On The Limit

By simahiro

9.1K 1.3K 383

Hari berhujan, Kyuhyun bertemu dengan wanita aneh. Menghantarkan rasa sakit dan menyisakan sesuatu untuknya. More

Prolog
1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

3

718 102 14
By simahiro

Ekspresi wanita itu berubah kaku begitu mendapati satu pemuda lain duduk di meja makan pagi ini. Lebih lagi kapan dia mengijinkannya masuk. Dan sejak kapan pemuda itu ada di rumahnya? Dia tidak menyadarinya sama sekali.

"Aku tidak ingat kita memiliki tamu, Kibum?" dia berkata dengan nada rendah dan bibir yang tidak terbuka sepenuhnya. Dia bicara kepada Kibum tapi matanya menajam pada pemuda di sebelah putranya.

"Aku membawanya masuk. Menginap di kamarku."

Hampir-hampir Nyonya Kim membanting sendoknya, jika tidak ingat masih ada Tuan Kim di ujung meja. Duduk tenang mengunyah sarapannya. Kibum juga nampak abai dengan reaksi sang Ibu, lebih memilih memperhatikan Kyuhyun.

Kyuhyun membiarkan Kibum membuka piring untuknya, meletakkan nasi dan beberapa lauk yang disukainya bahkan meletakkan sendok dan garpu juga untuk dirinya. "Sarapan. Kita segera berangkat setelah selesai."

Kyuhyun menoleh, menatap Kibum sebentar. Kibum memberinya kode agar segera makan. Sebelum melakukannya Kyuhyun melirik sebentar pada Tuan Kim dan si Ibu. Tuan Kim bahkan tidak melihat ke arahnya, tapi si Ibu terus menatapnya dengan penolakan. Kemudian wanita itu mendorong kasar piringnya ketika Kyuhyun mengangkat sendok untuk memulai makan. Si Nyonya Kim meninggalkan meja dengan dorongan kasar.

Kyuhyun memutar sendok di tangan, menunduk. Merasa telah merusak suasana rumah ini. Tuan Kim juga menyelesaikan sarapannya. "Lanjutkan. Pergi setelah kau kenyang," ujarnya singkat sebelum pergi dari sana.

Kyuhyun mengusap tengkuknya dengan lengan kiri. Kibum di sebelah bersikap tidak acuh, menikmati sarapannya.

"Apa aku mengacaukan kegiatan pagi kalian?" tanya Kyuhyun.

Kibum menelan sebelum menjawab. "Apa kau sudah puas memandangi Eomma?"

"Puas apa? Aku ingin memeluknya, Kibum." Kyuhyun memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua lengan. Tingkahnya itu mengundang toyoran gratis di kepalanya dari Kibum.

"Jangan ngelunjak. Aku saja tidak pernah dipeluk."

Kyuhyun meletakkan tangannya di meja, menghela berat. Menerawang kecil. Kibum yang melihatnya segera menegur. "Cepat makan. Kita hampir terlambat."

"Tidak lapar. Aku sarapan di Sekolah saja."

Kibum menatap datar Kyuhyun. "Makan!"

"Kenapa, sih!" Kyuhyun memundurkan tubuhnya melihat Kibum memicing.

"Kau tidak akan keluar dari sini sebelum kenyang. Tidak dengar apa yang dikatakan Abeoji. Jadi cepat makan."

Bibir Kyuhyun mencebik keras dan dengan enggan mengambil sendok untuk sarapan. Kibum melihat puas begitu satu suapan masuk ke dalam mulut Kyuhyun. Selanjutnya mereka makan dengan tenang.

#

Kyuhyun menerima pesan dari Siwon yang menanyakan tentang keadaannya. Kibum ikut mengintip kemudian berdecak kesal.

"Dia pikir kau menginap di kandang Singa atau semacamnya! Apa-apaan pertanyaannya itu!" tepat saat mobil Keluarga Kim sampai di depan gerbang Sekolah. Kibum turun lebih dulu. Kyuhyun ikut turun dari pintu di sisinya.

Kibum akan diantar ke Sekolah, tapi pulang tanpa dijemput. Seperti yang dia minta. Dia bersedia diantar agar tidak terlambat. Tidak dijemput supaya dia bisa bebas setelah Sekolah.

