MARITARE

Roses_Series tarafından

4.6M 96.8K 2.9K

Alex, CEO berusia 31 tahun, tiba-tiba dijodohkan oleh sang kakek dengan Rosana, seorang pelajar dengan latar... Daha Fazla

01 ● BEGINNING
02 ● FIND OUT
03 ● REASON
04 ● ENCOUNTER
05 ● ADDRESSING WILL
06 ● DINNER
07 ● REFUSAL
08 ● HARDSHIP
09 ● ENGAGE
10 ● VISIT
11 ● STAY
13 ● BROKE UP
14 ● WEDDING
15 ● AFTER PARTY
16 ● NEWLYWED LIFE
17 ● LITTLE SCRATCH
18 ● DISAPPOINTMENT
19 ● HEATED NIGHT
20 ● INVITATION
21 ● AMELIORATE
22 ● IRONY OF FATE
23 ● COCKTAILS AND TEARS
24 ● BAD INTENTION
25 ● FALLS APART
26 ● REMEDY
27 🖤 NIGHT IN THE WOODS

12 ● FIRST KISS

148K 4.1K 204
Roses_Series tarafından


Alex batal mengantar Rosa untuk kembali ke rumah keesokan paginya. CEO muda yang super sibuk itu beralasan tengah mempunyai urusan bisnis mendadak sehingga ia harus menunda memulangkan Rosa ke rumah sang paman dan bibi. Tante Lastri yang mengetahui hal tersebut sudah jelas tak keberatan. Ia bahkan sangat senang, keponakannya menghabiskan waktu lebih lama bersama Alex.

Rosa menghabiskan siangnya hanya berada di dalam penthouse. Alex tadi meninggalkannya cukup pagi, lelaki itu tak sempat berpesan macam-macam maupun sekedar memberikan baju yang lebih layak untuk Rosa kenakan. Dan mungkin juga Alex dengan sengaja melakukan hal tersebut agar Rosa tetap berada di sangkar emas griya tawangnya.

Walaupun sama sekali tak keluar penthouse, Rosa tak perlu mengkhawatirkan kondisi perutnya. Alex telah mengatur layanan pesan antar untuk gadis itu. Lagipula Rosa sebenarnya juga bisa memasak di dapur dengan berbagai macam bahan makanan yang melimpah. Ia yang sebenarnya juga ingin membantu bersih-bersih pun justru hanya berpangku tangan seperti nyonya besar karena penthouse Alex memang rutin dibersihkan petugas setiap hari.

Rosa menghibur diri dengan hanya menonton acara tv. Kadang kala gadis itu pergi ke balkon untuk sekedar mencari angin dan menikmati pemandangan pusat kota dari atas. Untunglah kepulangannya hanya tertunda selama satu hari. Kalau tidak ia bisa mati kebosanan, merasa seperti Rapunzel yang tertawan di sebuah menara tinggi.

Tepat pukul sembilan malam, Alex akhirnya pulang. Pria itu membersihkan diri sejenak kemudian mengajak Rosa untuk mengobrol empat mata di ruang tengah. Ada satu hal penting yang hendak ia sampaikan pada gadis yang menemaninya beberapa hari belakangan.

**

Rosa tengah terduduk di sofa panjang ruang tengah, sementara Alex berdiri mengamati dengan tangan menyilang di dada. Ia memindai tekun sang gadis yang terlihat cantik walaupun masih menyisakan sedikit lebam samar di kening dan sudut bibirnya. Alex mematung sembari mencoba menghalau hal-hal kotor yang melintas dalam benaknya. Bagaimana mungkin pikirannya tak berkelana kalau malam itu Rosa kembali memakai pakaian minim bahan; dress beraksen bunga dengan tali bahu tipis dengan panjang hanya menutupi beberapa senti paha kecil Rosa yang membalut tubuh gadis itu dengan begitu pas.

Ditambah saat itu Rosa tengah terduduk. Rosa terus menahan roknya ke arah lutut karena jika naik sedikit saja akan dengan mudah mengekspos bagian intimnya.

