Oh My Husband!

By twelveblossom

221K 20.1K 8K

Daripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap seb... More

2. Tidur Bersama Tala
3. Menangis di Pelukan Tala
4. Kiss Kiss Untuk Tala
5. Naik Satu Tangga
6. Ada Yang Aneh Dengan Lizzy
7. Lizzy Lupa-lupa Ingat
8. Terbangkan Aku ke Bulan
9. Hujan Punya Cerita
10. Sedihnya Tanpa Alasan
11. Obrolan Singkat Sebelum Berperang
12. Seberapa Berani Felicia?
13. Si Beruang Galak
14. Kerisauan Hati Felicia
15. Serba Terburu-Buru
16. Malam Ini, Kamu Untukku
17. Mengetuk Pintu Rumah Malaikat
18. Yang Paling Cantik Ya Felicia, Lah
19. Aku Berharap Waktu Berhenti, Tapi Tidak Bisa
20. Kalau Tidak Percaya, Kamu Pergi Saja
21. Waktunya Maaf-Maafan
22. Yang Sengaja Disembunyikan
23. Malaikat Kematian Pun, Punya Pengecualian
24. Kisah yang Lama Hilang
25. Yang Hilang Bersama Angin Musim Hujan
26. Suara dari Keheningan
27. Alasan Yang Sulit Diterima
28. Satu-Satunya Yang Linglung
29. Hidup yang Singkat pun Akhirnya Diakhiri
30. Pikiran Yang Rancu - S1 selesai
31. Dunia Yang Terbalik
32. Tidak Masalah Jika Kamu Melupakanku
The Heartless Marriage
33. Dia Yang Egois

1. Pernikahan Dengan Kontrak Tertulis

33.5K 1.8K 321
By twelveblossom

Felicia Adair Lim
Lizzy nama kesayangannya. Anak kedua dari dua bersaudara. Usianya dua puluh delapan tahun, penulis novel yang tidak berpenghasilan tetap tapi suka belanja sampai lupa diri. Impiannya adalah menikah dengan cinta sejati dan laki-laki ganteng.

Nabastala Urdha Ekadanta
Tala nama pendeknya, Tralalala panggilan dari kesayangannya. Anak pertama dari dua bersaudara. Usianya tiga puluh tahun. Seorang dokter spesialis bedah yang sudah sangat mapan untuk menikah. Tala dilabeli Lizzy sebagai penyuka sesama jenis yang suka merebut gebetannya. Andai saja Lizzy tahu yang sebenarnya terjadi. Huh. Tala terlalu malas untuk menjelaskan.

Tokoh yang lain akan diperkenalkan seiring berjalannya cerita. Happy reading!

-oOo-

Namanya Nabastala Urdha Ekadanta, panggilannya Tala bisa juga Tralalala kalau aku lagi kesal sama dia. Tala laki-laki yang punya tinggi 187 senti meter, kulit pucat plus mulus, garis rahangnya keras, dan semua yang dapat dirangkum dari fisiknya―Tala itu tampan. Banget. Well, maklum lah gen keluarganya memang bagus, bahkan dulu waktu SMA aku punya cita-cita menikah dengan Tala untuk memperbaiki keturunan. Hmm. Hanya khayalan anak puber, tapi kayaknya bakal jadi kenyataan sebentar lagi.

Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Felicia Adair Lim, cukup panggil Lizzy. Kenapa aku dipanggil Lizzy? Karena waktu bunda mengandung aku, beliau suka sekali dengan karakter Elizabeth Bennet yang punya nama kesayangan Lizzy, hidup pada cerita Pride and Prejudice. Sejarahnya sih begitu―bunda berharap aku bisa sekuat dan sepintar Lizzy. Kenyataannya? Aku cengeng dan bodoh. Aku sekarang berusia dua puluh delapan tahun dengan pekerjaan sebagai penulis novel amatir yang tak punya penghasilan pasti dan menjadi beban orang tua. Dulu aku sempat mengambil jurusan Ilmu Komunikasi, maksud hati berniat menjadi wartawan―apa daya? Aku lebih suka menulis fiksi daripada fakta. Hah. Hidup memang suka membolak-balikkan hati.