Sejak keluar dari mobil yang sama dengan Kibum, beberapa murid mulai berbisik-bisik di belakang mereka. Beberapa menatap keduanya dengan penasaran. Tapi baik Kibum pun Kyuhyun tidak ada yang peduli.

Kyuhyun berjalan di belakang Kibum, sedikit lambat melangkah karena membalas pesan Siwon yang rupanya cemas dia menginap di rumah Keluarga Kim. Mereka tahu jika Ibu mereka tidak suka dengan Kyuhyun. Takut jika Kyuhyun bisa saja mendapat pengalaman buruk di sana.

Tapi apa yang dikhawatirkan Siwon memang sedikit berlebihan. Nyatanya selain sikap yang dingin dan ketus yang dia terima, Kyuhyun masih baik-baik saja. Dia tidak terluka pun tidak merasa banyak tertekan. Dia sudah biasa mendapat perlakuan seperti itu dari Ibu mereka. Jadi sudah tidak heran lagi dan justru menikmatinya.

"Kibum, tunggu!" setelah berbalas pesan Kyuhyun mengejar Kibum.

Mereka hampir mencapai pintu kelas, namun tiba-tiba Kyuhyun menahan langkah dan berlari ke pintu yang lain. Kibum mendesah lirih, menatap datar pada dua makhluk yang menjaga pintu. Melewati mereka tanpa takut sedikitpun.

"Kalian harus menjaga batas darinya," katanya pelan hampir berupa bisikan. Meski begitu Kibum seakan yakin jika keduanya dapat mendengar dengan jelas apa yang dia katakan.

Saat sampai di dalam kelas, Kibum melihat Kyuhyun sudah duduk di bangkunya sendiri, mengubur wajah di dalam buku terbuka.

"Eoh, kalian datang bersamaan?" sergah Donghae.

"Dia menginap di tempatku," jawab Kibum seraya mendudukkan diri.

"He?!"

Kibum menatap Donghae malas. Memangnya apanya yang aneh jika seorang saudara menginap di tempat saudaranya sampai ekspresi semua orang seperti ini? Menggelikan!

"Biasa saja."

"Tidak biasa!" kemudian Donghae mendekatkan diri dan berbisik. "Memangnya dia baik-baik saja?"

Kening Kibum berkerut tidak suka. "Kau berharap apa?" tantangnya.

Donghae cengengesan. Mengambil jarak awal dari Kibum. "Anni. Bagus. Kalian sudah berbaikan. Itu bagus." Donghae tersenyum, membuka bukunya menghindari intimidasi teman di sebelah.

Melihat Donghae sudah tidak akan mengganggunya, Kibum beralih pada Kyuhyun. Melihatnya yang masih menyembunyikan wajah. Yang membuatnya terkejut dua makhluk itu sudah ada di sana. Di kanan kiri Kyuhyun.

Ini sesuatu yang dipikirkan Kibum. Kedua hal ini terus datang dan muncul, tidak bergantung pada waktu dan tempat. Bahkan tidak menunggu hari berubah malam. Selalu berada di sekitar Kyuhyun. Tidak tahu kenapa dan apa tujuannya. Membuat Kibum tidak bisa lengah dan terus mengawasi Kyuhyun lebih dari sebelumnya.

#

Kyuhyun berjalan hampir dengan mata menutup. Dia tidak ingin lihat! Tidak ingin lihat! Sayangnya, dua ini terus mengikutinya. Dia berlari tapi keduanya entah bagaimana selalu berada tepat di belakangnya.

Jadi sepanjang hari dia sibuk menghindari mereka. Hampir tidak mengambil makan siangnya jika Kibum tidak datang dan memberinya makan.

Ah, kenapa mereka tidak mau pergi?

Grak!!

Karena tidak bisa menghindar, juga lelah bergerak, Kyuhyun memutuskan menelungkup saja di bangkunya. Kyuhyun mendengar suara kursi ditarik. Suaranya ada di depan. Kelas sedang sepi dan Kyuhyun pikir itu makhluk astral lagi. Dia hampir ketakutan, sampai suara Kibum yang terdengar.

"Hei," itu benar-benar Kibum yang prihatin melihat Kyuhyun seharian ini. Sejak dua makhluk itu muncul adiknya terlihat kesusahan. "Kau ingin seperti ini terus?"

