πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

129K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk

1.9K 119 18
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Walaupun Type sempat berpikir bahwa kemarahannya itu akan memunculkan masalah, meskipun demikian, dia yakin masalah ini akan berakhir jika tetap bersikap diam. Tapi...

"Di sana, itu orang yang telah menghina kedua Phi itu"

"Ditusuk baru tahu rasa"

Apa lagi sekarang

Meskipun Thiwat merasa jengkel, sekarang dia hanya bisa pergi begitu saja. Sepanjang dia berjalan bisa dirasakan setiap mata memandang ke arahnya sambil diikuti oleh suara 'ck' dan 'ish'.

Sejujurnya tindakan mereka jelas memperlihatkan sedang mencari masalah dengannya, tapi kali ini dia memilih untuk menyelesaikan masalah dengan tetap bersikap diam. Karena dia tahu, meskipun berbicara sama sekali tidak akan berguna. Apalagi kedua senior itu sengaja mencari simpati setiap hari, mereka berbicara seperti menyiramkan minyak pada api di dalam komunitas yang begitu besar, sedangkan dia hanya sendiri. Memang apa yang bisa dilakukan.

Setelah mengeluarkan cerita sialan di laman itu, kemudian citranya dimata orang lain langsung berubah menjadi seperti si brengsek yang telah menghancurkan kedua banci yang tidak mampu melawannya.

"Memang temanku serendah apa sih? Menurutku segerombol orang ber-keyboard itu yang terlihat lebih menyedihkan"

Sekarang salah satu temannya datang untuk membela Type. Tapi anak muda itu sama sekali tidak merasa lebih baik. Dia lebih suka mereka muncul dihadapannya tanpa rasa takut. Sepertinya cerita ini berakhir dengan pandangan hinaan yang diberikan oleh setiap orang kepadanya.

Jika kedua kubu saling bertemu, mereka akan saling melemparkan argumen sampai terjadi pertengkaran yang justru membuat anak itu tidak ingin keluar dari asrama.

Awalnya Type dan Techno sama-sama berpikir untuk membiarkan mulut-mulut menyalahkan itu selama seminggu, toh lama kelamaan masalahnya akan berakhir. Tapi sepertinya kedua Phi itu melakukan sesuatu yang di luar perhitungan mereka, karena pada akhirnya mereka memposting wajah Type di dalam Laman, caranya menyuting gambar benar-benar terlihat suram seperti gambar seorang kriminal yang telah melakukan pembunuhan dan pemerkosaan di dalam koran. Karena hal itu, masalah ini sekarang sudah seperti ikan asin yang terfermentasi dengan sempurna baunya mudah terhambur dengan bebas di kalangan beberapa fakultas.

Hasil dari postingan itu mendapatkan banyak komentar;

[Kupikir mungkin ini salah kalian juga, mau cerita itu benar atau tidak. Kalian tidak punya hak untuk memposting fotonya lalu untuk menganiayanya di dalam Laman ini. Tidak tahu cara menghargai privasi orang lain ya? Awalnya aku bersimpati dengan kalian, tapi apa yang terlihat ini? Kalian sama sekali tidak mengakhiri cerita ini. Kurasa simpatiku pada kalian sudah menghilang]

[Dasar bencong XXX huh, sedang memainkan drama atau mau cari panggung]

[Aku mengerti setiap orang menuding pria itu, tapi kita 'kan hanya mendengar dari satu sisi saja. Kita bahkan tidak melihat dia mengatakan sesuatu. Tidakkah kalian berpikir semua serangan ini bagus.]

[Dia cukup menghargai di depan wanita, sedangkan kelompok kalian, cuma berani menggonggong seperti anjing di belakang layar. Cuih!]

[Kalian sedang menghukum si penghujat homo atau sedang menekan masalah ini untuk membunuhnya. Kalau ada yang menghujat lagi, tidak tahu siapa yang akan targetnya]

[Aku juga benci sekelompok orang seperti kalian, dasar kelompok manusia menyimpang]

Ya, sekelompok orang yang bersimpati dengan kedua Phi itu, pada akhirnya menjadi dua kubu berbeda, masing-masing kubu jumlahnya tidak sedikit. Saat masuk ke kolom komentar, kedua nama Phi itu pun muncul bersamaan dengan kalimat umptan yang lebih tajam dan sulit untuk diterima.

Awalnya memang Type menjadi orang salah yang melakukan diskriminasi seksual, tapi sekarang dua macam pendapat mulai keluar, setelah itu muncul si pembenci yang lebih ekstrim darinya, yang keluar ke dalam cerita tersebut, seolah baru muncul dari ujung kegelapan setelah menunggu waktu yang tepat ketika seseorang membuka masalah itu. Ketika buah pikir di kepala mereka muncul di komentar, masalah itupun menjadi terlihat semakin serius dari sebelumnya.