Aku sekarang di sini bersama Tala sedang berdiskusi serius, sangat. Kami bagaikan kolega bisnis yang hendak membahas kontrak kerja. Antara hidup dan mati. Tala bahkan menjilid rapi kertas yang kemarin dia ketik ditambah membubuhkan nama kami di sampul depan―mirip tugas kelompok waktu sekolah dulu. Judul dari dokumen yang sedang kami bahas adalah 'Kontrak Menikah dan Kontrak Membuat Bayi'. Judulnya agak konyol dan terlalu vulgar, tapi begitulah kami―hanya badan saja yang kelihatan dewasa, tapi pikiran masih remaja. Suka yang konyol, hot, dan vulgar.

"Jadi, kita sungguhan nikah buat tutupin kalau kamu itu homo?" Aku memastikan, tentunya dengan suara tegas.

Tala mengernyit, tampak tidak suka dengan ucapanku. "Bukan homo, tapi biseksual, Bodoh," kata Tala dengan nada sok pintar atau dia memang pintar?

Okay, aku rasa Tala memang pintar karena dia itu dokter. Dari dulu aku yakin kalau dokter memang selalu pintar, paling tidak lebih pintar dari aku yang dulu selalu mengikuti remidial pelajaran IPA. Tala juga kerap nangkring di jajaran tiga besar pararel. Tala pernah bilang, kalau rahasia suksesnya bisa masuk tiga besar adalah minum jus kertas. Resepnya mudah, hanya perlu sobek-sobek buku pelajaran lalu rendam dengan air garam setelah itu blender―minum tiga kali sehari sebelum ujian. Aku menirukan resep Tala, bukannya pintar, aku malah menceret. Dasar Tralalala memang jahanam.

"Begini, aku suka perempuan tapi juga suka laki-laki," jelasnya lagi.

Aku mengangguk-angguk. "Oh ya, kamu semacam hermafrodit?"

Tala memutar bola mata. "Aku gak berkelamin ganda!" elaknya sambil mengaduk coffee float Mc Daniel―Mc Daniel itu kafe kembarannya Mc Donald, sekedar informasi gak penting sih hehehe.

"Iya pun aku juga tidak peduli, Tala," aku menjawab kalem. Mataku ini tertuju pada area bawah Tala, selangkangan lebih tepatnya. Jujur saja, aku penasaran ... apa Tala punya penis separuh vagina?

Tala menghela nafas panjang. Berteman denganku selama belasan tahun membuat Tala paham, kalau aku ini menjengkelkan. Apalagi, kami tetangga yang rumahnya berselisih satu bangunan saja yaitu tower air. Kami sering bermain bersama sudah seperti lagu persahabatan bagai kepompong, mengubah ular menjadi kupu-kupu. Saking dekatnya, aku sering memergoki Tala melakukan hal tidak senonoh. Misalnya, merebut gebetanku sebelum aku bisa hangout manja dengan mereka. Bahkan aku pernah secara tidak sengaja menyaksikan Tala dengan agresifnya mencium Anton. Anton itu penggemar beratku sewaktu SMA dulu. Kalau kata orang Korea Anton semacam sasaeng fans. Eh, malah Tala main hap hap hap kecup-kecup Anton. Idih, jijay marijay anjay.

Gara-gara kerap bersaing dengan Tala soal dunia perjantanan, aku jadi tidak punya pacar. Apalagi, si Tala ini suka sekali mengekoriku sewaktu kuliah. Dia pernah bilang, "Anak Ilkom banyak yang ganteng, aku mau lihat-lihat." Heran deh, padahal anak kedokteran biasanya sibuk, ini Tala malah punya waktu luang buat ngecengin pria-pria tampan. Hasilnya, kami malah dicap sebagai dua sejoli yang mabuk cinta saat kuliah dulu. Please, wahai warga dunia, kalian salah paham. Banyak yang minder melihat Tala dan merasa tidak cukup pantas bersaing dengan Tala untuk menggantikan posisinya di sampingku. Walhasil, tidak ada yang mendekatiku karena mengira aku sudah taken by Tala, padahal kami itu rival rebutan cowok ganteng di kampus!

"Langsung ke intinya ya, Liz―"

"―Kamu ngebet banget ya ingin menikah sama aku," potongku karena aku belum selesai membaca kontrak ini.

"Kamu kan gak suka baca. Biasanya, aku yang bacain buat kamu. Udah males jangan berlagak sok rajin."

"Ini beda! Kontrak ini masalah masa depanku." Aku sewot karena yang dikatakan Tala memang benar, aku tidak bisa mengoreksinya. Tala itu adalah orang yang sangat mengerti aku, daripada diriku sendiri. Agak seram sebenarnya, aku curiga dia punya praktik usaha perdukunan. Kenapa dia semudah itu membaca diriku?

