My Conglomerate Husband (Comp...

By Au_thorsecret

89.3K 2.6K 132

Jangan lupa follow sebelum membaca 15+ "Cobalah membenciku..." "Aku tidak bisa...." "Kau egois..." Rank #01-L... More

-001-
-002-
-003-
-004-
-005-
-006-
-007-
-008-
-009-
-010-
-011-
-012-
-013-
info
Curhat Author
-014-
MHC 15
-016-
Cast Man
-018-
MHC 19
-020-
MHC 21
MHC 22
-023-
MHC 24
-025-
-026-
-027-
say thank you
-028-
-029-
-030-
MHC 31
-032-
-033-
-034-
-035-
-036-
-037-
-038-
-039-
-040-
Exstra Part -001-
Exstra Part -002-
promosi dan pengumuman

-017-

859 31 2
By Au_thorsecret

"Kak Steven bangun!!! Ini sudah pagi. Kita akan pergi ke Mandalan bay beach jika kau lupa!" Teriak Erlina seraya menyingkap selimut yang dipakai Steven.

Steven hanya menggeliat di atas ranjangnya. Tidak ada niat sedikit pun untuk membuka matanya. "Kak Steven, ayo bangun," ketua Erlina. Ia mengguncangkan tubuh Steven.

"Enghh ... kakak masih mengantuk, Michell," protes Steven dengan suara serak khas bangun tidurnya.  Bukannya bangun, Steven malah menarik selimutnya sampai menenggelamkan tubuhnya. Matanya pun terpejam kembali.

"Ishh ... " Erlina geram melihat tingkah kakaknya. Erlina pun menyeringai. "Yasudah, jika kakak tak mau bangun, aku pergi saja sendiri," ancam Erlina.

Erlina membalikkan tubuhnya. Lalu, ia melangkahkan kedua kakinya  secara perlahan, menunggu reaksi apa yang akan diberikan Steven. Kira-kira berhasil tidak, ya?, pikir Erlina menimbang.

"Hufft ... memangnya sekarang jam berapa?" tanya Steven akhirnya. Erlina pun tersenyum bangga penuh kemenangan. Ia membalikkan tubuhnya kembali, melihat kakaknya yang seperti orang gila. Wajah bantal, mata beler, rambut acak-acakan, tidak lupa menguap seperti beruang kelaparan.

"Jam lima pagi," jawab Erlina dengan nada santai. "Oh, baiklah. Kita siap-siap ...," ucap Steven seraya mengucek-ngucek matanya dengan punggung tangan kanannya.

Sedangkan Erlina senyum-senyum tidak jelas seraya memandangi Steven yang tidak sadar akan sesuatu. "Baiklah, aku akan menyiapkan makanan." Erlina pun melenggang pergi.

Steven membenarkan posisinya menjadi duduk. Kedua manik matanya melirik jam yang bertengger di dinding. Dan ia baru menyadari sesuatu atas perkataan adiknya tadi, "What the ... " umpat Steven. "Michell!! ... ini terlalu pagi!!" Teriak Steven menggelegar.

Sedangkan Erlina, ia tertawa terbahak- bahak, "satu sama," ucap Erlina cekikikan, lalu pergi ke dapur.

🗽🗽🗽

"Morning, Kak. Sudah rapi sekali kakakku yang satu ini," ucap Erlina ketika melihat Steven yang sangat tampan dengan kaos hitam polos dan celana jeans putih. Tidak lupa sneaker berwarna senada dengan celananya.

"Hmm." Steven duduk disalah satu kursi makan. Erlina terkekeh melihat wajah kakaknya yang ditekuk sedari tadi. Ia tahu pasti Steven itu berada di mode marah.

Erlina membawa dua piring nasi goreng, dan dua gelas susu dari dapur. Lalu, menaruhnya di atas meja makan. Ia pun mendudukkan dirinya dihadapan Steven. "Kita sarapan dahulu, Kak. Aku juga sudah menyiapkan bekal untuk di sana," terang Erlina.

"Enak tidak, Kak, nasi gorengnya?" tanya Erlina. Yang lagi-lagi hanya dibalas anggukan oleh Steven. Erlina pun terkekeh pelan melihat kakaknya yang makan dengan terburu-buru seperti kebakaran janggut.

