My Love Is On Fire

By mocca_sin

53 28 0

Daniella Caremoon, seorang gadis cantik dan ceria harus rela menerima kenyataan pahit ketika orang tuanya per... More

~Prolog~
~Bagian 2~
~Bagian 3~
~Bagian 4~
~Bagian 5~
~Bagian 6~
~Bagian 7~
[Just Info]

~Bagian 1~

4 4 0
By mocca_sin

 Happy reading :)

~~~~

   Daniella menyeka keringatnya. Cuaca saat ini sedang panas. Tak ada awan yang bisa menutupi matahari yang terus menyinari bumi dengan sinarnya yang terik. Kondisi jalanan saat ini pun macet total. Yah.... Begitulah kondisi tempat di mana ia berada sekarang. Belum lagi pohon-pohon untuk meneduhkan sudah ditebang, menyebabkan udara makin panas.

     Daniella menyeka keringatnya sambil terus berjalan memeluk beberapa surat-surat untuk melamar kerja. Semenjak ayahnya meninggal, pamannya, Johan, meneruskan perusahaan ayahnya, agar perusahaan yang telah didirikan oleh kakeknya itu tidak gulung tikar. Johan pernah meminta Daniella bekerja saja di perusahaan itu, tetapi Daniella menolaknya dengan alasan tidak mengetahui apapun mengenai bisnis.  Semenjak SMP, ia memang sangat tidak menyukai pelajaran IPS, entah itu tentang ekonomi, sosial, dan sebagainya. Pelajaran itu membuatnya sangat pusing.  Dan akhirnya ketika ia masuk SMA, ia memilih jurusan IPA yang menurutnya sangatlah seru dan mudah dipahami, terutama pelajaran biologi. Ia sangat ingin menjadi dokter, dan sekarang ia mencari rumah sakit yang membutuhkan tenaga dokter. Namun, sudah banyak rumah sakit yang ia datangi, tidak menerimanya untuk bekerja. Bahkan rumah sakit itu menolak lamarannya sebelum ia memberikan surat-surat yang dibawanya. Mengapa bisa jadi seperti ini?

****

     Di lain tempat, seseorang sedang duduk di meja kerjanya sambil membaca sebuah dokumen yang ada di tangannya, dokumen yang baru saja diberikan oleh orang kepercayaannya, dokumen penyelidikan terhadap seorang gadis. Saat membaca dokumen itu, sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringai kejam.

    "Ini baru awal, Daniella. Akan ada banyak penderitaan lagi yang akan kuberikan untukmu. Nanti. Tunggulah saat itu tiba."

****

     Daniella menangis di pelukan Alfar, air matanya terus mengalir. Isakannya pun terus terdengar.

     "Bagaimana ini? Aku bahkan tidak bisa bekerja. Semua rumah sakit menolak lamaranku. Aku harus bagaimana lagi, Alfar?"

     Alfar hanya menghela nafasnya sambil terus mengusap punggung kekasihnya itu dengan lembut.
"Tenang, Sayang, semua pasti ada jalannya. Mungkin kamu belum saatnya jadi dokter. Mungkin ada pekerjaan lain selain dokter yang bisa kamu coba, hm."

     Daniella terus menangis bahkan tangisannya pun makin keras hingga membasahi pakaian Alfar. Namun, tampaknya Alfar tak peduli dengan itu. Menenangkan Daniella adalah prioritasnya kini.

Kruyuuukk...

Tiba-tiba bunyi itu membuat mereka melepas pelukannya. Mereka saling menatap sebelum akhirnya tertawa bersama.

    "Kamu lapar ya? Kenapa tidak bilang dari tadi?"

    Daniella terus tertawa, membuat Alfar tersenyum melihatnya. Karena gemas, Alfar mencubit kedua pipi Daniella. "Kamu dari tadi menangis terus, jadinya aku harus nahan lapar."
Alfar pun ikut tertawa. Ia kemudian menghapus sisa air mata di pipi Daniella.

     "Ya sudah. Kamu duduk dulu dan tunggu di sini. Aku akan membuatkanmu makanan." Daniella pun berlalu meninggalkan Alfar.

     Ia mengikat rambutnya asal ketika sudah sampai di dapur. Ia pun mulai berkutat dengan bahan masakan di sana.

****
     Makanan sudah tersaji di meja makan, makanan buatan Daniella, cheese burger dan avocado juice.
"Mmm.... Makanan kamu enak banget, Ella. Beda dari masakan di restoran. Bumbunya meresap, kejunya meleleh, belum lagi jusnya, bikin aku makin cinta sama kamu."

     Alfar terus melontarkan pujiannya  kepada Daniella sehingga membuat pipi Daniella merona. "Kamu bisa saja."

     "Sepertinya kamu cocok kalau jadi chef. Bagaimana kalau kamu melamar kerja di restoran saja. Pasti langsung diterima." Saran yang diberikan Alfar cukup menggiurkan bagi Daniella. Ia menopang dagunya dengan kedua tangannya sembari berpikir.

     "Idemu bagus. Gajinya mungkin tidak terlalu banyak, tetapi setidaknya aku bisa bekerja. Terima kasih ya, Sayang. Kau memang selalu ada buat aku," ucap Daniella menatap Alfar penuh cinta.