Kyuhyun mengangguk. Kibum tidak puas. Dia menarik tangan Kyuhyun yang jadi tumpuan dan membuat Kyuhyun terpaksa menegakkan kepala. Tidak benar-benar tegak, kepalanya merunduk agar tidak bertemu padang dengan dua makhluk itu.

"Kenapa?"

"Dari pada menghindar terus, kenapa tidak kau coba berinteraksi dengan mereka?"

Kyuhyun menggeleng ciut. Enak saja Kibum bicara. Dia tidak suka dengan ular. Apa lagi dengan satu yag sebesar melebihi dirinya itu! Sudah bukan geli lagi, dia ketakutan!

"Tapi mereka terus mengikutimu. Mereka mencari atensimu."

"Biarkan saja. Aku hanya perlu terus menghindar."

'Tuan, kami tidak bisa kau hindari. Kami ada bersamamu. Selalu.'

Deg!

Kyuhyun terlonjak spontan. Meraih tangan Kibum dengan gemetar. Kibum menatapnya aneh. Tapi meraih tangan Kyuhyun juga. "Apa yang mereka katakan?"

Kyuhyun menatap Kibum. "Kau tidak bisa mendengar mereka mengatakan sesuatu?" ah, Kyuhyun hampir lupa Kibum hanya bisa melihat. Tidak pernah mendengar bagaimana makhluk-makhluk semacam mereka begitu berisik dan mengganggu. Hanya sebatas itu kemampuan Kibum, mana bisa dia berinteraksi dengan mereka.

Kibum seolah hanya jadi penonton. Kyuhyun tersenyum kecut.

'Tuan, jangan menolak kami.'

'Kami bukan untuk mengganggumu. Kami bersamamu untuk membantumu.'

'Benar! Kami ini adalah pengikutmu.'

Pegangan Kyuhyun mengendur. Kibum menatapnya awas. Tapi si adik sepertinya telah kehilangan separuh ketegangannya. "Ada apa? Mereka masih bicara? Apa yang mereka katakan?"

Mata Kyuhyun menatap lurus pada manik Kibum. "Mereka bilang mereka pengikutku. Mereka bersamaku untuk membantuku."

"Mwo?!"

Kyuhyun mengangguk.

"Jadi mereka ada di pihakmu. Mereka tidak akan melukaimu."

"Mungkin."

"Sudah pasti begitu. Aish! Ini hanya karena kau penakut!" Kibum merasa Kyuhyun akan bisa mengatasinya. Dia hendak pergi tapi Kyuhyun menahannya buru-buru.

"Tetap di sini. Aku tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan padaku." Kyuhyun memelas.

"Kau hanya perlu bicara dengan mereka. Tapi apa yang bisa kulakukan di sini? Aku hanya," Kibum menatap dua makhluk itu yang sejak tadi diam dengan tenang. Dan mendadak dia merasa jengkel. "Aku hanya bisa melihat. Tidak bisa melakukan apapun."

Kibum pergi juga pada akhirnya. Ditinggal Kibum, Kyuhyun tidak berani melihat dua makhluk itu. Dia bertahan di posisinya sampai si Ular itu beringsut maju. Kyuhyun hampir menjerit saat kepala si Ular sudah berada di sisi mejanya. Menjulur sampai ke atas meja.

Kyuhyun menempel kuat di kursinya. Memejamkan mata. Menolak melihat.

'Jangan takut, Tuan! Kau bisa menyentuhku!'

Si Kera menggeram melihat kekonyolan rekannya. Sudah jelas Tuan mereka belum bisa menerima mereka, tapi dia masih bertindak begitu agresif. Memang tidak bisa tenang si Ular itu.

'Tuan tidak suka padamu! Jadi cobalah untuk tidak terlalu dekat!' Si Kera mengambil badan si Ular dan menariknya, sedikit mendorongnya hingga mundur cukup jauh. Si Ular yang tidak terima dengan perlakuan rekannya pun menjadi marah. Ular merayap maju, menegakkan kepala, lidahnya menjulur dengan suara desisan kuat.

