Empat tahun kemudian...
Gelapnya malam yang diterangi bintang dan bulan memperindah tampilan langit kota. Udara yang sejuk nan tentram menenangkan keramainan kendaraan beroda dua maupun empat.
Namun, tidak dengan perasaan gadis cantik yang kini sudah dewasa. Luka yang dulu ada belum kunjung memulih. Justru, akan bertambah sakit.
Malam ini, ia berkunjung ke rumah Agil. Memakai gaun yang indah dan memakai riasan wajah yang natural. Begitu perih hatinya menyaksikan senyuman bahagia orang lain.
Hatinya tersayat-sayat melihat lelaki yang dulu dicintainya sedang memakaikan cincin tunangan di jari manis gadis lain. Gadis yang dipilihkan oleh orang tuanya sendiri.
Ya ... itu Agil. Agil yang tampan dengan pakaiannya yang necis. Ia memahat senyum yang indah di bibirnya selepas memasang cincin tersebut.
Allesya hanya menahan perih dihatinya sembari tersenyum pura-pura. Gadis itu melihat Agil dengan lama. Dulu, ia berharap Agil yang akan memasangkan cincin di jarinya. Namun, ternyata Agil memasangkan cincin di jari gadis lain.
Tepat saat Agil melihat Allesya, gadis itu lantas memalingkan mukanya. Ia disusul oleh Dito dan kawan-kawan yang lain.
Dito tak tega melihat Allesya. Meskipun gadis itu melempar senyuman yang indah ... tetap saja ia tidak bisa membohongi teman-temannya. Karena itu, Dito segera merangkul pundak Allesya untuk menuju ke taman sebelah rumah.
Mereka berjalan dengan langkah yang pelan, tanpa adanya suara yang keluar.
“Alle ....” Dito mengeluarkan suara dengan nada yang berat.
Namun, tak ada jawaban. Dito beralih menggandeng tangan Allesya. Gadis cantik itu hanya diam tanpa memberontak diperlakukan seperti itu.
Karena empat tahun yang lalu, Dito yang selalu menemani Allesya. Semenjak Agil sudah disibukkan dengan gadis pilihan orang tuanya.
Lelaki yang dulu terkenal gila karena tingkahnya itu, kini sudah berubah menjadi lelaki yang berwibawa. Ia sukses di umur yang muda. Juga karena memang dia dari keluarga yang kaya, demikian pula dengan teman-temannya.
Berbeda dengan Allesya, gadis itu memilih untuk bekerja keras untuk mendirikan usaha sendiri. Ia rela bekerja di kantor kakaknya sebagai staff biasa demi menabung uang untuk modal usahanya. Dia tidak ingin menjadi orang sukses karena kekuatan orang dalam. Karena hal itu tidak akan memunculkan kepuasan dalam dirinya.
Kini, Dito, telah merubah posisi mereka. Dito meletakkan kepala Allesya di pundaknya dan ia mengusap-usap kepala Allesya dengan lembut.
“Alle ... sekarang udah waktunya lo buat move-on. Cowok yang lo cintai, udah tunangan.”
Allesya menggelengkan kepalanya pelan, “Belum bisa, Dit.”
“Mau sampai kapan?”
“Gue gak tau.”
Dito menarik napas kasar. Ia berpindah posisi. Membuat Allesya terkejut. “Dito?” Gadis itu menyebut nama dengan lirih.
Dito menarik dirinya dari dekat Allesya. Ia memberi jarak diantara mereka. “Berhenti, Allesya.”
“Hah? Maksudnya apa?” Allesya mengernyitkan dahinya tanda tak paham.
“Ada masanya kita butuh sendiri. Bercinta dengan sepi sampai melahirkan ilusi.” Dito mengucapkan kalimat yang tidak dipahami Allesya.
Lantas ia melanjutkan, “untuk saat ini aku gak akan lagi berjanji. Aku akan pergi dan memberimu waktu sendiri. Aku gak akan mencarimu lagi sampai kamu sendiri yang mencariku.”
Dito segera melangkahkan kakinya meninggalkan Allesya.
Allesya terkejut dan tak paham dengan apa yang diucapkan Dito. Lelaki itu selalu menggunakan ‘aku-kamu’ ketika sedang serius.
“Di-Dito?!!!” Allesya berteriak dan berlari mengejar Dito. Ia tidak ingin ditinggalkan orang yang menemaninya lagi. Sungguh, tidak ingin.
Allesya terisak, sembari berlari. Untung saja ia tidak mengenakan sepatu hak tinggi. “Dito!!!” Ia berusaha menahan Dito agar tidak pergi.