"Habiskan ya, Kak," ucap Erlina lagi. "Ya, ya-ya," balas Steven malas-malasan.

Mereka berdua sarapan dalam keadaan diam. Yang ada hanya suara dentingan sendok dan garpu. Tak ada yang memulai pembicaraan.

Tuk ...

"Sudah selesai, Kak?" tanya Erlina ketika Steven menaruh gelas kosong dengan agak keras. Lalu beranjak pergi ke ruang keluarga. Erlina yang melihat itu hanya mengedikan bahu tidak mengerti. Ia pun melenggang pergi ke dapur untuk mencuci piring. Setelah selesai mencuci piring, ia menghampiri Steven. Erlina pun duduk di samping Steven yang sedang asik menonton televisi.

"Kak Steven marah, ya?" tanya Erlina seraya menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Steven. "Kak, jangan marah, ya." Steven masih membungkam mulutnya rapat-rapat, padahal di dalam hati Steven, ia ingin tertawa.

"Kak Steven jawab, ih," rengek Erlina seraya mengguncangkan lengan kanan Steven. "Hmm," balas Steven.

"Oke, aku minta maaf soal tadi pagi. Aku hanya tidak ingin kita terlalu siang untuk pergi ke sana," alibi Erlina. Ia mengalihkan pandangannya ke televisi. Erlina pun melirik Steven sekilas. Lalu, menyeringai tanda ia mempunyai ide berlian.

Cup

"Jangan marah lagi ya, Kak." Setelah mengatakan itu, Erlina pun berlari menaiki tangga untuk menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Michell ... " lirih Steven seraya menyentuh pipi kanannya. Aku harus melakukan sesuatu, aku tidak bisa membohongi perasaanku terus, tekad Steven dalam hati.

🗽🗽🗽

"Amarlic," panggil Karina pada Amarlic yang sedang berbaring di rerumputan taman dengan menjadikan paha karina sebagai bantalnya.

"Ya?" sahut Amarlic. Ia mendongak menatap kedua mata Karina. "Mengapa kau yakin denganku, hmm ... maksudku mengapa kauu mau dengan perempuan seperti aku. Yang jelas-jelas aku lebih tua satu tahun di atas mu. Dan kau itu lelaki sempurna, banyak perempuan di luar sana yang lebih sepadan untukmu?" tanya Karina, ia membalas tatapan Amarlic.

"Kau ingin tahu jawabannya?" sahut Amarlic seraya menelusuri wajah Karina dengan jari telunjuknya. Karina pun mengangguk mantap.

"Yang pertama, mengapa aku mau dengan kau yang jelas-jelas lebih tua dariku?, jawabannya sangat mudah. Kau adalah gadisku, kau kakak kelasku ketika SMA."

Flashback on

"Ah, Amarlic terima kasih banyak sudah mengantarku sampai Apartemenku," ucap Karina ketika ia dan Amarlic sudah turun dari mobil.

"Sama-sama, aku pulang dahulu. Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu," sahut Amarlic. Ya, mereka tadi sempat bertukar nomor ponsel di dalam mobil.

"Baiklah, aku masuk, ya" ucap Karina. Ia hendak pergi jika tangannya tidak dicekal dengan lembut oleh Amarlic. " ..." Karina mengernyitkan dahinya bingung.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Amarlic dengan  hati-hati.

"Me---mengapa kau menanyakan itu? " Bukannya menjawab, Karina malah bertanya balik. "Hmm ... karena aku merasa tak asing dengan senyummu," jawab Amarlic dengan senyuman hangat.

"Aku rasa kau lupa denganku Amarlic ...," lirih Karina dengan raut wajah kecewanya.

"Apakah kau gadisku, kakak kelasku ketika SMA?" tanya Amarlic terkejut. Ia menggenggam erat kedua tangan Karina.

"Ya, dan kau adalah adik kelas yang menyatakan perasaan kepadaku, lalu hari itu juga kau menyakiti hatiku," ungkap Karina.

"Maafkan aku, Karina. Itu salah paham. Kau mengenal Erlina, 'kan? Waktu itu aku hanya menolongnya yang jatuh terpeleset. Dan sejak kapan kau mengenaliku jika aku Amarlic, adik kelas mu dahulu?" tanya Amarlic lagi.

"Sejak kau hampir menabrak ku," sahut Karina. Ia melepaskan genggaman Amarlic pada tangannya.