Alex merasakan dadanya memberat, tubuhnya memanas dan nafasnya terasa sulit. Ia tau ia sedang menahan naluri buas nan biadab yang bergejolak hebat dalam dirinya. Apalagi Rosa masih begitu muda, ia merasa makin di uji. sekarang ia benar-benar mencoba fokus pada inti masalah yang harus segera diketahui oleh gadis cantik di depannya itu.

"Ada satu hal yang ingin saya sampaikan sama kamu" ucap Alex mengawali pembicaraan dengan Rosa malam itu.

"Ehmm" tapi kemudian ia berdehem ringan karena menyadari suaranya yang terdengar serak menahan gairah.

"Apa itu, Om?" Rosa bertanya dengan memiringkan kepala. Wajah cantiknya memandang Alex penuh keluguan. Mata besarnya berkedip-kedip memperhatikan Alex yang tampak tegang. Ia tak menyadari sama sekali jika lelaki di hadapannya sedang bersusah payah menahan nafsu untuk tak menerkamnya.

Alex berancang-ancang dengan mengambil nafas dalam.

"Saya sudah memutuskan-" ucap pria itu.

"...ada baiknya kita berdua jadi menikah" lanjut Alex mantap tanpa ada keraguan yang tersirat dari roman wajah lelaki tampan tersebut.

Setelah merenung semalaman dan mempertimbangkan berbagai macam hal,  akhirnya Alex mengambil keputusan final untuk bersedia menikahi Rosa. Pada akhirnya, ada begitu banyak alasan yang mendorongnya untuk mengambil langkah tersebut.

Rosa tentu saja langsung terperanjat begitu mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Alex.

"Oo-om bilang apa?" Tanya gadis itu terbata takut ia salah dengar.

Alex menarik singkat sudut bibirnya ke samping.

"Kurang jelas saya bicara?" Ia mendengus kasar. Alex lalu mengambil beberapa langkah mendekat pada gadis belia di hadapannya agar suaranya bisa terdengar lebih jelas.

"Setelah dipikir-pikir, menerima perjodohan kakek juga tidaklah buruk. Saya akan menikahi kamu Rosana. Sudah paham?" Ucap Alex penuh penekanan dengan tatapan yang setajam pisau.

Bola mata Rosa melebar dan bibirnya terbuka. Ia lalu menelan saliva kasar, saat itu nafasnya berubah memburu cepat. Entah mengapa tubuhnya merespon keputusan Alex seperti sebuah hentakan.

Rosa melirik sekilas ke kanan kiri sebagai pelampiasan kegugupannya. Ia masih sangat bingung dan merasa tidak percaya dengan keputusan Alex. Selanjutnya gadis itu kembali menengadah untuk menemui arah pandang pria yang berdiri di hadapannya. 

"O-om bercanda ya?" Lirih Rosa justru meragukan kesungguhan Alex.

Alex mengernyitkan dahinya. Ia tak percaya Rosa menganggapnya main-main.

"Apa yang membuat kamu berpikir saya enggak serius?" Alex berusaha sabar.

Rosa mengumpulkan segenap tenaganya. Ia kemudian berdiri dan memberanikan diri berhadapan dengan Alex.

"Karena... karena waktu itu om sendiri yang minta Rosa untuk menolak perjodohan itu kan" jawab gadis itu terburu.

"Itu kan dulu. Sekarang saya berubah pikiran" balas Alex enteng.

"Maksudnya?" Rosa masih merasa bingung. 

"Kenapa masih tanya. Kamu paham enggak apa yang barusan saya bilang? saya menerima perjodohan kakek. SAYA MAU MENIKAHI KAMU! KAMU MAU ATAU TIDAK MENIKAH SAMA SAYA?! Se-simple itu. Jawab sekarang. YES OR NO?"
Alex semakin gemas dengan sikap berbelit-belit Rosa. Ia jadi berbicara pada gadis itu dengan intonasi yang kian meninggi. Hampir saja kesabarannya habis karena jarak mereka yang semakin dekat membuatnya bertambah panas.

"Om kenapa sih  bahas itu lagi... Ini pasti cuma... cuma..." Rosa terbata. "Om cuma mau becandain Rosa kan?" Tuduh gadis itu tanpa tedeng aling-aling. Ia memang merasa rendah diri jika berhadapan dengan Alex. Rosa berpikir tak mungkin pria sesempurna Alex mau menikahi gadis dengan latar belakang seperti dirinya. Lagipula setau Rosa pria itu sudah mempunyai kekasih. Semakin menguatkan praduganya jika semua hanyalah permainan.

