dompet kamu isinya cuma uang sejuta,” aku berkicau tanpa sadar dan ups ... lah kok mulut aku ember?!

“Hebat. Kenapa kamu bisa tahu isinya satu juta?” Tala yang berdiri di hadapanku sudah melipat tangan di depan dada.

“Hehehehehe,” aku tertawa garing dulu sebelum memikirkan alasan konyol lain. “Aku hanya tebak-tebak berhadiah. Mas Tala, jangan curigaan sama aku. Masa cewek secantik aku jadi maling? Gak mungkin lah,” imbuhku kemudian menatapnya, tidak lupa memberikan ekspresi lugu.

“Kamu kan selalu yang paling mencurigakan,” gumam Tala, dia mengambil dompetnya. Tala mengeluarkan salah satu black card. “Kamu bawa ini ya, aku khawatir kalau kamu punya ide macam-macam tapi gak bawa apa-apa. Pinnya tanggal lahir kamu,” lanjutnya.

Alisku bertaut. “Aku gak berniat macam-macam kok.”

“Masa?”

“Iya!”

“Walaupun, nanti sore aku minta kamu ketemu Kakek Lim dan bunda?”

Aku langsung berdiri, melupakan jempol kaki cenut-cenut. “Mas Tala, kok gitu sih! Aku kan sudah bilang nggak mau ketemu mereka, kita langsung nikah aja. Kakek Lim yang paling ngebet aku nikah sama Om Jarwo selain bunda!”

“Tapi, kamu juga gak bisa terus kabur dari rumah. Bunda dan Kakek Lim khawatir sama kamu,” kata Tala pelan.

Aku tetap menggeleng. “Biarin aku jadi anak durhaka. Aku nggak mau sampai nikah sama Om Jarwo, Mas Tala. Hidupku ... hidupku ....” aku tidak dapat melanjutkan ucapan karena kalau sampai kuteruskan pasti aku akan menangis.

Tala menghembuskan nafas panjang. Tangannya ada di daguku untuk membuat aku mendongak menatap dirinya. Aku bisa melihat jari-jarinya terkena tetesan air mata ini.

“Kamu lebih ingin bersamaku daripada keluarga kamu?” Tala bertanya.

Aku mengangguk. “Aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai,” ujarku lagi lebih serupa cicit tikus.

Ekspresi Tala kelihatan kaget. “But, you not love me ....”

“You better than him, Tala. So please, help me. Mary me and let me free,” gumamku, satu persatu air mata ini jatuh. “Paling tidak kamu gak akan ngapa-ngapain aku .... Kamu bakal biarkan aku bebas setelah kita menikah.” Aku berusaha menghapus air mata karena saat ini bukan waktunya untuk menangis. Akan tetapi, semakin aku berusaha menghapus tangisan aku justru terisak keras. Hatiku berat. Aku memang tidak berguna, tapi bukan berarti aku dapat dijual oleh keluargaku agar berguna bagi mereka.

“Ssstt, jangan menangis, Felecia,” Tala berucap. Dia berusaha menenangkan aku, tapi tidak mudah. “Ssstt, baby ... don’t cry,” dia bergumam berulang kali sembari memegangi bahuku.

Tala jelas sudah tahu aku cengeng, tapi dia tetap menjadi manusia yang mudah sekali luluh ketika melihatku menangis. Dia selalu begitu. Sekeras-kerasnya hati Tala, ia akan menjadi orang yang selalu mengalah dan mengabulkan apa pun kemauanku. Aku mengenal Tala dengan baik. Aku juga memanfaatkan pengetahuanku akan dirinya.

“Please, Tala ....”

“Aku tetap harus bicara dengan keluargamu untuk pernikahan kita. Kita selesaikan ini dengan cara baik-baik,” Tala masih sabar.