"Oh, tuhan terima kasih banyak. Kau menjawab doaku selama ini untuk mempertemukan ku dengan perempuan yang aku sukai sejak dahulu." Amarlic mengadahkan wajahnya menatap langit, Karina pun tersenyum.

"Karina kumohon, maafkan aku. Percayalah padaku, aku selalu mencari mu. Bahkan, aku sampai menutup hatiku rapat rapat, dan terbuka hanya untukmu," tutur Amarlic membuat Karina memeluknya erat.

"Aku memaafkan mu, Amarlic. Aku percaya padamu," ucap Karina di dalam dekapan Amarlic. Amarlic pun melerai pelukannya.

"Will you girlfriends me Karina?" tanya Amarlic seraya bertekuk lutut di hadapan Karina dan mengulurkan tangannya.

"Yes, Amarlic, I will," jawab Karina. Ia meneteskan air matanya.

Flashback off

"Yang kedua, kau memang benar, Karina. Banyak perempuan di luar sana yang cantik, tetapi hanya kau yang berhasil menarik hatiku," jelas Amarlic membuat Karina tidak pernah melunturkan senyumnya.

"Nam ..."

"Syuut, aku belum selesai, Karina." Amarlic menempelkan jari telunjuknya di bibir pink Karina. "Dan yang terakhir, kau salah besar jika menyebutku lelaki sempurna. Padahal aku bukan lelaki sempurna jika tak memiliki seorang Karina," tambah Amarlic, membuat Karina meneteskan air matanya.

Amarlic membenarkan posisinya menjadi duduk di hadapan Karina, "mengapa kau menangis? Apa aku salah bicara?" tanya Amarlic panik.

"Tidak, aku hanya terharu. Akhirnya, ada seseorang yang ingin menerimaku apa adanya seperti ini," jawab Karina dengan menunduk memandangi rerumputan.

Amarlic mengangkat dagu Karina, lalu menatapnya dalam. Karina membalas tatapan Amarlic. "Aku mencintaimu, dahulu, saat ini dan nanti karina," imbuh Amarlic. Yang lagi-lagi membuat Karina menangis bahagia. Amarlic membawa Karina ke dalam dekapannya.

"Aku pun begitu, Amarlic," balas Karina. Amarlic tersenyum mendengar perkataan Karina. Akhirnya aku menemukan mu, batin Amarlic.

🗽🗽🗽


"Kak, kapan sampainya, sih? Masih lama?" tanya Erlina seraya menegakkan posisi duduknya.

"Tiga puluh menit lagi, Nona Michell," geram Steven. Ia malas dengan Erlina yang selalu menanyakan pertanyaan yang serupa sedari tadi. "Hehe ... " Erlina pun terkekeh tanpa merasa bersalah.

Erlina mengambil sesuatu dari belakang, sepertinya Snack yang ia bawa tadi. Erlina membukanya dan memakannya, "Kak Steven mau?" tanya Erlina seraya menyodorkan sebungkus snack kentang yang sedang ia makan.

"Kakak sedang menyetir, makan saja," jawab Steven yang masih tetap fokus menyetir.

"Aaa ... " Erlina menyodorkan sehelai keripik pada Steven. Steven yang sedang mengemudi pun menoleh dan tersenyum. Lalu menerima suapan keripik dari Erlina.

"Kak, biar aku yang mengemudi mobilnya, ya, kita bergantian. Kakak pasti lelah," tawar Erlina. Erlina merasa kasihan dengan kakaknya yang sedari tadi hanya memegang stir, tak jarang Steven meregangkan ototnya.

"Tidak perlu, kau istirahat saja. Ini sudah jam tiga sore, kakak akan membangunkan mu jika sudah sampai," tolak Steven dengan tangannya yang mengusap puncak kepala Erlina. Erlina hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Lagu Shawn Mendes yang berjudul Imagination mengalun merdu di dalam mobil. Tak lama, Erlina pun memejamkan matanya, memasuki alam mimpi.


Tiga jam lamanya Steven memegang kemudi, akhirnya mereka berdua sampai di Mandalan bay beach, salah satu pantai yang cukup terkenal di Las Vegas. Steven memarkirkan mobilnya di parkiran hotel yang ia sewa untuk satu hari ke depan.

