TELUK ALASKA 2

ekaaryani

3.8M 333K 237K

[SEQUEL TELUK ALASKA] Alistasia Reygan, semua orang menganggapnya sempurna dan bisa mendapatkan segalanya den... Еще

PROLOG
PROLOG II | JANJI MASA KECIL
1. HILANGNYA DIARY
VOTE COVER
2. MENGEMBALIKAN DIARY
3. KECEWA
4. SEBUAH TUDUHAN
5. PARAHYANGAN VS SINGGASANA
6. MENCOBA PERGI
8. SEBUAH BALASAN
9. JANGAN PERGI
10. PERMINTAAN MAAF
LOGO PEGASUS & PHOENIX
11. SEORANG MANTAN?
12. TAWANAN
13. BERADA DI SISIMU
14. SALAH PAHAM 1
15. First Kiss?
16. ARABELLA
17. NEGARA TUJUAN SIA
18. MELINDUNGINYA 1
DANDELION
Malem
19. BUKAN TEMAN KECIL!

7. MENJAUH

110K 12.3K 7.3K
ekaaryani

Ada yang baca jam 12 malem?

Girls and gantle man, aku bakal update lagi kalau udah 3.000 komentar, lagi semangat ngetik nih, biar ga seminggu sekali update nya.

Spam komentar yang banyak ya, biar makin semangat👌


Happy reading...

Tok... tok... tok...

"Sabar!" ucap Bintang yang tengah meneguk segelas air.

Tok... tok... tok...

Tok... tok... tok...

"SABAR WOY ELAH!"

Bintang yang semula akan sarapan pun langsung mengurungkan niatnya saat seseorang yang tingkat kesabaran rendah mengetuk pintunya terus-menerus.

Dalam pikirnya, itu pasti Sia. Mungkin dia akan mengajaknya berangkat bersama? Karena Sia pun begitu, selalu mengetuk pintu kencang walau berkali-kali Bintang memintanya untuk sabar.

"Whoa!"

Dan... betapa terkejutnya dia setelah membuka pitu rumahnya. Almamater Singgasana terpampang jelas tengah berdiri di hadapannya. Apakah kini dia di ikuti dan di sadap oleh anak Singgasana? Atau data siswa baru Parahyangan sudah diretas?

Tidak. Tidak. Jangan sampai Ibu dan Ayahnya melihat dirinya berkelahi. Bisa-bisa anak ini tewas seketika jika menghadapi Ibunya. Bintang pun langsung keluar dan menutup pintunya.

"Mana, Sia?" ucap Bara tanpa salam, membuat Bintang mengernyit hebat.

"Ha?" tanya Bintang tidak mengerti, jadi dia kemari untuk menanyakan Sia? Padahal Bintang sudah bersiap untuk melawannya.

"Lo tahu nggak ini jam berapa?"

"Mana, Sia?"

"Di rumahnya lah, BEGO!" bentaknya kesal, orang ini sudah mengganggu waktu makannya, dan sekarang dia malah menanyakan Sia tanpa salam.

"Sia bilang ini rumahnya, gue juga pernah anterin dia ke sini!" tegas Bara, dia tidak mencari ribut dengan anak Parahyangan, bisa saja dia Kakaknya Sia bukan?

Bintang menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia sangat bingung dengan situasi ini. "Lagian, sejak kapan Sia punya kenalan anak Singgasana?"

"Bukan urusan lo! Sekarang suruh Sia keluar!"

"Nggak ada Sia di sini. Gue harus bilang berapa kali sama lo?"

"Dia... udah berangkat?"

"Ngapain juga udah berangkat? Sopir bis aja baru nyuci ilernya!" Bintang melihat cowok itu dari atas sampai bawah, dia pun melihat name tag yang cowok kenakan. Bintang langsung mengaga, rasanya dia menggigit lidahnya sendiri sekarang.

"Ba... Ba... Ba...," ucap Bintang sambil menunjuk wajah cowok itu. Bara pun hanya mengangkat alisnya karena Bintang terkesan seperti Minion hidup.

"Ba..." ucap Bintang lagi tidak percaya, bagaimana mungkin, apakah dia benar, Bara William? Tetangga Sia dulu?

"Lo Kakak nya Sia kan?"

"Gue temen kecilnya juga, masa lo nggak tahu? Mungkin bedanya rumah gue agak jauh sama dia." jika Bintang berkata seperti itu, apakah Bara akan memgingatnya? Tidak dipungkiri, Bintang pernah bertemu Bara beberapa kali jika dia main ke rumah Sia dulu.