Aku menggeleng.  “Aku tahu kamu punya kuasa untuk membuat kita menikah tanpa persetujuan mereka. Kamu bisa menyuruh Gwyn agar mengurus suratnya―“

“―Tidak, Felecia. Pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa dibuat main-main―“

“―Tapi kita hanya menikah kontrak, Mas Tala. We dont love each other! Jadi, gak masalah nikahnya dengan cara gimana toh nanti kita bakal cerai,” Suaraku mulai meninggi, aku sudah terlampau takut. Ingusku ini ikutan mengalir juga keluar dan masuk hidung seiring marahku yang menjalar.

Bukannya ikut emosional karena ucapanku tadi, Mas Tala malah berbalik mengambil tisu. Dengan cepat dia mengelap hidungku yang penuh ingus akibat menangis.

Aku langsung membuang ingus di tisu yang dipegang Tala. Aduh lega.

“Kamu kok gak ada jaim-jaimnya sama aku? Lihat ingus kamu ini loh, Liz, kena tanganku.”

“Mas Tala, aku lagi serius nih.”

Kelihatan sekali Tala mengulum senyumnya melihat wajahku yang aku yakini sudah mirip Chibi Maruko Chan versi malpraktek. “Mas Tala juga lagi serius,” ujarnya santai. Dia membersihkan sisa air mata dari wajah ini.

“Kalau serius kok malah ngurusin ingus aku?!”

“Aku hanya khawatir, takutnya nanti kamu tersedak ingus kamu sendiri. Nanti kamu bakal semakin malu,” Tala malah semakin ngaco.

“Mas Tala!”

“Apa Felicia Sayang?” jawabnya seringan bulu.

“Kamu ini terlalu santai. Kamu tahu gak galaknya Kakek Lim itu gimana?”

“Tahu, dulu waktu kecil Mas Tala pernah dijewer gara-gara ikut-ikut kamu dan Lucas mencuri mangga Kakek Lim.”

“Mas Tala, gak hanya itu! Kakek Lim bisa sakitin Mas Tala. Nanti gimana kalau waktu ketemu Kakek, Mas Tala dihajar ― “

“―I’m a Ekadanta, Felicia. No one can hurt me so easly, if you forget that,” jelasnya sambil tersenyum lembut. Tala merapikan anak rambutku yang berantakan. “Tentunya, Kakek Lim tahu dia berhadapan dengan siapa,” lanjutnya.

“Lalu, aku? Gimana kalau bunda beneran gundulin rambutku?”

Tala tertawa kecil. “Aku rasa kamu bakal tetap cantik meskipun botak,” jawabnya yang langsung bikin aku pucat pasi.

“Mas Tala, aku nggak mau botak,” aku merengek, menarik-narik kaus hitam yang dia pakai.

“Iya, iya, Felicia―bajuku bisa sobek kalau ditarik-tarik.”

“Pokoknya, Mas Tala harus janji kalau memang kita mesti ketemu Kakek Lim dan bunda, Mas harus memastikan aku gak bakal diapa-apain sama mereka.”

Tala menatapku intens. “Aku janji. Toh, aku juga gak bisa lihat sesuatu yang buruk sampai menimpa kamu, Felicia.”

“Kenapa?” Aku refleks bertanya karena aneh saja Tala terdengar seperti treasure me that much.

“Soalnya suara kamu kalau lagi tersedu minta pertolongan itu berisik. Mirip kuntilanak lagi nangis,” balasnya.

“Aku buka setan!”

“Oh ya? Kok bisa mirip ya? Hahahaha.”

Dasar Tala, sialan! Aku jadi disamakan dengan lelembut! Memangnya dia pernah dengar kuntilanak nangis? Serem banget?!

Kekesalanku terhadap Tala tidak bertahan lama, Tala segera menarikku mendekapnya ke dalam pelukan. Aku tidak tahu alasan dia bertindak demikian, apalagi aku merasakan hidung Tala tenggelam di puncak kepalaku seperti mencium wangi rambut ini. Astaga, padahal aku tadi belum keramas hanya mandi bebek saja. Semoga Tala tidak pingsan mencium bau rambutku yang mirip pupnya tikus.