Steven tidak tega untuk membangunkan Erlina yang masih terlelap di alam mimpinya. Akhirnya, Steven memutuskan untuk menggendong Erlina ala bridal style. Ia membawa Erlina ke lantai tiga. Ketika sudah sampai, Steven membaringkan Erlina di ranjang secara perlahan-lahan. Sebelum mereka pergi ke pantai Mandalan ini, Steven sudah menyewa apartemen terdekat di Mandalan Bay Beach. Yaitu hotel Four seasons, hotel terdekat dengan pantai.

Steven memperhatikan Erlina yang tambah cantik ketika tertidur, ditambah ia mengenakan pakaian yang serupa dengan Steven. Tangan Steven terangkat untuk mengusap lembut pipi Erlina. Sadar Steven sadar, dia adikmu, teriak Steven di dalam hati. Ia menjambak rambutnya frustasi.

Steven pun melangkah pergi untuk mengambil keperluan Erlina dan dirinya yang masih tertinggal di dalam mobil.


🗽🗽🗽

"Ngghh ...," erang Erlina. "Kau sudah bangun, Michell?" tanya Steven yang baru saja datang dari dapur.


"Hmm, sejak kapan kita sampai di sini." Erlina terkejut ketika melihat dirinya sudah ada di kamar, bukan di dalam mobil lagi.

"Dua jam yang lalu, tadi kita sampai di sini jam setengah empat," terang Steven yang sedang duduk di sofa.

Sekedar info, hotel four seasons ini memiliki tipe suite room

"Hah?, mengapa kakak tidak membangunkan aku?" tanya Erlina seraya melihat jam di ponselnya yang diberikan Amarlic. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Karena, kakak tidak sejahat yang seperti kau kira. Kakak tidak tega membangunkan mu yang begitu pulas saat tertidur. Sudahlah jangan permasalahkan itu, sekarang kamu makanlah. Tadi kakak sudah menghangatkan makanan yang kau buat," ucap Steven, membuat Erlina tersenyum lebar karena merasa senang diperhatikan.

"Ter ... "

"Dan satu lagi, sehabis makan kau harus mandi. Kau cukup bau berada di dekatku," selamat Steven tanpa berpaling dari layar televisi. Perkataan Steven membuat Erlina menahan kesalnya, baru saja terbang, lalu dijatuhkan, batin Erlina. Ia mengerucutkan bibirnya.

"Oke fine, Kak Stevenku yang tersayang," sarkas Erlina. Ia beranjak dari ranjang dan  menuju ke dapur untuk makan.

"Kakak sudah makan?" tanya Erlina ketika ia melihat Steven yang sedang berjalan menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya."Sudah, kakak ingin istirahat sebentar ya, Chell," jawab Steven. Ia pun memejamkan matanya.

Selesai makan, Erlina mencuci piring bekas makannya. Setelah mencuci piring, Erlina bergegas untuk mandi. Seusai melakukan ritual mandinya, Erlina duduk di atas ranjangnya lagi. Erlina membuka ponselnya yang bermerk apel digigit itu. Ponsel itu dibelikan oleh Amarlic untuk menggantikan ponselnya yang dirusak Amarlic. Padahal Erlina sayang sekali dengan ponsel itu, bukan hanya karena dari ibu angkatnya---Ameera, tetapi di dalam ponsel itu terdapat foto-foto candid Amarlic. Yang ia ambil secara diam-diam.

Ketika Erlina sedang melihat-lihat instastory di instagram miliknya. Ia tak sengaja melihat foto yang di dalamnya terdapat wajah seseorang yang ia kenal bersama perempuan lain. Di foto itu tertampak wajah Amarlic yang sangat bahagia dengan senyum lebarnya. Dengan tangannya yang merangkul bahu perempuan di sebelahnya, perempuan itu pun tampak bahagia sekali di dekat Amarlic.

Terdapat nama perempuan di bawah foto itu. Yaitu, Karina Rouyre dan tidak lupa dihastag Gadisku oleh Amarlic. "Kau menyakitiku lagi," gumam Erlina ketika memandangi foto sepasang kekasih di ponselnya.


Namun, siapa perempuan itu, kekasihnya?Tidak mungkin, wajahnya lebih dewasa dari Amarlic. Hmm, positive thinking, Erlina. Maybe, kakaknya atau saudaranya. Namun, tidak mungkin, jika saudaranya dihastag gadisku oleh Amarlic, pikir Erlina.