'Kau Kera buluk! Berani bersikap kasar! Oh, apa ini duel! Baik! Bahkan di depan Tuan kau masih bersikap begitu! Kau pikir aku akan mundur! Lihat, siapa yang akan paling disayang Tuan!'

Si Kera tertawa keras. Meremehkkan Ular yang mulai terpancing. 'Apa ini? Kau menantangku?'

Keduanya saling mendekat. Kyuhyun menoleh untuk melihat apa yang dilakukan keduanya. Dan dia hanya bisa terkejut melihat kedua makhluk itu sudah bergumul tidak karuan. Berkelahi.

"Apa yang kalian lakukan?"

'Kau menggigit ekorku bodoh!! Akan kucabuti bulumu sehingga kau botak dan menjadi lebih buruk rupa!!'

'Lebih dulu kukuliti kau Ular melata!! Kusebar sisikmu di penjuru pantai!! Kujadikan kau santapan lezat penghuni laut!!'

Kyuhyun berdiri dari kursinya. Tangannya menjulur seolah ingin menghentikan mereka yang melilit dan mencakar. Kegaduhannya tidak mengubah kelas. Tidak ada kursi atau tembok yang retak. Tapi itu bising sekali di telinga Kyuhyun. Membuatnya merasakan denging yang memancing amarah.

"BERHENTI!!"

Keduanya berhenti seketika dengan posisi yang saling berhimpit tanpa jarak dan tubuh yang saling melilit. Kyuhyun merasa sedikit geli dalam hati, berusaha untuk tidak tertawa. Mati-matian menahan bibir agar tidak melengkungkan kurva.

Sepertinya yang dikatakan Kibum boleh juga dilakukan. Kedua makhluk ini cukup terlihat konyol untuknya.

"Memisahkan diri."

Keduanya langsung saling menjauh. Kyuhyun mengangguk. Mengusap dagu seraya duduk di meja. "Kalian benar tidak akan melukaiku?"

Keduanya menggeleng cepat. Kyuhyun mengangguk lagi. "Kalian pengikutku?"

Keduanya mengangguk mantap. Kyuhyun juga puas dengan jawaban ini. Mengusap dagu kembali dia memikirkan sesuatu.

#

"Mereka bilang, mereka sudah bersamaku sejak aku 7 tahun. Tepatnya mereka diberikan oleh seorang wanita pada malam saat hujan itu. Dan mereka berada di kedua telapak tanganku selama ini. Yang kiri si Ular, kanan si Kera."

Kyuhyun menyampaikan apa yang dikatakan dua makhluk itu pada Kibum. Saat jam pulang Kyuhyun secara antusias menyeret Kibum pergi ke sudut sekolah yang sepi. Dua makhluk itu masih mengikuti Kyuhyun sepanjang hari ini, begitu yang terlihat oleh Kibum. Bahkan saat jam pelajaran.

Kibum bahkan terkejut saat Kyuhyun bisa bercerita sebanyak ini setelah siang tadi dia tinggal. Seolah dia tidak memiliki ketakutannya sebelum ini.

"Tunggu, wanita? Siapa?"

Kyuhyun menggeleng tidak tahu. Kibum beralih menatap kedua makhluk yang disebut pengikut Kyuhyun ini. Mereka tidak merespon Kibum sama sekali.

"Mereka menyebutnya Sima!"

"Dan kenapa wanita ini memberikan mereka padamu?"

Kyuhyun mengedik bahu.

"Kau tidak bertanya?"

"Tidak. Tapi mungkin aku tahu kenapa. Rupanya selama ini mereka menjagaku. Aku tidak pernah berhasil mati karena mereka masih menjagaku. Tapi belakangan mereka bilang tanpa kesadaranku, mereka tidak bisa berbuat lebih banyak sedangkan yang datang semakin banyak dan kuat."

"Itu kenapa yang terakhir kau hampir mati?"

"Benar. Sebab itu mereka berusaha keras agar aku menyambut panggilan mereka."

"Tapi apa maksudnya kesadaranmu?"

"Karena mereka juga membutuhkanku untuk tetap kuat agar bisa melawan mereka yang setiap kali datang mengincarku. Itu yang mereka katakan."