"Masa depan kamu sudah gelap gitu," lontar Tala sangat menjengkelkan. Tala memberikan senyum meledek. "Ingat, kalau kamu gak mau nikah sama aku―kamu harus menerima lamaran dari Om Jarwo," lanjutnya.

"Om Jarwo," gumamku jijik dan ingin menangis setiap mendengar namanya.

AHH. Dasar pintar cari kelemahan orang lain, aku menggerutu dalam hati. Tala tahu benar alasanku duduk di sini untuk membahas pernikahan kontrak konyol ini. Dia yang awalnya menawarkan di tengah kegalauanku yang hendak dipinang Om Jarwo. Sumpah, kalau ingat kejadian aku dipaksa ketemu Om Jarwo minggu lalu masih membuat bulu kudukku merinding disko. Untungnya, kakak laki-lakiku si Lucas Lim itu bisa diandalkan, dia mengirim Tala untuk menginterupsi kencan butaku dengan Om jarwo.

Mari kita bahas soal asal muasal perjodohanku dengan Om Jarwo. Semuanya bermula dari bunda. Bunda itu ibu kandung yang lebih mirip ibu tiri. Setiap melihatku selonjoran dan goleran di kasur bunda selalu mendesah murka. Aku tahu keinginan terbesar bunda adalah menelanku kembali, memasukkan diriku yang mirip gombal rusak ini ke dalam perut lagi. Padahal kan aku tidur untuk mencari inspirasi menulis. Namun, bunda memang punya tanya yang dapat menggugurkan alasanku, "kalau kamu tidur terus kapan menulisnya, Lizzy? Yang ada iler kamu bikin banjir."

Puncaknya kemarahan bunda tidak dapat terbendung karena melihat tagihan kartu kreditku. Totalnya 50 juta. Penghasilanku yang tidak tentu meskipun tersemat nama Lim di belakang namaku pun menjadi alasan tercetusnya ide bunda untuk menjodohkan diriku dengan kakek-kakek kaya yang punya banyak warisan. "Biar mama gak sia-sia sudah besarkan kamu, jadi kamu harus menurut dijodohkan sama a crazy rich grandpa dan jadi bergelimang harta," itu yang diucapkan bunda. Aku ingat bunda menyeringai, seolah dapat solusi dari segala kebodohan anaknya.

"Bagaimana, Liz? Aku tidak punya waktu banyak. Cepat tanda tangani lalu minggu depan kita bilang ke bunda," ucap Tala tegas.

Tala memang sibuk. Dia bekerja di rumah sakit yang tak jauh dari kafe ini. Tala bahkan tidak sempat tidur, kelihatan dari kantong matanya. Wajah Tala juga kusut sih, tapi tetap ganteng dan kinclong. Kok bisa ya? Hm. Aku yang tidurnya super cukup saja kelihatan kumus-kumus. Aku punya ide kalau nanti aku jadi menikah dengan Tala, aku bakal cari tahu skincare laki-laki kinclong ini. Soalnya, Tala selama ini pelit banget tidak ingin kasih tahu pelembab yang digunakan padaku. Kata Tala nanti aku lebih glowing daripada dirinya. Tala takut kalah saing dariku salam menggaet pria tampan.

Aku pun menutup kembali dokumen yang tadi kubaca dengan tekun. "Pertama, kamu tidak boleh naksir dengan orang yang aku suka."

Poin pertama memang yang paling penting karena Tala suka sekali mendekati pria tampan yang sedang dekat denganku. Huh. Kami memang satu selera sih. Jadi persaingan cukup sengit.

"Kamu berencana selingkuh?" Alis Tala naik satu, dia kelihatan sekali menghardik.

"Kok bisa selingkuh?"

"Ya kan nanti kamu nikahnya sama aku. Terus ngapain kamu punya rencana naksir orang lain?" Jelas Tala kelewat sabar.

"Ya, siapa tahu aku nanti ketemu sama cinta sejatiku? Kan kita hanya pura-pura nikah biar kamu gak dicap homo."

Tala justru tertawa. Entah apa yang lucu. Guyonan orang pintar memang beda.