Sekarang Laman itu berubah dari Laman 'Pria Tampan' menjadi Laman drama. Setelah perubahan terjadi, beberapa orang yang juga membuka Laman lain di sana mulai ikut-ikutan merespon dan sekarang berita itu menyebar dan terpampang di papan laman Universitas. Jelas masalah itu cukup membuat beberapa orang mulai menjadi tertekan dan pusing merasakannya.

"Type, minta maaf saja pada keduanya hm" Kali ini Techno berusaha untuk membujuk sahabatnya dengan suara yang lebih rendah, tapi jawaban yang didapat masih sama;

"Tidak. Aku tidak melakukan kesalahan. Bukankah kamu melihat, mereka sendiri yang tidak ingin menyelesaikan cerita ini. Kelompok brengsek itu yang telah membuat mereka terbagi menjadi dua dan lebih memilih untuk tidak menghentikan hujatannya."

Saat melangkah masuk ke dalam ruang asrama Type melemparkan tasnya di atas tempat tidur sambil berbicara seperti itu.

"Type, sudah kubilang..."

"Sudah kukatakan tidak, aku tidak akan berkata lebih. Jadi sekarang kembalilah. Kepalaku pusing. Aku mau tidur"

Sampai akhir Type masih tidak ingin mendengarkan saran dari sahabatnya, dia hanya mengatakan pendapatnya ini dengan suara yang lemah. Membuat kawannya terlihat enggan untuk memaksa, karena sikapnya sekarang benar-benar terlihat lebih tertekan jika diminta melakukan lebih dari saat ini.

"Mau kubelikan makanan?"

"Tidak, aku tidak lapar."

Sampai merasa tidak lapar ini artinya... Dia sudah tidak bisa memakan apapun.

Techno menghembuskan nafas berat, kemudian berkata;

"Kamu jangan terlalu memikirkannya. Cerita ini akan berakhir kok. Kalau begitu aku pergi"

Meskipun Techno merasa enggan meninggalkannya sendiri. Tapi dia tetap keluar dari ruangan dengan tenang, sedangkan orang yang terlihat tidak mempermasalahkan kejadian ini, yang selama ini memperlihatkan ketenangan di wajahnya ketika menghadapi suara mengejek yang diterimanya, tiba-tiba ekspresi itu seolah sirna.

Anak yang terduduk di atas kursi hanya bisa merosot di atas lantai. Saat ini dia menyadarkan tubuhnya di tempat tidur, dengan satu lutut ditekuk dan tangan di atasnya, kepalanya menunduk, terlihat benar-benar kehilangan kekuatan.

"Kesalahanku seharusnya bukan apa-apa 'kan. Kedua orang brengsek itu yang melakukannya sampai sejauh itu. Salahkah aku sampai tidak boleh membenci orang-orang semacam mereka."

Type bertanya pada dirinya sendiri dengan suara gemetar. Dia menutup matanya untuk menahan emosi yang tidak tertahankan, rasanya dia ingin pergi dari sini sekarang. Saat ini semua orang yang datang hanya menyalahkan tanpa ada seorangpun yang benar-benar bertanya padanya. Mereka hanya memberikan pertanyaan mengapa sampai hati mengatakan seperti itu pada mereka.

Ketika orang lain bertanya dia hanya terbiasa untuk menyimpan semuanya sendiri. Sedangkan yang perduli... Seseorang yang perduli ini membuatnya gila.

Ini semua karena perasaan lebih dari Thara pada teman sekamarnya, karena Pria itu tidak melakukan apapun meskipun dia berseru, "Jangan mengacauku!"

Ketika dia bertanya padanya ada apa, Type selalu saja meresponnya seperti itu, tapi Tharn tidak terlihat marah padanya, diapun tidak mengatakan apapun. Karena sekarang anak ini adalah seseorang yang menjadi pikirannya, dia tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Bahkan sampai sejauh itu memahaminya.

Dia berprasangka buruk, dia hidup di dunia yang sempit, dia bertindak diskriminasi seksual, tapi memiliki sebuah alasan kuat di belakang itu semua. Kondisinya sebelum ini menjelaskan dengan jelas seberapa serius masalahnya, dan Tharn merasa dia tidak bersalah jika membenci orang-orang sepertinya.

Meskipun dia berusaha untuk sangat percaya pada Type, sangat berusaha untuk bisa melangkah agar dapat mendekat dan mendapatkan kepercayaan darinya, tapi segalanya sekarang terasa hancur karena ucapan menyakitkan dari orang-orang yang merasa marah terhadapnya.