"Astaga ni bocah" gumam Alex geram.

"Om yang bilang sendiri om mau menikah sama pacar om. Terus kenapa bilang seperti tadi? Apa iya mungkin om bisa berubah pikiran secepat itu?"

"Kapan saya bilang mau menikah?"

"Waktu kita pertama kali ketemu"

Alex mencoba memanggil kembali memorinya. Yah memang waktu itu ia secara spontan beralasan . Padahal sebenarnya ia belum punya rencana sama sekali untuk menikahi kekasihnya saat itu yaitu Shely.

Tapi belum sempat Alex menjelaskan lebih jauh, Rosa sudah menyela.

"Om bahkan kasih Rosa perhiasan ratusan juta sebagai tanda kesepakatan untuk menolak perjodohan itu. Apa om gak ingat? Rosa bahkan harus dimarahi om dan tante Rosa karena semua ini... dan sekarang om bercandain Rosa seperti ini. Rosa gak habis pikir-" Rosa menatap kecewa pria di depannya. Saking merasa kecil hati ia jadi sulit percaya pada kesungguhan Alex.

"Saya-enggak-bercanda Rosana..." desis Alex tanpa membuka mulutnya lebar. Ia merasa hampir putus asa.

Tapi Rosa tetap tak serta merta percaya. Ia bahkan takut jika sudah memberi jawaban iya Alex justru akan berbalik mengoloknya dan mengatakan semua hanyalah omong kosong.

"Tolong om enggak usah mengada-ada. Sekarang mendingan Rosa balik ke kamar aja. Rosa mau siap-siap buat besok pagi. Om udah janji mau antar Rosa pulang kan... " ucap gadis itu kemudian tanpa memandang wajah alex.

Dengan pendirian yang masih mengira Alex hanya mempermainkannya dengan lelucon konyol, Rosa membalikkan badan dengan berang. Namun baru saja ia melangkahkan kaki untuk berjalan menjauhi Alex, laki-laki itu sudah meraih tangannya terlebih dahulu.

Alex menarik satu tangan Rosa dan membuat gadis itu berputar 180 derajat. Ia lantas menahan pinggang gadis itu agar tak kehilangan keseimbangan. Tubuh keduanya berbenturan dan saling berhadapan.

Rosa yang masih terkejut hanya bisa mengerjapkan mata memandang dada Alex yang hampir menempel pada wajahnya. Sebelum ia bisa mendongak untuk melihat wajah pria itu, jemari Alex sudah terlebih dahulu meraih kedua sisi rahangnya dan membuatnya menghadap ke atas.

Tak sampai beberapa detik kemudian, Rosa yang tengah memandang Alex langsung menutup matanya secara spontan. Alex kini telah menyapukan bibir di atas bibirnya dan membuat mereka berpadu dalam sebuah ciuman hangat.

**

Bagi Rosa itu adalah kali pertama ia berciuman. Gadis itu tak tahu apa yang harus dilakukan sehingga hanya bisa diam terpaku merasakan bibir Alex yang menelusuri bibirnya dengan lembut.

Sementara Alex sadar betul bahwa ia telah mencuri ciuman pertama gadis yang berada dalam rengkuhannya kini. Ia diam-diam menyembunyikan senyuman tipis disela aksinya mencumbui bibir manis Rosa yang terasa stroberi.

Dan Rosa pun sama sekali tak menolak. Tubuhnya begitu saja menerima kecupan dari Alex. Lama kelamaan ia justru menyambut setiap lumatan basah yang Alex berikan pada bibirnya. Gadis itu menikmati dan meresapi apa yang dilakukan oleh Alex padanya. Ia mengikuti langkah Alex yang seolah membimbing untuk mencium lebih dalam.

Dan seakan tak pernah puas, Alex melumat bibir Rosa yang merah merekah, terasa manis juga halus terus selama beberapa menit. Ia hanya membiarkan gadis itu bernafas sesaat sebelum menyatukan lagi bibir keduanya.