Tapi, by the way kalian tahu tidak? Tala yang lagi ketawa kayak begini kelihatan rupawan sekali. Kayak pusat pergerakan bumi itu Tala, bukan matahari lagi. Bikin aku selalu ingin bersandar sama Tala agar dapat mendengar suara ketawanya lebih lama. Hei, sadar Lizzy sadar!

"Ih, Tala dengerin dulu. Berhenti ketawanya," aku malah merengek. Lah, kenapa nada bicaraku jadi mirip kucing terjepit pagar begini? Untungnya, Tala langsung bungkam. Kalau tidak aku kan malu sekali.

"Iya, Felicia lanjutkan," kata Tala lembut. Suara Tala memang selalu dalam dan berat. Apalagi kalau sedang memanggil namaku dengan lengkap ... Felicia.

Jarang yang memanggilku Felicia karena aku sudah terkenal dengan nama panggung―Lizzy. Padahal arti dari Felicia itu bagus yaitu beruntung. Nama adalah doa, setiap orang memanggilku Felicia aku jadi merasa lebih beruntung karena sudah hidup menjadi manusia selama ini―bukan hidup menjadi ubur-ubur. Aku suka dipanggil Felecia, apalagi dengan suara Tala yang sedalam palung lautan.

Aku berdeham. "Kedua, kamu harus menanggung seluruh biaya hidupku. Menafkahi aku―"

"―Secara lahir dan batin juga? Siap," potong Tala, dia menjungkitkan kedua ujung bibir.

Well, masalah keuangan Tala memang super stabil. Selain Tala adalah seorang dokter spesialis yang cerdas. Dia juga punya keluarga yang sangat kaya raya, terselip nama Ekadanta sebagai nama belakang Tala. Siapa sih yang tidak tahu Ekadanta? Keluarga yang sukses dari bisnis gelap dan terangnya. Daddynya Tala itu semacam ketua geng dari mafia di Indonesia berkedok menjadi pengusaha susu formula. Tala dulu pernah diculik waktu umur sepuluh tahun sama saingan bisnis papinya. Tala sempat disekap dan disiksa selama lima hari sebelum akhirnya ditemukan. Makanya, Tala punya sedikit trauma dengan perempuan karena yang menculik Tala adalah nanny yang bertugas menjaga Tala. Hm, sungguh besar risiko berbisnis di bidang gelap-gelapan.

"Oke," jawabku lalu berdeham. "Ketiga, dilarang ada sentuhan fisik kecuali aku yang ingin."

"Wah, gak bisa itu merugikan," timpal Tala sembari mengaduk es kopinya.

"Hah? Apa kamu ingin ngapa-ngapain aku?" Aku langsung melotot ke arahnya.

Tala mendengus. "Mau disodorin kamu telanjang pun aku juga ogah," jawab Tala. Dia berpikir sebentar. "Aku merasa rugi kalau hanya kamu yang ingin, terus kalau aku lagi nggak pengen pegang-pegang kamu gimana dong?" lanjut Tala.

"Tala, kamu sungguhan homo?" Aku justru bertanya tanpa ingin membalas Tala.

Kalau Tala sungguhan penyuka sesama jenis, aku justru sangat bersyukur. Bisa dibilang salah satu alasanku ingin menikah kontrak dengannya adalah Tala yang kemungkinan tidak akan menyentuhku secara fisik. Sementara, alasan Tala ingin menikah denganku ialah agar Mommynya tidak merecokinya masalah perjodohan. Tala mau fokus bekerja.

"Felicia," Tala mengatakan namaku lagi.

"Iya, Nabastala?" jawabku sengaja menggumamkan nama lengkapnya yang memiliki padanan langit.

"Aku gak homo, tapi aku juga lihat-lihat dulu kalau mau tidur sama perempuan. Bukan yang kayak kamu."

Aku cemberut, tanganku terlipat di depan dada. "Memangnya perempuan yang kayak aku itu gimana? Aku jelek?"

"Nggak, kamu cantik," balas Tala cepat yang lantas membuat pipi ini bersemu merah. "Tapi sayangnya kamu suka ngiler jadi aku ilfil," kelakarnya lalu terkekeh.

"Tralalala, nyebelin!" Aku sadar kalau manusia ajaib di hadapanku ini sedang ngerjain aku.

Tala tertawa lebih lantang. Heran, suka banget ketawa, padahal kalau sama orang lain galak.

"Hahaha kamu lucu, Felicia. Aku lagi bayangkan bisa mengisengi kamu seumur hidup setelah kita menikah, pasti akan sangat menyenangkan."