"Lo nggak tahu gue?" Bara pun menggelengkan kepalanya.

"Yakin?"

"Minta nomor WhatsApp Sia, atau id Line, atau apapun itu," ucap Bara, karena dia tidak mau tahu, bukan untuk berkenalan dengan cowok ini tujuannya datang ke mari.

Bintang pun berpikir dua kali, bukankah Sia sangat ingin bertemu dengan Bara? Dulu saja dia sering mengoceh karena Bara tidak menepati janjinya untuk terap bermain berasama.

"Oke, karena lo Bara William, gue kasih," ucap Bintang sambil membuka ponselnya dan memberikan nomor Sia pada Bara.

***

Saat tengah membantu Ibunya, Sia mendapatkan dering telepon dari orang yang tidak dikenalnya. Tentu saja, Sia tidak mengangkat telepon tersebut. Seseorang pun langsung mengirimkan chat di WhatsApp nya.

Unknown:
Sia.

Sia tidak meresponnya, dia lebih baik membuat nasi goreng untuk bekalnya.

Unknown:
Ini gue, Bara. Barusan gue ke rumah lo, tapi lo nggak ada.

Deg!

Masih teringat jelas saat Bara memarahinya atas kesalahan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya. Padahal Sia memiliki trauma, padahal Sia hanya ingin mengembalikan hoodie. Tapi cowok itu malah melampiaskan semua amarah kepadanya.

"Kamu, kemarin pulang larut," ucap Ana lalu memegang lembut tangan Anaknya. Seperti biasanya, senyumnya selalu membuat orang lain merasa nyaman, termasuk Sia.

"Sia punya temen, dia—marah karena kesalahan yang nggak ada hubungannya sama Sia," ucap Sia, dia bangun pagi sekali untuk membantu Ibunya. "Kata Mama, Sia harus gimana?"

"Kamu harus tetep baik sama dia."

"Nggak bisa, Ma."

"Senyumin dia."

"Nggak bisa, aku udah bilang nggak bakal ganggu cia lagi."

Ana mengembuskan napas panjang, terkadang Sia lebih mirip dengannya, tapi Ana tidak menapik, kalau sifat keras kepala Alister mengalir padanya. "Kalau gitu jelasin sama dia, kalau kamu nggak bersalah."

"Udah, tapi Sia nggak yakin dia bakal ngerti," ucap Sia cemberut sambil memainkan kukunya.

Ana pun menyiapkan beberapa potong roti dengan selai, lengkap dengan pancake dibalut toping sirup madu dan cokelat, Ana pun membawa makanan tersebut ke atas meja.

"Kamu tahu, dulu Papa kamu juga sering marah sama Mama. Meskipun itu bukan kesalahan Mama," ucap Ana sambil menyiapkan air putih, "Dan Mama selalu senyum sama Papa kamu, walaupun memang rasanya sakit."

"Mungkin kalau aku jadi Mama, aku udah tonjok Papa duluan," ucap Sia sambil menggenggam gelas seolah ingin memecahkannya.

"Mungkin kalau aku jadi Mama, aku bakal tolak Papa, dan bilang—dasar nggak tahu malu!" Alister lantas berhenti saat mendengar ucapan anaknya.

"Aku nggak bakal diam kaya Mama kalau ada yang rendahin aku. Aku juga nggak bisa senyum sama orang yang marah tanpa sebab. Rasanya sakit saat kita mau berbuat baik tapi nggak di anggap."

Ana pun mengangguk setuju, "Kalau perasaan kamu masih sakit, diam lebih baik. Jangan pernah tonjok orang atau berkata kasar sama mereka, ya?"

Sia mengangguk mengerti.

"Inget, api jangan di balas dengan api, kita harus balas itu dengan air supaya api itu tidak membesar."

Sia pun membawa kotak makan lalu memasukan sarapannya ke dalam sana. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun lalu pamit seraya mencium tangan kedua orang tuanya.

Alister yang baru turun dari tangga pun langsung menatap Ana dengan tidak enak. Perkataan Sia barusan—entah kenapa sedikit menohok hatinya.

"Kamu—" ucap Alister tertahan lalu memalingkan wajahnya, dia mengembuskan napas lalu memotong pancake yang ada di depannya.

