amor noster; hyunlix

By hunshinedelight

67.4K 10K 964

Amor noster (latin) means our love. Kita tahu bahwa cinta adalah hal yang kasat mata, lalu menurutmu bagaiman... More

nihil
ūnus
duo
trēs
quattuor
quīnque
sex
septem
octo
novem
decem
undecim
doudecim
tredecim
quindecim
sēdecim
septendecim
duodēvīgintī
undēvīgintī
vīgintī
vīgintī ūnus
vīgintī duo
vīgintī trēs
vīgintī quattuor
vīgintī quīnque
vīgintī sex
vīgintī septem
duodētrīgintā vīgintī octō
ūndētrīgintā vīgintī novem
trīgintā

quattuordecim

2.1K 367 47
By hunshinedelight

Hunshine Delight

ㅡpresentㅡ

• amor noster: quattuordecim

Semenjak kejadian malam itu, Felix sudah kembali menjalani kehidupannya seperti biasanya. Ia perlahan sudah tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi saat itu dan juga sudah meminta maaf pada Jisung atas perilaku tidak sopannya karena pergi begitu saja meninggalkan pemuda yang mirip seperti tupai itu. Felix merasa hari-harinya terasa lebih baik dan nyaman, bahkan hari ini senyuman tidak pernah hilang dari wajahnya setiap kali ia melayani pelanggan.

Woong yang juga menyaksikan betapa cerahnya senyuman Felix pun tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tersenyum. Ia tahu bahwa Felix sudah banyak melewati rintangan yang tidak semuanya bisa diceritakan dan Woong menghormati privasi itu. Jika Felix tidak ingin menceritakannya maka yang bisa dilakukan Woong sebagai seorang teman adalah terus berada di sisinya.

"You look so happy, is something good happen?" tanya Woong begitu selesai mengantarkan pelanggan terakhir mereka saat jam makan siang ini pergi lalu menghampiri Felix di meja kasir.

Felix masih mempertahankan raut bahagia dan senyuman di wajahnya, "I don't know. But, I do feel happy."

Mendengar itu Woong menatap Felix selama beberapa saat sebelum mengangkat kedua bahunya. "That's great. So, you have a kind of mood swing during pregnancy?"

Sebelum Felix bisa menjawab pertanyaan Woong, Bang Chan lebih dulu menyela. "Felixie finally have a mood swing?!" serunya yang baru saja kembali dari membeli beberapa tambahan persediaan bahan makanan dan minuman.

"Selamat datang, hyung," sapa Felix dengan senyuman yang membuat Bang Chan menatapnya selama beberapa saat.

"You look so happy," kata Bang Chan spontan.

"Yeah, his mood swing during pregnancy is great, right?" sahut Woong dengan kedua tangannya yang bergerak-gerak di sekitar wajah Felix, seakan-akan menunjukkan efek bling-bling mengunakan jari-jarinya.

"Indeed." Bang Chan setuju lalu menghampiri Felix. "Nothing is borthering you, right?"

"I'm good, hyung." Felix terkekeh karena reaksi Bang Chan dan Woong, ia tidak berpikir bahwa rasa bahagianya pagi ini karena mood swing. Ia hanya merasa hatinya sangat tenang dan lega sehingga kebahagiaan itu datang. "Aku hanya merasa nyaman hari ini, mungkin baby sedang berusaha untuk membuatku berpikiran lebih positif," sambungnya dan menyentuh perut bulatnya dengan sedikit gemas.

"Punya baby yang bisa menghiburmu secara tidak terduga ini sungguh menyenangkan," kata Woong dan menatap perut Felix yang tertutup oleh sweater kebesaran berwarna kuning dan sebuah celemek cafe mereka yang berwarna khaki gelap itu.

"Oh, apakah Woong-hyung juga ingin memiliki baby?" canda Felix.

Woong langsung menunjukkan raut kaget. "No, no, no. Aku belum siap," jawabnya cepat sebelum tertawa. "Lagipula, babynya Felix juga akan menjadi babyku!"