Tharn sekarang menggenggam erat tas berisi makanan yang dibeli olehnya, sebelum pada akhirnya mengulurkan tangan untuk membuka kunci pintu ruangan.

"Type"

Matahari telah tenggelam, membuat kondisi di dalam ruangan benar-benar gelap. Pemuda yang baru kembali dari kampus mengulurkan tangan untuk menyalakan lampu ruangan. Setelah itu, dia bisa melihat sosok seseorang yang membuat tubuhnya menegang... 

Saat ini sosok pria yang terlihat brilian itu sedang duduk duduk di atas lantai. Dengan wajah menunduk dan kedua lutut terangkat.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Seseorang yang sedang terduduk di atas lantai sudah mirip seperti boneka. Ketika mendongak, dia menyeringai...

Dia tidak sedang mengejeknya. Tapi mengejek sendiri sendiri.

"Di sisi mana? Membenciku, atau membelaku atau menjadi pihak ketiga yang mengeluarkan umpatan. Oh, pasti membenciku 'kan. Karena telah menghina orang-orang yang sama sepertimu" Type bertanya dengan nada geli yang terdengar menakutkan. Nada bicara seperti itu membuat pria yang mendengarnya merasa hatinya sakit seperti di tusuk jarum.

Saat ini Tharn tidak bisa mengatakan apapun, dan dia tidak menyangka anak itu akan mengatakan semua ini padanya;

"Hari ini aku menjadi pelawak di tengah kelas. Bahkan seorang dosen ikut-ikut menindasku. Kemanapun aku pergi setiap orang memandang, bahkan sampai ke kantin seseorang datang untuk menghina. Sepertinya ini karmaku, iya 'kan. Karena aku sering menghinamu sebelumnya"

Saat ini dia mendongak untuk menatapnya sambil menyeringai. Dia menggunakan satu tangannya untuk berdiri, kemudian berjalan melewati tubuh Thara. Tapi sebelum anak itu melewatinya, dia merebut lengannya lebih dulu. Dengan pandangan yang tajam dia menatap langsung pada mata anak yang bermaksud menghindar darinya.

Type menunduk, tapi bukannya dia menarik tangannya dengan sikap jijik seperti biasa, dia hanya tersenyum lalu bicara;

"Nanti kamu bisa tertular dengan mulut yang kejam ini"

Tharn tidak memperdulikan perkataannya, hanya langsung bertanya;

"Apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu merasa lebih baik?"

Pertanyaan ini membuat Type terkejut, kemudian terkekeh lalu bertanya;

"Bisakah kamu membuat setiap orang di planet ini memiliki ketertarikan seksual yang normal?"

Si pendengar hanya tetap terdiam, membuat si penanya hanya menyeringai. Setelah itu dia menghentakkan tangannya tapi sebelum anak itu benar-benar keluar dari ruangan, Tharn berbicara;

"Aku tidak bisa melakukannya, karena aku tidak pernah berhenti menyukai laki-laki"

Seandainya saja si Type yang terkenal itu memahami sedikit tatapan yang dipancarkan oleh Drummer muda yang sedang menatapnya. Tapi dia sama sekali tidak melihatnya, masih saja berjalan secepat mungkin untuk keluar ruangan berniat untuk menghindar darinya. Melihatnya yang seperti itu membuat Tharn ingin memeluknya dengan erat. Memeluk dan mengatakan padanya baik-baik saja. Tapi dia sangat tahu... Bahwa saat ini dia tidak punya hak untuk melakukan semua itu padanya.

"Aku pasti akan membantumu untuk mencari cara, Type bisakah kamu memberitahuku?"

Saat ini dia ingin anak itu tergantung padanya.

"Tharn, sebelum ini aku menyuruhmu untuk keluar dari asrama 'kan, apa yang kamu lakukan dengan orang seperti itu?"

***

Sejujurnya, sudah banyak orang yang menanyakan pada Tharn untuk meyakinkan. Hampir se-fakultasnya tahu bahwa dia seorang gay. Pada kenyataannya dia merasa aneh ketika beberapa orang terlihat cemas saat tahu bahwa dia satu ruangan dengan seorang pembenci gay. Meskipun begitu orang-orang itu hanya bertanya dengan penasaran.

Bagaimanapun juga, saat ini Long ikut menanyakan tentang teman sekamarnya padanya, jadi dia pun bicara;

"Orang seperti ini benar-benar ada di mana-mana"

Thara berbicara pada kawannya sambil menggosok rambutnya sampai berantakan.