"Kenapa?" tanya Ana sambil tersenyum kecil.

"Kamu, emang berhak buat bilang itu. Dan harusnya kamu bilang gitu. Aku emang nggak tahu malu," ucap Alister membuat Ana mengacak-acak rambutnya, sejak kapan Alister menjadi lelaki yang mudah baper?

"Tapi aku sayang kamu," ucap Ana membuat wajah Alister memerah. Ana pun memotong pancake miliknya dan memberikannya pada Alister.

"Aaaaaa..." pinta Ana agar Alister membuka mulutnya. Tapi sayang, Alister maah menarik tangan Ana lalu menciumnya. Mereka pun saling menatap lalu saling melempar senyum satu sama lain.

***

Sia turun disekolahnya, di berangkat tanpa menunggu Bintang dan menggunakan transportasi online. Bintang selalu bertanya panjang lebar jika wajahnya cemberut, dia sedang tidak ingin di wawancara.

Perhentiannya tepat di depan gerbang utama antara Singgasana dan Parahyangan. Dan yang membuat Sia sangat kaget, ada Bara dan—temannya? Dia sedang mengobrol dengan Crystal.

"Sia!" panggil Crystal, dia pun berlari menghampirinya. Dia pun menarik Sia.

"Kakak, ini temen-temen aku di Parahyangan," ucap Crystal seraya memperkenalkan Sia, membuatnya tersenyum kikuk pada Kakak Crystal.

"Orlando," ucapnya sambil mengulurkan tangan, tapi saat Sia akan membalas jabatan tangannya, Bara menghalangi.

"Kenapa nggak bales chat?"

Sontak Orlando dan Crystal saling menatap Bara dan Sia bergantian. Sia yang biasanya tersenyum pun hanya diam membisu tanpa ada sedikitpun senyuman yang terpancar.

"Sia," jawabnya pada Orlando membuat Bara sedikit kesal pada temannya.

"Ah... titip Crystal," ucap Orlando penuh dengan khawatir, "Kalau ada anak Singgasana yang kasar atau macem-macem sama kalian, langsung lapor, biar Kakak yang kasih dia pelajaran," ucap Orlando sigap.

"Makasih, Kak Lando," balas Sia membuat kuping Bara terasa panas, barusan apa katanya, Kakak?

"Jawab gue, Sia!" ucap Bara dan Sia mengedikkan bahunya.

"Oh iya, cowok yang ada di samping Kak Lando, dia cowok paling kasar yang pernah aku temuin, tolong kasih dia pelajaran," ucap Sia sambil memegang tangan Crystal lalu menariknya agar segera masuk ke wilayah Parahyangan.

Lando pun menatap Bara dengan tatapan kesal. Dia berkacak pinggang lalu berdecih, evil smirk muncul dari wajahnya, memperhatikan Bara yang—kesal sekaligus salah tingkah.

"Ada yang bisa gue bantu?" tanya Lando membuat Bara mengangkat wajahnya tidak percaya.

Orlando pun langsung menghadang Bara, dia menatap tajam cowok yang ada di depannya. Dia tengah memakai perban di kepala dan tangannya. Lando pun demikian. Dia sangat tahu kalau Bara kengeluarkan banyak darah kemarin.

"Jangan bilang lo ketemu dia kemarin sehabis kita serang Parahyangan?"

"Ya."

Lando lanshung menyundul Bara, mendorong kepalanya benerapa kali dan mencengkeramnya gemas. Terlihat jelas kalau Bara belum terlalu mengenal Sia, terlihat jelas kalau Bara melakukan kesalahan kemarin.

"Lo, goblok, bego, apa tolol?" tanya Lando kesal.

"Maksud lo?"

"Sia—cewek itu punya phobia darah," ucap Lando sambil memasukan tangannya ke dalam saku, "Crystal kemarin bilang begitu."

Bara pun langsung mengangkat wajahnya, ternyata dia—menyebut Sia putri tidur dan memarahinya sedemikian rupa, karena Sia memiliki phobia? Kenapa Sia sampai terdiam seperti itu? Harusnya dia lari, harusnya dia berteriak, jangan malah membuat Bara tidak mengerti.

"Lando, gue butuh bantuan lo," ucap Bara membuat Lando berhenti berjalan lalu menatapnya penuh arti.