Alex menekan tengkuk Rosa, kemudian satu tangannya turun ke pinggang ramping gadis itu dan menarik tubuh Rosa agar makin merapat. Rosa mencengkeram erat kemeja Alex. Membiarkan dirinya terhanyut dalam kecupan demi kecupan yang dilancarkan pria tampan tersebut.

Rosa terus merasakan hidung Alex yang lurus dan lancip menusuk pipinya tatkala pria itu mencumbunya penuh gelora. Namun setelahnya Alex melepaskan pagutannya dan memandang manik mata Rosa dalam-dalam.

Alex mengusap lembut bibir Rosa dengan ibu jari begitu ia melihat bibir gadis itu basah karena salivanya. Setelah berusaha menetralkan nafas, ia membisikkan satu kalimat sambil mengadukan dahinya pada gadis itu. 

"Kamu masih berpikir saya cuma bercanda?" Tanya Alex menghanyutkan dengan suara baritonnya.

".... ... ........" Rosa terdiam sembari menata nafasnya yang terputus-putus. Alex melihat dada Rosa naik turun menyembul dari balik pakaian. Ia menelan salivanya susah payah. Betapa saat itu ia ingin sekali memiliki Rosa yang teramat cantik seperti bunga.

"Katakan IYA sebelum saya berubah pikiran" bujuk Alex setengah mengancam.

"...om..." gumam Rosa lirih.

"Apa kamu lebih memilih dijual sama om dan tante kamu ke laki-laki bajingan daripada menikah sama saya?" Alex kembali memprovokasi Rosa agar segera mengambil keputusan.

Rosa menggeleng takut. Ia tak berani membayangkan hal tersebut walaupun itu sangat mungkin terjadi.

"Enggak..."

"So please say Yes, Rosana..." lirih Alex serak hingga membuat Rosa merinding dan menembus sanubarinya yang terdalam."Will you marry me?" Lanjutnya dengan bisikan rendah dan membuat Rosa kian gemetar. Ia bertanya sekali lagi dan terakhir kali. 

Rosa kesusahan menghirup oksigen di sekelilingnya. Jemari kokoh Alex yang terasa begitu panas terus mengusap kedua pipinya. Bibir mereka yang masih berdekatan membuat Rosa mendamba gelisah. Ia pun bisa merasakan betapa hangat nafas Alex menyapu kulit wajahnya. Betapa lelaki itu juga resah menunggu jawaban darinya. 

Rosa kembali memejamkan mata. Ia mengangguk pelan.

"I-ya..." bisik Rosa setengah tersengal. Kata itu kemudian disambut seringai tipis oleh Alex. Tanpa membuang waktu pria itu kembali mencumbu bibir merah Rosa yang telah menjadi candu baginya.

*

Mhhhh

Rosa mendesah pelan saat Alex memagutnya kian intens dan memberikan lumatan-lumatan kasar. Pria itu semakin memerangkap Rosa ke dalam rengkuhannya dan mendorong pelan tubuh gadis itu untuk berjalan mundur hingga membentur sofa ruang tengah.

Dengan tanpa melepaskan pagutannya, Alex perlahan tapi pasti membuat Rosa terududuk di atas sofa. Selanjutnya ia dengan begitu lihai mendesak tubuh gadis itu hingga terbaring pasrah di atas sofa ruang tengah penthouse miliknya.

Alex telah gelap mata. Nafsu duniawi mulai mengambil alih akal sehatnya. Ia menindih sembari mencumbui Rosa seolah tiada hari esok. Bahkan Alex mulai berani memberikan kecupan di seluruh wajah dan juga leher gadis itu.


Alex terhanyut dalam aroma memabukkan tubuh Rosa yang harum bunga-bunga. Tangannya refleks membelai bagian tubuh sang gadis dimanapun yang bisa ia sentuh. Bahkan saat itu rok yang Rosa kenakan sudah naik sebatas perut, memamerkan harta berharga gadis itu yang hanya tertutupi sehelai kain tipis. Alex semakin tergoda untuk bisa mencicipinya.