Kibum tidak paham penuh apa maksud kalimat itu. Begitu juga Kyuhyun, tapi anak itu seolah tidak peduli, karena Kyuhyun terlalu senang pada satu kenyataan bahwa, "aku bisa bebas keluar saat malam. Bukankah itu luar biasa Kibum! Dengan mereka di sisiku, aku tidak takut lagi pada gelap! Ah, andai sejak dulu seperti ini."

Karena Kyuhyun yang senang, Kibum juga ikut senang. "Ya. Bagaimana dengan mencobanya malam ini?"

Kyuhyun mengangguk menyambut ajakan Kibum. "Ini akan luar biasa!"

#

Siwon pergi ke Sekolah Kyuhyun begitu jam kuliahnya selesai. Dia datang buru-buru karena hari sudah sangat sore dan adiknya tidak membalas pesan yang dia kirim. Sampai di sana Sekolah sudah sepi. Penjaga bilang bahwa semua murid sudah keluar. Namun Siwon diijinkan untuk memeriksa ke dalam, mungkin saja adiknya masih ada dan berhubung belum waktunya Sekolah dikunci.

Sekolah memang benar sudah sepi. Siwon kembali dengan lesu, masih mencoba menghubungi Kyuhyun. Setelah tidak ada tanggapan, barulah Siwon teringat Kibum. Dia menghubungi adiknya yang lain itu juga, namun tidak pula diangkat.

"Ini anak pada ke mana..." kali ini Siwon menghubungi nomor rumah. Jika Kyuhyun sudah sampai di rumah pasti anak itu akan mengangkatnya. Tapi setelah menunggu beberapa waktu dan mencoba beberapa kali, masih tidak berhasil. Berarti Kyuhyun tidak di rumah.

#

Kyuhyun senyum-senyum sendiri. Dia bersama dengan Kibum. Masing-masing duduk di ayunan pada sebuah taman. Dari Sekolah mereka langsung pergi tidak tentu arah. Kibum memang banyak tahu tempat dibanding Kyuhyun, tapi untuk hari ini dia mengikuti Kyuhyun dengan random. Sebab Kyuhyun tidak memiliki tujuan jelas. Alhasil mereka keluyuran ke mana saja.

Lelah berjalan mereka memutuskan untuk beristirahat di taman ini. Kibum sempat membeli minum dan roti.

"Ke mana setelah ini?" tanya Kibum.

"Tidak tahu."

"Jangan tidak tahu. Yang jelas mau ke mana."

Kyuhyun berpikir. Tapi kemudian menggeleng. Selama ini dia memang tidak pernah keluyuran. Dia hanya keluar ke tempat yang sudah jelas tujuan dan perlunya. Tidak seperti sekarang. "Kau yang biasa keluar. Jadi kau saja yang tentukan."

Kibum ingin protes sebenarnya. Tapi mengingat memang Kyuhyun hanya anak rumahan, dia memutuskan untuk membantu adiknya dengan pengalaman baru ini.

Kibum tersenyum. "Ayo."

Kyuhyun mendongak mengikuti gerakan Kibum yang bangun dari duduknya. "Ke mana?"

"Kau hanya perlu mengikuti Kakakmu ini."

Ketika Kibum melangkah Kyuhyun buru-buru bangun mengejarnya. "Apa tempat menyenangkan?"

"Asal bisa bersenang-senang, itu jadi tempat menyenangkan."

Kyuhyun membiarkan Kibum menggandeng tangannya, dan keduanya berlari bersama. Menuju pada bus yang saat itu berhenti. Keduanya menaiki bus tersebut.

#

Shindong tidak sangka dirinya akan berurusan dengan yang namanya Shaman. Mengikuti jejak sang ayah yang berusaha membantu ibunya. Sekarang dia juga pergi ke tempat seperti ini untuk membantu putranya.

Awalnya Shindong dipenuhi keraguan. Sampai di tempat yang layaknya rumah biasa, dia masih bimbang. Tapi ketika pintu rumah itu terbuka tiba-tiba, Shindong tidak bisa lagi berbalik. Dia diundang masuk bahkan sebelum dirinya mengatakan tujuan dan maksudnya.

Seorang wanita bersanggul dan berpakaian biasa memberikannya segelas air putih dan tidak pergi setelah itu.

"Putramu,"

Shindong merasa belakang kepalanya berdenyut kaku ketika wanita itu berkata. Tapi tidak bisa tidak mendengarkan. Dia tertarik pada kelanjutan kalimatnya.