"Kamu pasti lebih tahu 'kan seberapa jahatnya dia? Bukankah sebaiknya keluar sekarang dari asrama, cepat atau lambat kamu akan ikut terseret karena berbagi ruangan dengannya. Lihat sendiri 'kan, tinggal bersama dengannya sekarang jelas akan memberikan masalah besar padamu."

Si pendengar tahu bahwa sahabatnya ini merasa cemas, tapi sejujurnya dia merasa marah saat mendengarnya berbicara seperti itu tentang Type. Tapi dia hanya menahan perasaannya sambil menggeleng kepala, lalu menjawab;

"Kenapa aku harus pindah? Aku tidak merasa punya masalah apapun dengannya"

"Iya, aku tahu tapi rasanya penasaran. Kamu bahkan sudah menghabiskan waktu satu bulan tinggal bersamanya 'kan, apa dia benar-benar membenci gay atau tidak?"

Pertanyaan ini membuat si pendengar hanya menghembuskan nafas berat, hanya mengiyakan meskipun tidak berbicara secara langsung;

"Hanya tidak mendekat padanya jika tidak merasa perlu"

"Dan dia jangan-jangan masih tidak tahu kalau kamu ini..."

Long masih saja bertanya dengan rasa penasaran, sehingga Tharn terus menjaga ekspresi wajahnya di depan kawan baiknya, dan untuk memotong pembicaraan dia segera berdiri.

"Mau ikut campur urusanku, ujian tengah semester sudah selesai dipelajari atau belum"

"Oh, kenapa kamu bicara begini. Sakitnya. Apa-apaan itu! Biarkan aku melegakan paru-paru sebelum berkutat dengan buku literatur, biarkanlah sejenak"

Saat mengatakan ini, Long langsung menaikkan nada bicara. Membuat si pendengar sudah selesai memasukkan semua bukunya setelah itu menutup tas, lalu melemparkan tas di bahu untuk menggendongnya.

"Hei, mau kemana? Informasi ujiannya 'kan tidak keluar hari ini?"

Pertanyaan kawannya ini membuat Tharn berpaling untuk menatapnya, pandangannya terlihat setengah kagum sekaligus setengah menyalahkan, lalu bicara;

"Aku 'kan bukan kamu. Aku mau kembali ke asrama untuk belajar mempersiapkan ujian"

"Ya Tuan Thara yang penuh dengan tanggung jawab. Silahkan kembali ke ruangan untuk belajar... Temanku benar-benar membosankan"

Si pemain drum itu tidak memperdulikan suara yang terbang di belakangnya, karena dia segera keluar dari kelas untuk kembali ke asrama secepat mungkin. Tapi sebelum kembali, dia tidak lupa membeli makanan yang tentunya bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk teman sekamarnya...

***

"Hari ini kamu juga tidak berangkat kuliah?"

Seseorang yang duduk di atas tempat tidurnya dengan pandangan hampa memutar kepala untuk melihat pria berseragam, kemudian menjawab;

"Jangan mengacauku"

Jawaban yang sangat tidak bersahabat terdengar lebih keras dari biasanya. 

Orang yang bertanya tidak mengatakan apapun, hanya mengangkat dua piring kemudian meletakkan di atas meja jepang. Setelahnya dia membuka makanan dan menempatkannya di atas piring. Suara dalam pria itu masih bergumam sambil bertanya;

"Kamu punya mata kuliah gabungan 'kan?"

"...."

"Aku tahu dari Techno di mata kuliah gabungan ada beberapa orang terlihat seksi, tapi dia sama sekali tidak bisa membantumu yang telah absen selama satu minggu penuh Type"

Tharn tahu, teman satu ruangannya ini sengaja menghindar dari mata kuliah wajib untuk anak tahun pertama yang melibatkan beberapa fakultas di dalamnya. Karena fakultas yang diambilnya memang saling terkait dengan beberapa fakultas lain, jadi dia tidak tahu ada berapa mata kuliah yang seperti itu. Bagaimanapun, ketidak-hadirannya selama satu minggu jelas akan memberikan pengaruh pada nilai Type, apalagi saat ini dia berada ditengah permasalahan yang seperti ini.

"Mengganggu!"

Tangan Tharn terlihat tidak berhenti dan dia memasukkan kotak styrofoam ke dalam plastik, kemudian memalingkan wajahnya untuk menatap orang yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

"Kurasa kamu harus belajar lagi bahasa Thai. Mengganggu dan mencemaskan itu dua kata yang sangat berbeda"

"Kamu mencemaskanku? Ingin aku tertawa sampai gigiku lepas"

"Kalau begitu, tertawalah" Dengan cepat Tharn membalasnya

Orang yang baru saja mengatakan sindirannya hanya bisa duduk terdiam. Tharn tahu bahwa anak itu sama sekali tidak bisa tertawa. Siapapun yang menerima tekanan yang begitu besar di sekitarnya mana mungkin bisa mengeluarkan gelak tawa. Cukup bagus Type masih bisa kuat untuk berjuang. Jika orang lain, mungkin sudah melarikan diri dengan pulang ke rumah atau melaporkan semua tuduhan besar yang ditujukan padanya.