Aku menonjok dada Tala yang ada di depanku. "Jadi, gimana? Aku serius, Tala."

Tala menetralkan tawanya menjadi deheman. "Iya, Sayang. Gimana tadi?"

Sayang?

Sayang?

Sayang?

Aku tidak tahu kalau kata sayang itu bisa membuat kinerja otakku mengalami korsleting. Huhuhu. Apa maksudnya coba panggil aku sayang?

"Felicia?" Tala tampak bingung karena aku tiba-tiba melongo kayak anak kambing minta makan.

"Ah iya, Tala. Oke yang ketiga, aku ganti jadi dilarang ada sentuhan fisik kecuali keinginan dari kedua belah pihak. Jadi, kalau mau ngapa-ngapain harus minta izin dulu."

"Kayak anak SD saja harus minta izin," gumam Tala tapi dia mengangguk pada akhirnya.

Aku yang enggan peduli langsung melanjutkan, "Keempat, kamu harus mengabulkan kalau suatu saat nanti aku minta bercerai."

Tala langsung menatapku. Aku tidak tahu ada apa dalam rautnya yang pasti Tala seperti orang yang menyimpan kesedihan. Hal tersebut tidak berselang lama karena Tala mengangguk lagi.

"Tentunya, perceraian kita nanti harus dengan alasan yang jelas," imbuhnya. Tala menghela nafas panjang. "Kalau tidak, ya kita gak akan cerai," tambahnya.

"Setuju sama Tala." Aku mengiyakan karena keluarga kami pasti akan mengomel kalau kami bercerai karena alasan kecil. Apalagi, aku juga mau mendapatkan harta gana-gini untuk menyambung hidup. Membahas betapa banyak harta beda Tala saja membuatku ngiler.

"Kelima, Tala harus menuruti permintaan Lizzy dan merawat Lizzy kalau sedang sakit."

"Oke," balasnya cepat.

"Kamu setuju?"

"Iya."

"Gak protes sama sekali?"

"Nggak, Liz."

"Aku kalau lagi sakit nyebelin banget loh, Tala," pancingku.

Tala tersenyum hangat. "Aku tahu, Felicia."

"Pasti aku nanti bakal ngerepotin kamu banget."

"Aku tahu seberapa nyebelin dan ngerepotin kamu waktu sakit. Gak masalah," kata Tala sabar.

Oh iya, aku lupa. Tala ini bisa dibilang menggantikan tugas bunda waktu aku lagi sakit karena bunda sering menyerah mendengar aku merengek. Bunda yang minta tolong ke Tala buat memeriksa keadaanku―Tala kan dokter, hitung-hitung dokter gratis kalau ke rumah sakit mahal. Akhirnya, jadi kebiasaan tiap sakit aku mencari Tala.

"Oke Tala, kayaknya itu syarat dari aku. Kalau ada tambahan bakal aku chat ke kamu." Aku berniat menutup perbincangan ini. "Apa kamu ada permintaan khusus juga kayak aku?" tanyaku basa-basi.

"Ada dong," jawab Tala. "Pertama, kamu harus panggil namaku dengan Mas Tala karena aku lebih tua dua tahun. Kedua, kamu tidak boleh protes dengan kerjaanku yang memakan banyak waktu. Ketiga, kamu tidak boleh bertanya aku pergi keluar dengan siapa dan alasannya apa. Keempat kita akan tinggal di apartemen dekat rumah sakit tempatku kerja," Tala ngomong dengan sangat cepat.

"Kamu bakal sering tinggalin aku sendiri di rumah ya, Tala?" itu pertanyaanku. Masalah aku harus memanggil dia mas tidak terlalu berat karena bunda juga sering mengingatkan untuk memperlakukan Tala dengan beradab. Persyaratan ke empat juga wajar, kami akan tinggal berdua saja setelah menikah―itu lebih baik daripada harus cari alasan karena kami tidak bermesra-mesraan. Namun, ada satu syarat yang mengganggu pikiranku.

"Kamu nggak suka, Felicia?"

Aku mengangguk. Aku itu tipe perempuan manja, cengeng, dan penakut. Jadi, membayangkan selalu di rumah sendiri rasanya ... terlalu sunyi dan menyeramkan.

"Aku takut di rumah sendiri kalau malam," kataku jujur. Aku menelan keraguan, "Aku juga gak bisa tidur sendirian kalau malam. Biasanya, ditemani bunda. Kita nanti tidurnya barengan kan, Tala?" lanjutku.