***

Setelah sampai ke kelas, Sia pun memasang kembali name tag yang selalu dia sembunyikan. Berangkat dan pulang sekolah, name tag itu selalu tersimpan di sakunya—menyebalkan memang, ketika kita harus menyamar dan tidak memperlihatkan identitas kita.

"Aku boleh minta sesuatu?" tanya Sia pada Crystal dengan wajah memohon.

"Tentu."

"Jangan kasih tahu Kak Lando kalau nama lengkap aku Alistasia."

"Omo!" ucap Crystal kaget dengan wajah tercengang.

"Kak Lando udah tahu," ucap Crystal sambil tersenyum kikuk, dia tidak mungkin berbohong kalau Lando belum tahu, prinsipnya, jika iya maka iya. Sia yang mengetahuinya langsung menepuk jidatnya.

Sia pun membuka ponselnya, di sana ada ratusan chat dari Bara yang tidak Sia buka. Menyebalkan, siapa sebenarnya yang berani memberikan nomornya? Crystal? Bin—tang? Sia pun langsung menatap Bintang dengan tatapan penuh curiga.

"Oh, Kak Lando tiba-tiba minta nomor kamu," ucap Crystal sembari memperlihatkan ponselnya kepada Sia. "Kasih?"

"Ya."

Tak lama, setelah Crystal memberikan nomor Sia, Orlando mengirimkan sebuah pesan pada Sia. Pesan singkat yang membuat Sia tergelitik.

Orlando:
Hai, Sia. Apa kabar?

Sia tersenyum melihat chat tersebut lalu membalasnya dengan cepat.

Sia:
Baik. Tapi bukannya kita baru ketemu ya, barusan?

Orlando:
Bagus, gue kira lo mati karena nggak read chat gue sedikitpun.

Melihat reaksi Sia, Crystal yang penasaran pun mengintip ponsel temannya.

"Itu bukan Kak Lando kan, tapi cowok yang tadi?"

"Ya."

"Terus ngapain dia pura-pura minta nomor kamu barusan?" tanya Crystal bingung, dari cara chat pertama pun Crystal sudah tahu kalau itu bukan Orlando.

Orlando:
Pulang sekolah, gue tunggu di tempat biasa kita ketemu.

Sia pun berdecak kesal saat membaca pesannya, cia langsung memceritakan semuanya pada Crystal. Lebih tepatnya dia tidak tahan dengan sikap siswa Singgasana dan Parahyangan yang selalu menyangkut pautkan masalah yang tak penting.

Crytal yang mengerti pun langsung memberi saran agar Sia tetap mempertahankan sikapnya sebelum Bara minta maaf padanya.

Sia:
Nggak.

***

Bara pun di sisi lain langsung berdecak kesal, hampir saja dia melempar ponsel Orlando. Tapi saat Orlando selesai membaca chat nya, dia langsung memasang seringaian penuh arti.

"Lo nggak ahli ngadepin cewek, pantes lo cuma punya satu mantan," ucap Orlando membuat Bara menatapnya dengan tatapan maut.

"Biar gue yang turun tangan kali ini," ucap Orlando sambil merebut ponselnya lalu tersenyum lebar.

Love you readers...


Heihoooo, selamat sahur bagi yang menjalankan ibadah puasa, mohon maaf lahir batin kalo ada salah, bikin kalian kesel, nangis dan lain sebagainya🙏

Ditunggu komentarnya yang banyakkkk, senoga besok update lagi, atau malem minggu? Atau double up?

Yang mau beli paket novel Teluk Alaska + Anastasia's Diary + Totebag + Foto polaroid + Handsanitizer bisa langsung order tanpa PO.

Kalo beli novelnya aja bisa kok, tapi maafin, belum dapet totebag😙

Di shopee: rne.ofc / Rebeka.id
Wa: 0858-3115-9286

Jangan lupa follow instagram Official:

@telukalaskaofc

Dan juga instagram Roleplayer:
@barawilliam_
@alistasia.reygan
@bintang.elano
@hutomo_
@alister_reygan
@anastasyamysha

Ada yang mau ditanyain?

Instagram: ekaaryani01

Thankyou💕

Продолжить чтение

Вам также понравится

RAYDEN onel

Подростковая литература

3.6M 221K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
little ace 🐮🐺

Подростковая литература

523K 40.8K 27
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
Kak Elang: ELAZEL Ejl_Jk

Подростковая литература

4.9M 370K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
BADBOY DOYAN SUSU (END) Sexy Lexy

Подростковая литература

6.2M 120K 30
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...