Type memang kuat, tapi mungkin hanya Tharn yang tahu seberapa lemahnya dia...

Belakangan ini, anak itu mulai bermimpi buruk lagi... 

Suara rintihannya cukup keras di setiap malam, benar-benar membuatnya merasa sangat cemas sampai rasanya mau gila. Ketika dia berusaha untuk menyentuhnya, anak itu langsung terbangun, kemudian berteriak marah sambil mengatakan jangan mengurusinya. Setelah itu, dia terjaga semalaman...

Rasanya benar-benar ingin menolongnya. Tapi apa yang bisa dilakukan, meskipun hanya sedikit, paling tidak sedikit...

"Tidak usah dipikirkan. Kamu makanlah"

"Aku tidak lapar."

Jawaban keras yang sama seperti biasa, tapi kali ini Thara yang sudah tidak tahan lagi berseru;

"Makanlah makanannya!"

Pemuda itu segera berjalan ke tempat tidur dan menarik tangan Type. Saat tahu tangannya ditarik tanpa sadar dia terlihat begitu marah;

"Sudah kubilang jangan mengacauku. Dasar bangsat!!!"

Type menarik tangannya dengan sekuat tenaga, saat menatap pandangannya menyiratkan perasaan benci dan hati yang tertutup. Seolah Thara lah orang yang menyebabkan semua ini. Jelas pandangannya membuat orang yang melihat tidak dapat menahan diri lagi.

"Ah! Dasar brengsek!"

Dug!

Mungkin karena dia hampir tidak memakan apapun selama ini, ketika dua tangan Thara mencengkram bahunya dengan sekuat tenaga, padahal dia hanya menggunakan sedikit tenaga untuk mendorong, tubuh Type dengan mudah terbaring di atas tempat tidur. Umpatan keluar dari orang yang ditekan di bawah. Sedangkan kedua kakinya menjejak untuk membuatnya menjauh, tapi...

Sebuah kepala tiba-tiba terjatuh di bahu Type, kedua tangan itu masih mencengkram dengan erat kedua bahunya, dengan suara yang dalam pria itu berbisik, terdengar nada sangat lelah di dalamnya;

"Kumohon, makanlah"

"Tharn..."

"Mungkin kamu melihatku sebagai seorang homoseksual, sosok yang paling kamu benci. Tapi makanlah. Kumohon, aku sedang benar-benar memintamu"

Nada pria yang sedang berbicara terdengar benar-benar sedang memohon padanya. Membuat orang yang berontak seperti gajah selatan itu tetap terbaring di tempatnya, terlihat tenang. Untuk sesaat lupa dia sedang apa dan hanya menatap kosong ke arah langit-langit, sama sekali tidak melihat orang yang ada di depannya. Kedua matanya seolah mulai bersinar, walaupun hanya sedikit.

"Kamu memohon pada pria brengsek sepertiku?"

"Aku tahu kamu tidak bersalah. Kamu bukan orang yang bersalah"

Tharn menggumamkan perkataannya. Ucapannya ini membuat orang mendengar berbicara menyindir.

"Heh, meskipun seluruh orang di universitas memutuskan bahwa aku bersalah?"

"Ya, siapapun yang menyalahkanmu, dialah yang patut disalahkan"

Drummer itu mengatakan sambil memegang dengan erat kedua bahunya, sedikit mencengkramnya. Meskipun begitu dia sama sekali tidak mengangkat kepala yang disandarkan di bahu kiri anak itu. 

Jika dia dalam kondisi normal, anak pembenci gay itu pasti akan melakukan apapun untuk mengeluarkan darah dari tubuhnya. Tapi saat ini, anak itu terlihat begitu tenang... Sangat tenang sampai membuatnya begitu cemas.

Jika Tharn boleh berkata jujur, dia lebih baik menerima hinaan darinya, paling tidak setiap hari dia sama sekali tidak mengabaikannya dan membalas setiap perlakuannya. Tentu saja, anak itu lebih mudah dihadapi daripada kondisinya saat ini.

"Meskipun aku membenci gay?... Meskipun aku membencimu?"

Meskipun pertanyaannya ini membuatnya tersedak. Si pendengar tetap menyakinkan dengan bicara;

"Ya, meskipun kamu membenciku"

Dan mungkin seorang pria gila yang menginginkanmu

Tharn saat ini tidak tahu bagaimana ekspresi wajah Type saat ini.