“Don't worry. I’ll do everything to make you happy, cry baby,” Tala mengatakan itu pelan. Sementara aku sudah keenakan dipeluk Tala yang hangat mirip perapian di musim dingin.

Aku nggak tahu kalau Tala punya pelukan sehangat dan senyaman ini. Kalau aku tahu dari lama, pasti sudah minta peluk setiap kali bertemu.

Empuknya. Hangatnya. Aku refleks mengeratkan tanganku yang melingkar padanya.

Hoam, ngantuk jadinya.

-oOo-

Bonus 1

“Namanya Jasper Suh, dia yang akan mengikuti dan menjaga kamu ke mana pun kamu pergi mulai hari ini, Felicia,” kata Tala pagi itu seusai sarapan denganku.

Aku melihat manusia berjenis kelamin laki-laki yang kelihatannya sebaya denganku. Jasper berdiri tegak, gaya rambutnya rapi belah pinggir, dan memakai jas hitam mirip mafia-mafia yang ada di televisi.

“Apa dia bakal mengikuti ke mana pun aku pergi?” Aku memastikan.

“Iya,” jawab Tala masih tanpa menatapku balik karena dia sibuk mencuci piring.

Aku mengitari Jasper yang melihat lurus ke depan. Lumanyan nih ganteng juga. Sebagai wanita dewasa aku memiliki mata setajam elang yang dapat menilai keindahan manusia.

“Termasuk kalau aku sedang ke toilet dan di tempat tidur? Wah pasti akan menyenangkan,” aku mengungkapkan pikiran kotor plus haus belaian. Hahahaha.

Aku mendapati mata Jasper membola. Pasti kamu takut, Jas? Aku sengaja memberikan kesan pertama sebagai wanita nakal agar Jasper gentar untuk mengikutiku. Soalnya, akan sangat tidak nyaman kalau gerak-gerikku diawasi. Apalagi, sama orang asing.

Tala mematikan kran air, dia berbalik menghadap aku yang sudah menepuk dada Jasper dengan usil.

“Tentunya selain dua tempat itu, Felicia,” balas Tala dingin. Tala mendekati aku dan Jasper. Dia mencengkram tanganku yang berada di tubuh Jasper. “He is mine, Felcia. Don’t touch him without my permission.”

What?

Aku langsung terkejut. Jangan-jangan .... Tala punya ketertarikan juga dengan Jasper? Wah!

Gosip baru nih!

Aku pun maju satu langkah untuk membuat diriku semakin dekat dengan Tala. Kaki ini berjinjit hingga tinggiku menyamai telinga Tala. Aku pun berbisik, “Kamu suka Jasper?”

Tala tidak langsung menjawab, tubuhnya justru kaku. Hm, ketahuan kan kamu Tala kalau selama ini memang fix lebih tertarik sama laki-laki.

“Kalau kamu suka, aku bakalan jauhin Jasper soalnya kamu sudah baik mau menolongku dari bunda dan Kakek Lim,” aku mengimbuhkan masih dengan suara bisikan di telinga Tala.

Tala menyeringai ke arahku. Entah apa yang sedang dipikirkannya?

Tala menunduk, giliran dia yang bisik-bisik di telingaku. “Iya, aku suka Jasper. Jadi, jangan pegang-pegang dia, Felicia.”

Aku tersenyum lebar sambil menunjukkan jempolku kepada Tala. “Oke, Pak Tala!” Seruku lalu menyentuh pipinya yang glowing.

Tala juga tersenyum samar-samar aku mendengar dia begumam, “bodoh.”

Bonus 2

Nabastalae's Instagram Update:

❤ disukai oleh Jaspertidakkuper, lucaslim, narahartadi, javaschatu, Theobeabeobeabeo, rosemaryme, dan 2.111 lainnya.