Dito yang mendengar lantas menghentikan langkahnya. Ia tidak menolehkan kepalanya. Ia hanya berhenti dan menghadap depan.
Malam ini adalah malam indah bagi yang bahagia. Dan malam petaka bagi yang tersakiti dan kecewa.
Slepp
“Dito, jangan tinggalin aku.” Allesya memeluk Dito dari belakang dengan erat. “Aku-aku-aku gak bisa tanpa kamu.” Ia menangis terisak.
Hati Dito menghangat mendengar perkataan Allesya. Ia tersenyum manis.
Namun, senyum itu kembali pudar tatkala ia menyadari jika dirinya hanya dianggap sahabat oleh Allesya. Padahal ... Dito memiliki perasaan yang lebih kepada Allesya.
“Dito?” panggil Allesya dengan suara parau. “Aku mohon.” Air mata membanjiri pipi bersih Allesya. Sudah tidak tahu lagi, Allesya sendiri bingung dengan perasaanya.
Sudah empat tahun lamanya, Dito menahan perasaannya. Dan juga menahan rasa sakit ketika Allesya membahas tentang saudara tirinya itu.
Tapi tetap saja, meskipun ia berkali-kali merasakan sakit, perasaan itu tidak berubah. Karena Allesya adalah cinta pertamanya.
“Dito ... please.”
Lelaki bertubuh jangkung itu tak tega mendengar suara yang sarat akan sakit. Ia membalikkan tubuhnya dan segera mendekap tubuh mungil Allesya.
Sungguh, ia sangat lemah.
“Jangan tinggalin aku, Dito.” Allesya terisak-isak dengan parau. “Aku gak mau sendiri lagi. Aku cuma punya kamu.”
Dengan terpaksa Dito menganggukkan kepalanya. Karena bagaimanapun, ia tidak sanggup untuk meninggalkan gadis tersebut.
“Aku gak akan ninggalin kamu, tapi dengan satu syarat.”
Ucapan Dito berhasil membuat Allesya mendongak tanpa melepaskan pelukannya, dan menjawab dengan polosnya, “Apa? Aku pasti lakuin kok demi kamu.”
Lagi-lagi hati Dito menghangat. Ia tersenyum, “Kamu harus berjanji untuk menghapus semua perasaanmu dengan Agil di masa lalu.”
“Iya, aku berjanji.” Gadis bermanik sendu itu mengangguk dengan yakin. “Tapi kamu juga harus bantuin aku, ya.” Ia mengeluarkan puppy eyes nya yang membuat Dito gemas.
Dito terkekeh dan mengusap kepala Allesya pelan, kemudian mengangguk.
Lagi-lagi mereka kembali berpelukan dengan tawa yang renyah.
“Ehm.” Dito dan Allesya spontan melepaskan pelukan mereka berdua.
Mereka tidak menyadari, jika disana ada Agil yang sedari tadi memperhatikan. Ya ... Agil mengikuti mereka setelah melihat Dito merangkul Allesya dan membawanya keluar dari halaman rumah.
Tiba-tiba saja suasana menjadi canggung.
“Kok malah kalian disini, sih? Engga di dalam aja. Acaranya kan ada di dalam.” Agil mencoba mencairkan suara dengan suara protesnya.
Dito hanya meringis canggung, sedangkan Allesya hanya diam.
“Ya, udah. Yok, ke dalam. Kalian udah dicariin sama papa.”
Mereka bertiga melangkah bersama dengan pikiran yang berbeda-beda.
Dito sebenarnya merasa tidak enak, karena ia adalah sahabat Agil. Sementara Agil sendiri, ia merasa dirinya akan tergantikan posisinya. Sedangkan Allesya ... ia bingung dengan perasaanya sendiri.
Ah ... sudahlah, biar semua berjalan seperti yang sudah ditakdirkan.
***
Haii, semuanya!
Maaf ya baru update setelah sekian bulan lamanya, hehee.
Adanya wabah ini membuat kita semua diharuskan belajar dari rumah. Yang mana menurutku ini sungguh tidak efektif, hiks. Karena tugas yang makin membludak.
Staysafe ya teman-teman. Tetap #dirumahaja jika tidak ada keperluan yang mendesak.
Btw, makasih ya 31k nyaa, ga nyangka untuk aku yg masih newbie bisa dapet segitu. Tanpa kalian mah aku bukan apa-apa🤗.
Karena kelamaan nunggu, nih aku kasih bonus pict nya Dito dan Allesya, yayyy♥
Jangan lupa VOTE dan KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA. Untuk fast update, hehe. Makasih♥