****
     Disinilah Daniella sekarang. Di depan restoran yang menerima lamarannya. Setelah mendapat saran dari Alfar, ia langsung pergi menuju beberapa restoran yang bisa menggajinya dengan cukup. Ada beberapa restoran yang menolak lamarannya, entah apa alasannya. Namun, usahanya tak sia sia. Akhirnya ada restoran yang menerimanya. Dan ia bisa bekerja mulai esok. Ia pun pulang dengan perasaan senang.

     Setelah sampai di kamarnya, ia menghempaskan badannya di ranjang. Ia sangat kelelahan. Perlahan matanya mulai menutup seiring kantuknya yang mulai datang. Dan kegelapan pun menelannya dan membawanya ke alam mimpi.

     Baru saja Daniella tertidur, suara dering ponsel mengganggu tidurnya. Tanpa membuka matanya, ia meraba-raba kasurnya, mencari ponsel yang berdering kemudian mengangkatnya.
"Halo," sahutnya dengan suara khas orang bangun tidur.

     "Daniella, kamu baru bangun?" Mendengar suara di seberang sana, Daniella langsung membuka matanya. Suara itu membangunkannya, suara kekasihnya.

     "Alfar, maaf, aku tadi lelah sekali," ucap Daniella sambil sesekali menguap, mengusir rasa kantuknya.
   
     "Kenapa minta maaf, hmm? Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah mengganggu tidurmu. Oh iya, aku hanya mau tanya, apakah saranku berhasil?"

"Berhasil, Sayang. Aku diterima di Cheeselicious Restaurant. Dan aku bisa kerja mulai besok." Daniella berbicara dengan nada bahagia membuat Alfar tersenyum di seberang sana.

     "Selamat, Ella. Kalau begitu, aku tutup teleponnya dulu. Aku harus kembali kerja. Love you."

     "Love you too."

     Sambungan pun terputus. Daniella kembali menaruh ponselnya di tempatnya semula. Ia tersenyum. Kekasihnya begitu peduli padanya walaupun sedang sibuk. Ia bersyukur bisa bertemu Alfar yang selalu setia mendukungnya dalam keadaan suka maupun duka.

****

      Daniella kini sedang berkutat dengan masakannya. Bekerja sebagai koki di restoran terkenal memang butuh tenaga yang lebih. Apalagi pengunjung yang datang makin hari makin banyak. Daniella menyeka keringatnya yang mulai bercucuran. Ia menghela nafas lega ketika masakannya sudah jadi. Ia kemudian menatanya di atas piring dengan sangat cantik.

     "Wah... Tidak salah restoran ini menerimamu menjadi salah satu koki di sini."

Suara di belakangnya membuat pekerjaan Daniella terhenti. Ia membalikkan badannya dan melihat seorang perempuan dengan pakaian seragam khas waiters. Daniella hanya tersenyum tipis, tak tahu apa yang harus dikatakannya karena ia sendiri sulit akrab dengan orang lain.

     "Jangan canggung begitu. Kamu koki baru, kan di sini?"

    Daniella menganggukkan kepalanya. "Iya."
  
    "Oh. Kalau begitu, kenalkan, aku Natasha. Kalau kamu?" tanya Natasha sambil menyodorkan tangannya, yang langsung dibalas oleh Daniella sembari tersenyum.

     "Aku Daniella."

     "Nama yang bagus."

     Natasha kemudian melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Daniella.

    "Ya sudah, kalau begitu aku lanjutkan pekerjaanku dulu ya. Selamat bekerja." Lalu Natasha pun berlalu meninggalkan Daniella.

****

    "Jangan sakiti dia. Dia itu tidak salah apa-apa. Dia bahkan tidak tahu tentang kita."

    Seorang gadis berambut pirang menghampiri seseorang yang sedang berkutat dengan dokumen-dokumen yang ada di tangannya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya, orang tersebut menjawab pertanyaan adiknya.

    "Diamlah! Gara-gara dia, ayah mati. Bahkan ayah mati dalam keadaan mengenaskan. Apa kau tega membiarkan ayah mati dalam kondisi seperti itu sementara dia masih hidup di dunia ini?" Matanya yang tajam semakin menajam.

     Mendengar jawaban kakaknya, gadis bersurai pirang itu menatap kakaknya sendu. "Tapi,... "

     Belum sempat gadis itu melanjutkan kalimatnya, suara dalam nan dingin itu kembali menginterupsi.

    "Jangan halangi kakak. Ibu mati dan itu membuat ayah depresi. Seharusnya ayah masih hidup sekarang, tapi karena orang tuanya, kita kehilangan keduanya. Jadi, lebih baik turuti semua perkataan kakak. Jika waktunya sudah tiba, kita buat gadis itu menderita lalu perlahan-lahan mati dengan mengenaskan," ucapnya menggema di ruangan itu. Bagaikan sebuah janji.

~~~~~

Don't forget to give your vote and comment! :)

Kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk membangun cerita ini.

Salam hangat,
~Mocca

Continue Reading

You'll Also Like

971K 89.6K 53
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
476K 28.3K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
2.6M 39.4K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.5M 138K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...