Mungkinkah dia merasa jijik. Pasti masih sangat jijik dan sangat tidak menyukaiku.

Meskipun berpikir begitu Tharn tidak perduli. Selama anak itu mengijinkan Tharn memeluknya seperti ini.

Di saat seperti ini tiba-tiba saja Type berbicara;

"Saat aku berumur 12 tahun..."

Ketika mendengarnya, si pendengar hampir saja melepaskan pelukannya untuk menatapnya. Tapi firasatnya mengatakan, anak ini sedang mengatakan sesuatu yang penting. Jadi Tharn tetap tenang, mendengarkan ucapannya dengan sungguh-sungguh.

"...Aku pernah mendapatkan pelecehan seksual"

"! ! !"

Mata Tharn langsung terbelalak mendengar ini, dengan cepat dia melepaskan pelukannya. Dia menatap wajah seseorang yang sedang terbaring di bawahnya. Orang itu sedang menutup matanya seolah tidak ingin menjelaskan situasi yang dialaminya saat itu, tapi mulutnya masih terus menceritakan semua itu padanya.

"Dia pekerja yang membantu Ayah memperbaiki atap penginapan. Aku melihatnya setiap hari. Dia bilang, dia tahu ada lapangan sepak bola yang bisa digunakan untuk bermain. Jadi aku setuju mengikutinya pergi, setelah itu segalanya seolah jungkir balik. Saat itu aku masih sangat kecil. Merasa lebih baik saat berada di dalam ruangan. Mana mampu aku melawannya?"

Sekarang suara Type terdengar gemetar, seolah sedang merasakan apa yang sedang terjadi;

"Dia mengikatku, kedua tangan dan kedua kakiku. Aku berusaha memohon padanya. Tapi dia sama sekali tidak mau melepaskanku. Aku bahkan masih mengingat seperti apa kondisi di sana. Rasanya kotor, menyedihkan, dan aku berusaha berlari dengan sekuat tenaga"

Hati Thran rasanya diremas mendengarnya berbicara. Saat melihat wajahnya, anak itu masih menutup matanya dengan erat, membuatnya mengepalkan tangan dengan begitu erat sampai telapak tangannya memutih, rasanya dia ingin menyuruhnya berhenti, meskipun begitu dia ingin tahu apa yang terjadi.

"Kamu telah menghisapku 'kan..."

Type sekarang membuka matanya, air matanya sekarang mengalir di kedua pipinya, kemudian meneruskan berbicara;

"Tapi orang yang membenci gay sepertiku pernah melakukan hal seperti itu dengan pria gay saat berumur 12 tahun"

"Cukup!!!"

Tharn tidak pernah merasa semarah ini. Kemarahan yang tersirat melebihi kemarahan saat dia meminta anak itu untuk makan. Dia segera mengulurkan tangan untuk meraih bahu Type sekali lagi sambil menatap wajahnya. Di saat yang sama air matanya telah ikut membasahi pipinya.

"Baunya benar-benar mengerikan saat dia memasukkan benda miliknya ke dalam mulutku. Menjijikkan. Rasanya mau muntah. Tidak bisa bernafas. Dia mengeluarkan sampai berliter-liter, setelah itu dia menggosok keduanya, dia menangkapku dan membuatku telanjang..."

"Sialan, hei, kubilang cukup!!! Tidak mendengarkanku, kamu tidak perlu mengatakannya lagi!!!"

Saat ini Tharn sudah menarik tubuh orang yang ada di hadapannya menarik sambil meletakkan kepala di dadanya, memeluknya dengan erat. Ketika dia memeluk, anak itu terlihat begitu tenang, kedua tangannya gemetaran dan masih sangat ketakutan. Sekarang Sang penjaga telah mengetahui alasan mengapa anak itu begitu membenci gay...

"Aku minta maaf, aku minta maaf. Cukup tidak perlu mengatakannya lagi"

"Kenapa kamu meminta maaf, kamu bukan si brengsek itu 'kan"

Type berbicara dengan suara tawa hampa, membuat Tharn memeluknya lebih erat dari sebelumnya.

"Aku minta maaf... Maaf..."

Entah mengapa Tharn hanya mampu mengucapkan ini, tapi hanya ini yang bisa dilakukannya. Hanya kalimat ini yang terus menerus dikatakan olehnya.

"Kamu... Kenapa meminta maaf...kenapa... Meminta maaf"

Pertanyaan ini masih terdengar gemetar, tapi Type tidak mendorong tubuhnya menjauh, hanya membenamkan wajah di dada orang yang paling dibencinya sampai mati, sambil terus bertanya;

"Kenapa meminta maaf... Kenapa kamu meminta maaf?"