"Ah, bisa saja, tetapi tidak, arrgh ... ini membingungkan," ucap Erlina frustasi. Ia membanting ponselnya diranjang. Erlina pun membaringkan badannya tengkurap, menutup wajahnya dengan bantal.

"Amarlic, kau menyakitiku lagi ... hiks ... "  teriak Erlina samar, tangannya tidak tinggal diam. Ia memukul-mukul ranjangnya, melampiaskan amarahnya. Ia ingin sekali rasanya berteriak didepan wajah Amarlic, aku mencintaimu, Amarlic. Semenjak kau mengecup pipiku yang kau anggap itu kecelakaan, tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu semua.

Erlina beranjak dari ranjangnya menuju balkon. Erlina memandangi langit, 'sepertinya memandang langit adalah bagian hidupku. Karena dengan memandangnya, aku mendapatkan ketenangan. Dapat merasakan jika papah dan mamahku memperhatikanku dari atas sana, pikir Erlina.

Semilir angin menerbangkan helaian rambut Erlina yang indah. "Pah, Mah, Paman, Amarlic ... mengapa aku merasa jauh sekali dengan kalian. Aku tak mengenal latar belakang kehidupanku sendiri ...," lirih Erlina ketika mengingat cerita hidupnya.

Flashback on

9 years ago

"Michelle, ayo ikut kakak ke sana. Kita akan membeli es krim," ucap kakak sepupunya Erlina. "Aku tidak mau, Kak. Aku marah padamu," balas gadis berusia 7 tahun itu---Erlina.

"Ada apa ini, Michell? Mengapa kau marah?" tanya paman Erlina---Marvelo Marvelino yang baru datang dengan istrinya---Agatha Rawless.

"Anakmu, Paman, dia menjahiliku terus. Ketika aku ingin membalasnya ia malah pergi," jawab Erlina ketus, sedangkan yang mendengarkan hanya menahan tawa. "Lalu apakah kamu mau memaafkan anakku, Gadis kecil? Nanti kak Karina akan membelikan mu es krim," bujuk Marvelino.

"Bibi, apakah itu benar?" tanya Erlina, yang dibalas anggukan oleh Agatha.

"Ayo, Michell, maafkan kakak, ya?" tanya Karina. Erlina pun mengangguk mantap. "Ayo, kita beli es krim!!" Teriak Erlina seraya menggenggam tangan Karina. Marvelo dan Agatha hanya tersenyum miris.

"Sampai kapan kita melakukan ini?" tanya Agatha. Ia menatap mata suaminya. "Sampai mereka terpisah dan tidak saling mengenal," jawab Marvelino.


Flashback off

"Tunggu ... Karina kakak sepupuku, dan Karina kekasih Amarlic ... apakah? Ah, tidak mungkin. Nama mereka saja berbeda Karina Rouyre dan Karina Valerina, lagipula nama Karina itu banyak." Erlina memperhatikan langit yang mulai berwarna orange.

"Amarlic ...," lirih Erlina. "Aku mencintaimuuu, kau tahu itu?!" Teriak Erlina seraya memejamkan matanya.

"Aku tahu Michelle Erlina Baldquin, kau sudah mengatakan itu berulang kali padaku, 'kan. Apa kau tak bosan mengatakan itu terus menerus?" balas seseorang dari belakang.

"A---amarlic ...," lirih Erlina. Ia pun  membalikkan tubuhnya.



Pertanyaan dan pertanyaan. Penuh teka teki kan, hmm?

Jangan lupa vote ya:)

Continue Reading

You'll Also Like

12.2K 1.3K 16
Kim Jennie yang mengalami kematian tidak wajar itu membuat gempar warga sekolah. Kim Taehyung yang bukan lain adalah kekasihnya dan Roséanne Park yan...
3.6M 53.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
4.7K 447 14
Xabiru tidak tahu apa itu definisi seorang papa. Siapa yang harus dia panggil papa? Atau dimana papanya berada. Itulah pertanyaan yang selalu bersara...
172K 5.7K 32
Elvano yang terbangun dari koma tiba-tiba di jodohkan dengan seorang gadis yang memiliki wajah yang cacat, tak cukup sampai di situ. Ternyata gadis i...