"Woong tidak akan bisa memiliki bayi, tingkahnya saja seperti bayi." Bang Chan pun menambahkan fakta lainnya mengenai Woong.

"Hey!"

Ketiga orang itu terus melanjutkan percakapan mereka hingga lupa waktu, untungnya Woong sudah memasang tanda 'istirahat' di depan cafe begitu waktu makan siang berakhir. Tak jarang, percakapan mereka menimbulkan suara tawa ataupun perdebatan kecil. Bahkan juga membicarakan hal-hal tidak penting atau bahkan mengkritik salah seorang sikap pelanggan yang menyebalkan.

Woojin yang sejak tadi berada di dapur untuk menyiapkan roti-roti baru untuk waktu makan malam tadi mulai kehabisan bahan adonan. Ia ingat bahwa tadi pagi Bang Chan pergi keluar untuk membeli bahan-bahan, tapi sang pemilik cafe itu sepertinya masih belum kembali. Setelah mencuci tangannya, Woojin memilih untuk pergi keluar dapur dan bertanya pada Woong apakah ada kabar dari Bang Chan.

Begitu membuka pintu, pemandangan Bang Chan, Woong, dan Felix yang tengah bertukar canda langsung terlihat. Woojin segera menghela napas panjang, inilah yang terjadi jika menjadi perkerja di dapur. Kamu akan ketinggalan semuanya.

"Jadi, ternyata Bang Chan sudah kembali," kata Woojin dengan tenang tapi berhasil membuat ketiga teman kerjanya itu menoleh ke arahnya. "kenapa tidak segera meletakkan semua bahan-bahan itu ke dapur, huh?!" serunya sambil menunjuk dua kotak kardus di atas meja yang berisikan bahan-bahan yang telah di beli oleh Bang Chan.

.

.

.

❇amor noster❇

.

.

.

Sepulang berkerja Felix memilih untuk mampir ke pusat perbelanjaan terlebih dahulu, entah mengapa ia merasa ingin membeli sesuatu dan akan menemukan sesuatu yang sangat menarik untuk dibeli. Felix pergi sendiri, meski tidak benar-benar sendiri karena kemana pun ia pergi ada baby di sisinya, dan terus melihat-lihat ke toko-toko yang ia lewati.

Sebuah toko pernak-pernik dengan warna yang bernuansa pastel menjadi pilihan pertama Felix. Begitu ia melangkah masuk, berbagai bentuk dan jenis boneka yang terlihat sangat lembut langsung menyapanya. Felix selalu menyukai boneka, mereka seperti teman kecil yang selalu menemaninya setiap kali tidur. Matanya segera terpaku pada boneka seukuran tubuh manusia, sepertinya akan sangat nyaman jika memeluk boneka itu.

Felix memilih untuk masuk ke dalam toko lebih dulu sebelum ia akhirnya memutuskan untuk membeli beberapa boneka. Toko itu dipenuhi dengan berbagai pernak-pernik dan aksesoris-aksesoris lucu. Ada banyak snow globe yang begitu indah dan menarik perhatian Felix. Bahkan pemuda berbadan dua itu tidak bisa tidak menahan diri untuk tidak mengambil salah satu snow globe dan menguncangkannya untuk melihat dunia kecil dalam bola itu di hujani oleh salju.

Hanya dengan melihat salju-salju kecil itu berjatuhan di dalam bola, Felix merasakan hatinya menjadi lebih tenang. Mungkin ia akan membeli satu nanti.

Snow globe itu Felix letakkan kembali ke atas rak dan ia kembali menjelajahi toko tersebut. Tanpa disadari, toko itu ternyata cukup luas dan bahkan memiliki tiga lantai yang berisikan berbagai hal untuk di jual. Setelah hampir berputar-putar di toko itu selama lebih satu jam, Felix memilih untuk mendudukan dirinya pada sebuah kursi yang tersedia sebelum memutuskan barang apa yang akan ia beli.