Saat tangan Type terulur, dia mencengkram erat kemejanya, hampir saja merobeknya. Air matanya membasahi kemeja yang dipakai. Seluruh tubuhnya gemetaran saat terbenam di dalam pelukannya, anak itu terus menerus berusaha untuk berbicara;

"Aku membencimu... Membencimu... Membenci orang-orang sepertimu..."

Orang-orang seperti ini yang berulang kali menyerangnya.

"Tidak apa-apa. Kamu boleh membenciku, tidak apa-apa"

"Aku membencimu..."

Meskipun Type benar-benar membenci pria itu, tapi pelukan orang yang dibencinya ini terasa begitu hangat... Begitu hangat sampai membuatnya ingin memeluknya seerat mungkin.

***

"Ini semua salahmu, jelas ini karena kamu"

"Jangan menyalahkanku, kamupun dilarang mengatakan begini. Dari awal masalah ini sudah membelit kakiku. Rasanya terlalu cepat membesar meskipun hanya sekedar ucapan yang keluar dari mulut, aku sendiri pucat melihatnya"

Kali ini, bukan hanya Type menerima hasil dari tindakannya. Dari sisi lain, ada orang yang terganggu dengan apa yang terjadi.

Benar, kedua senior yang memajang cerita di internet.

Meskipun awalnya mereka hanya berpikir ingin memberikan pelajaran pada anak baru yang tidak punya aturan. Tapi saat melihat lonjakan pembaca yang bagus serta pengaruh mereka yang kuat, kedua orang itu tidak tahan untuk mengeluarkan gambar anak itu. Sejujurnya, rencana mereka hanya untuk mempermainkan anak yang kabur itu agar mau datang meminta maaf. Tapi siapa yang tahu, drama kecil itu meluas dan menjadi buah bibir kota.

Perumpamaannya, sama seperti menjaga sebuah gentong tanah liat yang tidak begitu berharga dan pada akhirnya pecah juga!!

RRRRRRRRRRRRRrrrrrrrrrrrrrr

Uhh!!!

Suara telpon diantara keduanya terdengar membuat kedua Phi itu berjengit, hampir saja salah satu dari mereka melepaskan koran yang sedang dibawa. Karena nomer ponsel yang muncul di layar merupakan nomer profesor yang cukup dekat dengan mereka, jadi memang sebaiknya diangkat;

"Halo profesor... Apaaaa!!!"

"Puuusiiiiiinggggg!!! Butuh bantuan, Rektor Universitas menelpon minta bertemu!!!!"

"Maatiiiiiii! Dasar keyboard rusak. Lupa kalau sudah berlebihan. Laman di cerita ini sudah masuk ke papan web di Universitas!!!"

Setelah itu, masalah yang terjadi bahkan menjadi lebih besar dari sebelumnya.

***

"Jadi siapa yang bersalah di sini?"

"Anak itu, kalau dia tidak begitu, kamipun tidak melakukannya!"

Kedua Phi itu sekarang menjawab dengan serempak. Bibir mereka mengerucut terlihat menyalahkan anak laki-laki yang ada di sana. Tentu saja, pada kenyataannya mereka menuding demi melarikan diri dari kenyataan bahwa merekalah yang membesar-besarkan permasalahan ini serta membuat semua ini menjadi meluas .

"Adakah yang bisa menjelaskan ini padaku?"

Kali ini kedua belah pihak di pertemukan di depan Rektor Universitas. Keduanya, bukan, ketiga orang yang terlibat saat ini duduk terdiam. Sikap rektor Universitas terlihat tenang saat ingin tahu duduk perkaranya. Tapi matanya jelas memandang mereka semua dengan tajam seolah memberikan tekanan yang hebat di sekitar. Setelah itu dia meneruskan berbicara;

"Apa kalian tahu kalau sekarang masalah ini bukan hanya menjadi pembicaraan di kalangan mahasiswa dalam universitas kita, tapi keluar sampai di masyarakat? Pernahkah kalian memikirkan bagaimana orang lain melihat universitas kita saat ini?"

"Em, sebenarnya ini salah sekelompok tikus itu. Kami tidak mengira akan menjadi sebesar ini."

"Ini artinya kalian tidak memperhitungkan akan menjadi seperti ini, hanya berpikiran pendek, begitu 'kan"

Srak<-suara koran di sobek

Kedua senior itu langsung menutup mulutnya, tidak berani mengatakan lebih, tapi masih menatap ke arah Type sebagai seorang musuh. 