Tala lagi-lagi melihatku, tatapannya tidak bisa diartikan. Tala menghela nafas panjang sebelum bertanya, "Kamu biasanya tidur jam berapa?"

"Jam sembilan," kataku lekas-lekas menyerupai anak-anak yang ditanya orang dewasa.

"Oke, aku bakal selalu balik sebelum jam sembilan."

"Kalau kamu jaga malam gimana?" aku bertanya panik.

Tala tersenyum menenangkan. "Nanti kamu aku titipkan ke bunda kalau nggak ke Mom," jawabnya seolah dia adalah bapak-bapak yang harus menitipkan anaknya ke baby day care.

"Oke Tala," ujarku senang.

"Mas Tala, Felicia." Tala mengoreksi.

"Hah?"

"Kamu kan sudah setuju panggil aku pakai mas."

Aku menggigit bibir. "Oke, Mas Tala," lidahku ini kayak keseleo karena panggil dia pakai mas. Idih.

Tangan Tala malah menepuk-tepuk puncak kepalaku. Dia kayak bangga dengan pencapaiannya.

"Oh ya, Tala―eh maksudku Mas Tala. Terus cara kita ngomong ke bunda kalau kamu mau nikahin aku gimana dong? Takutnya bunda gak percaya dan bakalan tetap jodohin aku sama om bangkotan itu."

"Kalau itu, biar Mas Tala yang pikirin. Tapi yang pasti kamu harus mengasah kemampuan akting kamu yang payah," jawab Tala sambil menyeringai.

Aku jadi punya firasat buruk perihal ini. Soalnya Tala itu, selain cerdas, dia juga licik.

-oOo-

Halo semuanya! Cerita baru lagi. Hehehehe.

Gimana ada yang penasaran nggak sama kehidupan pernikahan mereka nantinya?

Atau udah cuma sampai di sini aja?

Kasih tahu aku ya, kelanjutannya harus gimana.

Cerita ini bakal singkat-singkat kok gak kayak Perfectly Imperfect yang lebih dari 4000 kata tiap partnya.

Sampai jumpa di part selanjutnya, jangan lupa vote dan komentar yaaah. Makasih.

Bonus:

lizzyadairlim

❤disukai oleh nabastalae, lucaslim, narahartadi, javaschatu, Theobeabeobeabeodan 12.578 lainnya.

Yang namanya jodoh itu gak jauh-jauh memang .... 💕. Calon suami aku yang ganteng. Luv yuh.

Lihat semua 1.531 komentar ....

Lucaslim loh gak jadi sama Om Jarwo? Yang bergelimang harta.

Javaschatu Gila gercep bet ini lubang hidung Doraemon.

FansLizzy Ganteng banget kak. Apa kak Lizzy memulai bisnis jual beli cowok ganteng?

Narahartadi Selamat ya Lizzy, sayang. Ditunggu undangannya.

Theobeabeobeabeo Wadaw, si upil doraemon mau kawin.

Inibeneranbunda Apa ini maksudnya Nak Tala NabastalaE?

Tetanggajulid Waduh, tiba-tiba nikah. Sudah berapa bulan Dek Lizzy hamilnya?

NabastalaE

❤disukai oleh lizzyadairlim, lucaslim, narahartadi, javaschatu, Theobeabeobeabeodan 1.234 lainnya.

My precious thing. I love you, Felicia.

Lihat semua 537 komentar ....

Fansdrtala ihh nggak banget deh selera dokter, masa mirip gukguk.

Theobeabeobeabeo Bro, mending lu mikir dulu sebelum meminang upil doraemon.

Lizzyadairlim Love you too, Mas Tala ❤.

Lucaslim gile sista sudah manggil pake mas nih si upil doraemon lizzyadairlim.

Damarsianaklangit wah gue ketinggalan berita apa ini? Kanebo kering akhirnya mengakhiri masa homonya.

Nabastalae si bangsat damarsianaklangit.

Continue Reading

You'll Also Like

17.5K 1.4K 21
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
181K 5.2K 48
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

308K 16.2K 30
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
1.3M 94K 58
⚠️SEBAGIAN PART TELAH DI PRIVAT, FOLLOW TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMBUKANYA⚠️ [Sedang dalam masa pengembangan cerita dan Revisi] "Heh kuman!" panggil se...