Alex menjeda dengan menarik tubuhnya ke atas. Ia dapat melihat bibir Rosa membengkak karena ciumannya yang begitu brutal dan tanpa henti. Pipi gadis itu memerah dengan tubuh yang menggeliat di bawah kungkungannya dan sinar mata Rosa begitu sayu ketika memandang dirinya.

Pandangan Alex semakin beralih ke bawah. Karena rok mininya telah tersingkap, area intim Rosa yang hanya berbalutkan kain tipis berenda terpampang jelas di depan mata Alex. Alex mengepalkan tangan ketika melihat pemandangan indah nan cantik di bawahnya. Milik Rosa begitu menggoda apalagi lipatan gadis itu tampak tercetak sempurna. Kejantanan Alex semakin menggeliat ingin mencari kehangatan pada milik sang gadis yang telah terlihat basah.

"Rrgghhh" Alex pun tak tahan, ia menggeram saat dengan tak sabarnya kembali menyerang bibir Rosa yang masih bengkak sensual. Tangannya mengelus dan mengusap nakal paha ramping nan mulus gadis itu, dan membuat si empunya terus bergerak gelisah.

Nghh

Rosa mendesah pelan saat Alex terus membelai pahanya dan semakin lama semakin naik ke atas.

ahh

Rosa sontak memekik kecil ketika jemari Alex yang panjang nan kokoh tau-tau mengelus lembut miliknya. Dengan refleks gadis itu mendorong pelan tangan Alex yang baru saja menyentuhnya. Tubuhnya bergetar karena begitu terkejut merasakan sensasi yang baru pertama kali ia alami.

Saat mendapati Rosa tersentak itulah yang akhirnya membuat kesadaran Alex kembali. 

Dengan berat hati Alex mengumpulkan sisa-sisa kewarasannya. Seolah enggan, lelaki itu menarik diri dari atas tubuh Rosa dan mundur teratur ke belakang. Ia berdiri dengan gamang memandang Rosa yang masih terbaring bingung.

"Bangun Rosana, cepat kembali ke kamar kamu" desis Alex pelan namun masih bisa didengar gadis yang baru saja ia gerayangi tubuhnya itu.

"Om..." lirih Rosa seraya perlahan bangkit. Ia terdiam sejenak menatap Alex dengan penuh tanya.

"Tunggu apa lagi! Saya bilang cepat kembali ke kamar kamu!" Alex tampak gemetar.

"   ......  "

"Cepat! Sebelum kamu hancur di tangan saya" ucap Alex sambil menahan gelora di tubuhnya yang berkecamuk hebat. Tangannya mengepal kuat hingga menampakkan pembuluh darahnya begitu jelas.

Rosa menuruti keinginan Alex dengan segera merapikan baju. Ia lalu berdiri dan menghambur ke dalam kamar secepat yang ia bisa.

.

Setelah Rosa meninggalkannya seorang diri, giliran Alex yang mendudukan diri di sofa sembari mengusap kasar wajahnya karena frustrasi. Ia pun lantas bergegas beranjak dari ruang tengah untuk kembali ke kamar. Ia membuka pintu kamar lalu membantingnya dengan keras. Tanpa membuang waktu Alex melangkah ke kamar mandi. Ia masuk dan langsung memposisikan diri dibawah shower.

Dengan masih berpakaian lengkap, Alex memutar keran shower hingga air seketika menghujani tubuh tegapnya. Alex menempelkan telapak tangannya di dinding, wajahnya menunduk merasakan air mengguyur tengkuk kepalanya.
Ia membutuhkan guyuran air dingin untuk memadamkan api gairah yang masih berkobar hebat dalam dirinya. 

*****

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

68.8K 2.9K 30
Problematic Student with her Pedopil Teacher Start: 14 Juli 2019 End: 12 Januari 2020 Cerita ini tidak untuk di revisi. Karena akan dijadikan bahan p...
1.1K 51 10
Aqila Kaira Khanza merasa kesal dengan permintaan ayahnya yang menginginkan dia menikah di usianya yang baru 22 tahun. Astaga, dia bahkan baru lulus...
5.4K 1K 30
Elesta Maura, akrab dipanggil El/ Elmo❤ inspiration by, Bunda L
137K 18.8K 49
hanya fiksi! baca aja kalo mau