"Kau datang karena putramu."

Shindong bingung sekaligus heran. Tapi dia mengangguk membenarkan.

"Itu bukan fobia."

Bahkan Shindong belum mengatakan apapun dan wanita ini sudah bicara dengan tepat. "Nyonya,"

"Eum. Nama keluargaku."

Nama yang aneh, batin Shindong. Pria itu berdehem, mengangguk. "Nyonya Eum. Begini, putraku dia memiliki sesuatu. Tingkahnya... entahlah." Shindong hanya tidak tahu bagaimana mendeskripsikan keanehan sang anak. Terus terang Shindong masih apatis pada kondisi Kyuhyun sesungguhnya.

"Putra kembar. Lahir di musim semi. Ketika bunga bambu muncul di halaman rumah."

Kali ini, punggung Shindong rasanya sangat kaku. Nyonya Eum tahu detail itu. Detail kelahiran putra kembarnya. Istrinya memang melahirkan di rumah. Saat kedua putranya lahir, Siwon menunjukkannya sebuah bunga. Bunga bambu.

'Kau dapat dari mana Siwon?'

'Halaman rumah kita.'

Saat itu Shindong sempat memeriksa halaman dan menemukan beberapa lagi yang berserakan di sana. Dia tentu saja heran. Tidak ada bambu di sekitar rumah. Yang lebih penting lagi adalah bunga bambu tidak berguguran. Mana mungkin itu bisa ada di halaman rumahnya.

Shindong tertawa kaku. Menggosok lututnya. "Anda benar. Anda pandai menebak. Wah. Ha-ha..."

Nyonya Eum terlihat tenang. Tidak tersinggung dan tersenyum bijak. "Hal seperti ini memang sulit diterima. Tanpa bukti, tidak ada keyakinan."

Shindong menunduk.

"Tapi kau datang ke sini. Kau khawatir pada putramu."

"Apa itu mungkin? Nyonya, apa ada cara untuk menormalkannya?"

Nyonya Eum menatap sayu, melirih. "Apa bisa melihat 'sesuatu' menjadikan tidak normal?"

"Maaf?" Shindong tidak mendengar jelas yang dikatakan Nyonya Eum.

Nyonya Eum bangkit, menjalin kedua tangan ke depan. Sorot matanya berubah datar dan tajam. "Silahkan, anda tahu jalan keluarnya."

"Tapi, saya belum"

Pintu terbuka dengan sendirinya. Shindong bangkit karena terkejut. Takut dan was-was. Nyonya Eum berjalan tiga langkah, membelakangi Shindong.

"Pergi. Dan jangan kembali."

"Tapi, Nyonya"

"Putramu tidak bisa berubah. Itu akan selamanya seperti itu."

"Apa?"

Nyonya Eum tidak mendengarkan Shindong lagi dan melangkah pergi. Shindong menggelengkan kepala, memutuskan keluar. Pintu kembali tertutup begitu dia melewati batas pintu. Membuatnya lagi-lagi terkejut.

#

Tbc

Monday, December 9, 2019

4:59 PM

Friday, April 10, 2020

9:45 PM

Sima Yu'I

Continue Reading

You'll Also Like

411K 24.8K 84
Y/N L/N is an enigma. Winner of the Ascension Project, a secret project designed by the JFU to forge the best forwards in the world. Someone who is...
91.1K 3.1K 52
"๐“๐ซ๐ฎ๐ญ๐ก, ๐๐š๐ซ๐ž, ๐ฌ๐ฉ๐ข๐ง ๐›๐จ๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž๐ฌ ๐˜๐จ๐ฎ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐ก๐จ๐ฐ ๐ญ๐จ ๐›๐š๐ฅ๐ฅ, ๐ˆ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐€๐ซ๐ข๐ฌ๐ญ๐จ๐ญ๐ฅ๐ž" ๐ˆ๐ ๐–๐‡๐ˆ๐‚๐‡ Caitlin Clark fa...
456K 31.1K 46
โ™ฎIdol au โ™ฎ"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
631K 32K 60
A Story of a cute naughty prince who called himself Mr Taetae got Married to a Handsome yet Cold King Jeon Jungkook. The Union of Two totally differe...