Nabastalae this photo taken by the stupidest girl I ever met. unfortunatelly this girl become my whole world since the very beginning.

Lihat semua 1.950 komentar ....

Lucaslim Sayangnya, cewek bodoh itu adik gue. Mau dibuang tapi sayang. Huh.

Lizzyadairlim Tumben so sweet bang lucaslim.

Nabastalae itu bukan so sweet Liz. Lucas lagi ngatain kamu bodoh juga lizzyadairlim.

Lizzyadairlim berarti Mas Tala juga ngatain aku dong? Kan di atas nyebut aku bodoh.

Nabastalae aku kan ngatain kamunya pakai sayang.

Lucaslim Hoek jibang nabastalae

Wiraadyasta hoek (2)

Javaschatu hoek (3)

Roresmaryme hoek (4)

Ariadnaarkadewi jadi ini yang kamu bilang lebih glowing dari Wira, masih ada jerawatnya tuh lizzyadairlim.

Lizzyadairlim bukan cuma lebih glowing kali lebih putih juga. Bang Wira mah kayak upil kalau dibandingin sama Mas Talaku Ariadnaarkadewi.

Damarsianaklangit hoek jijik banget. Gue habis baca ini harus mandi besar gila najis.

Jaspertidakuper Maaf Tuan Muda, saya ingin berkata hoek juga (5)

Theobeabeobeo sikat pak! Jangan sampe kendor kayak kolornya Javaschatu.

Penjualkoloronline Cek IG kita kak, jual kolor anti kendor. Ada yang warna neonnya juga Theobeabeobeabeo Javaschatu.

Inibeneranbunda kolor anti kendornya ada yang warna polkadot nggak penjualkoloronline? Ini saya mau belikan buat anak saya. Ukuran kolor kamu berapa nak Lucaslim?

Lucaslim .... bunda? Inibeneranbunda.

Theobeabeobeabeo kolornyanya Lucas warna polkadot gaes! Pak siap-siap masuk lambe turah ya lucaslim. cc: lambeturah

Lizzyadairlim Bang Lucas bukannya suka yang gambar Hello Kitty? Aku kayaknya pernah lihat deh dijemuran belakang. cc lambeturah

Lucaslim diem kamu adek laknat lizzyadairlim

Nabastalae good job, sayang lizzyadairlim.

-oOo-

Halo semuanya hehehe makasih sudah membaca part tiga dari cerita Tala dan Felcia.

Aku sebenarnya membuat cerita ini untuk menghibur saja. Konfliknya juga bakal ringan sekali buat menemani yang lagi WFH, belajar di rumah, dan menjalani karantina di rumah.

Sampai jumpa di part selanjutnya. Aku menunggu komentar dan vote dari kalian hehehe biar semakin semangat lanjutinnya.

Byee~♡

P.s: Untuk update dan bocoran cerita soal mereka bisa follow instagran dan twitterku twelveblossom.♡♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

24.8K 2.6K 6
{OCEAN SERIES 4} Stefano de Luciano Oćean, pria berkuasa yang memiliki segalanya. Darah seorang Oćean yang mengalir dalam tubuhnya, membuatnya tumbuh...
1.6M 207K 39
[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] BELUM DI REVISI!! SEBAGIAN PART SENGAJA DI HAPUS!!🙏🙏 PLEASE YANG BACA CERITA INI KALAU UDAH TAU ENDINGNYA JANGAN SPOIL...
144K 8.3K 29
‼️[ Just Brothership! ] ‼️ "Uzel sayang kalian," Celetuk pemuda manis dengan tangan yang memeluk tubuh sang daddy erat, namun matanya bergulir menata...
don't hurt Lia (end) By el

Mystery / Thriller

1.3M 96.1K 73
"lo itu cuma milik gue Lia, cuma gue, gak ada yang boleh ambil lo dari gue" tekan Farel "sakit kak" lirih Lia dengan mata berkaca kaca "bilang kalo...