Begitu duduk, Felix baru menyadari bahwa ada banyak sekali pengunjung di toko ini dan bahkan ia menemukan anak-anak yang berlarian di sekitarnya. Setiap anak-anak yang ia lihat mengenggam sesuatu di tangannya dan mereka membawanya ke orang tua mereka dengan harapan bisa memiliki benda itu. Felix tersenyum melihat adegan anak dan orang tua yang tidak jauh dari tempatnya duduk itu, ia mengelus perutnya pelan.

Jika, baby lahir, apakah ia juga akan melakukan adengan seperti itu? Membayangkan anaknya akan datang kepadanya dan merengek untuk dibelikan sesuatu pastinya akan sangat imut untuk dilihat.

"Baiklah, sepertinya kita akan membeli satu boneka besar dan sebuah snow globe untuk kita, baby," kata Felix sambil menatap perutnya, seakan-akan tengah bicara pada bayinya yang ada di dalam sana.

Felix berdiri dari duduknya setelah ia merasa sudah cukup beristirahat, lalu segera menghampiri salah satu pegawai toko untuk membantunya mengambil dan menyiapkan barang-barang yang ingin pemuda bermarga Lee itu pergi. Seorang gadis part-time berambut pendek yang terlihat cerialah yang melayaninya, gadis itu beberapa kali Felix dapati menatap ke arah perutnya yang memang sudah sedikit sulit untuk disembunyikan.

Sadar bahwa tindakannya tidak sopan, gadis itu segera meminta maaf saat pandangan matanya langsung bertemu dengan milik sang pelanggan. Felix sendiri tidak mempermasalahkan hal itu, dan mengiyakan tebakan yang ada di dalam kepala pegawai tersebut.

"Ah! Congratulations!" Gadis itu tiba-tiba berseru dan segera menutup mulutnya. "S-Saya akan segera menyiapkan pesanan Anda," sambungnya dan buru-buru melangkah pergi.

Diberikan ucapan selamat oleh orang asing seperti itu sungguh membuat Felix merasa sedikit aneh, tapi ia tidak bisa menahan senyumnya. Felix kembali menatap kesekeliling sembari menunggu gadis itu kembali. Tapi, siapa yang menyangka bahwa tiba-tiba tatapan matanya segera terpaku pada sosok pemuda berbadan tegap yang baru saja memasuki toko tersebut.

Pemuda itu terlihat sangat tampan meski hanya mengenakan kemeja hitam dan celana jeans dengan warna senada. Felix terdiam di tempatnya dan pemuda itu mengangkat kepalanya hingga akhirnya kedua mata mereka saling bertatapan.

Itu Hwang Hyunjin.

°amor noster: quattuordecimㅡfinis°

Good day, everyone.

Mohon maaf karena delay update yang sangat terlambat ini (╥_╥) Semoga kalian bisa menikmati chapter ini dengan baik dan sampai bertemu di hari Minggu!

Btw, enggak tahu kenapa percakapan awal malah jadi bahasa Inggris. Maaf kalau kalian terganggu dengan itu. Terus, toko akseseoris yang jadi acuanku itu salah satu toko akseseoris terbesar (mungkin ㅋㅋ) di Solo. Yang orang Solo pasti tahu dong hehe, tapi pengalamanku ke sana penjaga/pengawainya tidak seramah di cerita ini \( ̄▽ ̄;)/

Daaan, akhirnya... HYUNLIX kita bertemu, guys!!!

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Wanna buy me a cendol or give me a tip? Copy this link below!

trakteer.id/hunshinedelight

or you can click the link in my bio.

Thank you.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

That's all, thank you for reading! Stay healthy and stay at home everyone!! Love ya.

xoxo,
hunshine delight

Continue Reading

You'll Also Like

1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
166K 14.2K 25
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
47.4K 7.4K 44
Rahasia dibalik semuanya
319K 26.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...