Kondisi saat ini berbeda dari sebelumnya, keduanya sekarang sedang dimarahi oleh Sang Rektor dan beliau memperingatkan dengan keras untuk segera menyelesaikan masalah ini apapun yang terjadi, terlihat tidak perduli dari pihak mana yang mengawali cerita yang telah meluas itu.

Sepanjang waktu Type hanya tetap duduk di tempatnya, mendengar tudingan tanpa mengatakan apapun, kecuali hanya menjawab pertanyaan saat ditanya langsung oleh Sang Rektor. Meskipun begitu dia sama sekali tidak melihat ke arah dua orang yang terus menerus melirik jengkel ke arahnya. Karena dia takut...kalau tidak bisa menghentikan dirinya untuk segera menonjok muka mereka berdua sampai puas.

Cerita yang ada di internet memang telah berakhir, tapi pandangan mata kedua senior itu sama sekali tidak berubah. Di saat seperti Thiwat tetaplah dirinya yang hidup di dunia sempit, menganggap pria hanya suka dengan gadis

"Tidakkah seharusnya kamu meminta maaf?"

Salah satu dari senior itu mengatakan dengan nada dingin saat Type keluar ruangan. Masih saja nada bicara yang bangga terhadap dirinya masih terdengar dengan tajam. Membuat Type masih bersikap sama seperti sebelumnya, berbicara dengan nada bicara yang suram dan lancar untuk membalasnya;

"Bukankah Phi sekalian tidak pernah mengucapkan kata maaf padaku"

"Kenapa kami harus meminta maaf!"

"Heh, kalau Phi tidak membuatku dianiaya, Phi sekalian juga tidak akan mendapatkan hujatan. Ditambah, memasang fotoku di sana. Bukankah seharusnya aku bisa melaporkan atas dasar penganiayaan, tapi Phi sekalian beruntung, karena pikiranku masih sadar sebelum bertindak seperti itu"

Bagaimanapun juga, ucapannya ini benar. Kedua Phi yang mendengar hanya membelalakkan matanya, emosi mereka mulai memanas.

"Ini..."

"Ayolah. Masalah ini bukankah sudah cukup besar? Sekarang 'kan sudah selesai"

Beruntung di saat seperti ini masih ada orang lain yang membuatnya sadar dengan menengahi ucapan. Karena bagaimanapun Type memang lebih baik memutus segalanya saat ini agar menghindari kehilangan sia-sia dikemudian hari. Dan semua ucapan ini membuat Type ingin segera berjalan menjauh dari sana agar tidak lagi masuk ke dalam masalah lebih dari saat ini.

"Tharn"

Thiwat menemukan ternyata orang itu dari tadi berdiri menunggunya di luar ruangan. 

Orang itu adalah orang yang mendengar masa lalu yang dialaminya, orang itulah yang menyaksikannya menangis di dalam dadanya, orang juga yang selalu tersenyum saat melihatnya. Tapi sekarang... Orang itu terlihat sama sekali tidak tersenyum

Tharn hanya berjalan melewatinya untuk berbicara dengan kedua senior yang ada di belakangnya. Saat melihatnya berniat untuk berbicara, Type langsung merasa marah.

"Aku ingin meminta kesediaan Phi sekalian"

Tharn, jangan berurusan dengan mereka berdua!!!

Hampir saja Type mengeluarkan pikirannya. Meskipun sadar ekspresi pria itu bukan sedang bermain-main, anak itu tetap mengulurkan tangan untuk memberikan peringatan pada pria itu. Dia merasa apa yang akan diucapkannya nanti bukan sesuatu yang bisa di terima oleh mereka. Apapun yang dikatakan,  jelas dia tidak ingin pria itu berbicara pada mereka. Karena melihat pendiriannya, Type yang terlihat merebut lengannya, lengannya hanya ditangkap dan diturunkan olehnya, jadi dia hanya bisa berbalik untuk segera pergi dari tempat itu sambil membatin.

Apa yang akan dibicarakan olehnya, kuharap bukan sesuatu yang berhubungan denganku!

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

Continue Reading

You'll Also Like

4.6K 231 25
Judul asli: ε―ζ„›ιŽζ•εŽŸ / ε―ηˆ±θΏ‡ζ•εŽŸ Penulis: 稚ζ₯š Subgenre: Drama, Romance, School Life, Slice of Life, Yaoi Jumlah Chapter: 109 ...
1.8M 86.8K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
115K 12.2K 114
[WARNING: HANYA UNTUK PENGGEMAR CERITA BL(BOYS LOVE) YANG SUDAH CUKUP UMUR] Jumlah Chapter: 106+ 3 Spesial Summary: Awal cerita dimulai dari Guo Ch...
420K 44.5K 88
[WARNING TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR CERITA BL(BOYS LOVE) YANG SUDAH CUKUP UMUR...