MARITARE

By Roses_Series

4.6M 96.8K 2.9K

Alex, CEO berusia 31 tahun, tiba-tiba dijodohkan oleh sang kakek dengan Rosana, seorang pelajar dengan latar... More

01 ● BEGINNING
02 ● FIND OUT
03 ● REASON
04 ● ENCOUNTER
05 ● ADDRESSING WILL
06 ● DINNER
07 ● REFUSAL
08 ● HARDSHIP
10 ● VISIT
11 ● STAY
12 ● FIRST KISS
13 ● BROKE UP
14 ● WEDDING
15 ● AFTER PARTY
16 ● NEWLYWED LIFE
17 ● LITTLE SCRATCH
18 ● DISAPPOINTMENT
19 ● HEATED NIGHT
20 ● INVITATION
21 ● AMELIORATE
22 ● IRONY OF FATE
23 ● COCKTAILS AND TEARS
24 ● BAD INTENTION
25 ● FALLS APART
26 ● REMEDY
27 🖤 NIGHT IN THE WOODS

09 ● ENGAGE

72.2K 3.4K 41
By Roses_Series

Hari telah menjelang siang ketika Alex check out dari hotel tempat ia menginap. Kakek Marwan sudah kembali ke ibukota lebih awal bersama Pak Hilman. Alex sengaja mengulur kepulangannya karena ingin mampir ke suatu tempat. Ia melajukan Rover-nya tanpa tergesa saat membelah jalanan pinggiran kota.

Kala itu Alex memutuskan singgah untuk menemui Rosa. Semalaman nalurinya seakan memaksa ia harus memastikan keadaan gadis itu. Alex sebenarnya bukan tipe pria yang suka beramah tamah. Tapi ia memberikan satu pengecualian untuk Rosa dengan dalih ingin sekedar berpamitan.

Tok tok tok

Alex mengetuk pintu bercat putih yang ada di depannya.

"Sebentar" sayup-sayup terdengar suara dari dalam.

Ceklek

Si empunya rumah membuka pintu. Begitu tau siapa yang bertandang ia langsung terhenyak kaget.

"Nak Alex..." tante Lastri menggumam pelan.

Alex menarik sudut bibirnya sekilas. Ia diam sambil mengernyit melihat tante lastri yang justru terbengong. Wanita itu kemudian menggelengkan kepala untuk meraih kesadaran kembali.

"Nak Alex kok tau rumah tante? Ada perlu apa kesini?"

Alex mengulas senyum tipis yang dibuat-buat.

"Saya ingin bertemu Rosana"

"Rosa? bb-buat apa ya nak Alex cari Rosa?" Tante lastri gelagapan karena wanita itu tentu tak ingin Alex mengetahui kondisi Rosa yang tengah babak belur karena dihajar dirinya dan sang suami.

"Cuma mau pamitan saja" jawab Alex singkat.

"Pamitan? Maksudnya?" Tante Lastri memastikan detail maksud kedatangan pria itu. Ia sempat berharap Alex berubah pikiran dan mau menerima perjodohan.

"Iya. saya cuma mau bertemu dan ngobrol sebentar sebelum balik ke Jakarta" Alex menegaskan.

"Ooooohhh..." pupus sudah harapan tante lastri punya mantu tajir. kirain mau bilang kalau jadi kawin. Taunya malah cuma mau pamit. Begitu isi pikiran wanita paruh baya itu.

"Maaf Nak Alex, tapi Rosanya baru pergi"

"Pergi? kemana?"

"Kayaknya sih main ke rumah temannya. Kalau sudah main suka lupa waktu itu anak. Paling juga sampai sore. Sudah, Nak Alex pulang saja gak usah tunggu dia. Nanti tante sampaikan kalau Nak Alex kesini mau pamitan" tante Lastri malah mengusir Alex secara halus. Kalau laki-laki itu tau Rosa kemarin ia pukuli bisa jadi masalah juga buatnya.

Sebenarnya siang itu Rosa tengah disuruh sang tante untuk mengantarkan laundry ke rumah pelanggan.

Mendengar penjelasan Tante Lastri, Alex hanya bisa memendam kekecewaannya.

***

Alex segera melajukan Range Rover-nya untuk pergi meninggalkan pelataran sempit rumah tante Lastri. Dengan masih sedikit kesal karena gagal menemui Rosa, ia jadi memutar kemudi malas-malasan. Namun belum sampai ia berbelok ke jalan raya, tiba-tiba mata lelaki itu tertuju pada sosok familiar yang tengah melintas di tengah jalan. Alex menajamkan pandangan untuk memastikan ia benar tengah melihat orang yang ia cari.

Alex memarkirkan mobilnya. Ia kemudian turun lalu berlari kecil menyebrangi jalan yang sepi tersebut. Setelahnya ia mengejar sosok yang melangkah pelan tak jauh di depannya.

"Rosana!" Panggil Alex seraya meraih tangan si gadis dan menahanannya.

Sementara itu, Rosa terpaksa berhenti karena seseorang mencengkeram pergelangan tangannya erat. Ia menengok kaget dan lebih tercengang lagi setelah mengetahui siapa yang saat itu berdiri di hadapannya.

Raut kelegaan di wajah Alex langsung berubah 180 derajat. Seharusnya ia senang karena berhasil bertemu dengan gadis yang ia cari. Tapi semua itu lenyap begitu ia melihat kondisi wajah Rosa yang penuh lebam. Hatinya seketika terasa panas seperti terbakar api.

**

Keduanya terduduk diam di dalam mobil Alex yang terparkir di sisi jalan. Alex mencengkeram erat kemudi hingga tangannya yang berurat semakin menampakkan guratan-guratan panjang yang menonjol. Raut wajahnya menunjukkan seseorang yang sedang memendam amarah. Sementara Rosa disampingnya hanya bisa mematung sambil meremas roknya kuat karena takut.

Alex melirik Rosa sesaat, tanpa menunggu lebih lama ia mulai menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gas dan memutar kemudi untuk kembali melaju.

"Kita mau kemana, om?" Tanya Rosa antara takut dan gelisah. Ia cukup ngeri melihat Alex yang sedari tadi membisu dengan wajah seram. Apalagi sekarang pria itu menyetir dengan kecepatan tinggi.

Alex masih bungkam tak menjawab. Ia hanya sibuk mengemudi dan fokus pada jalanan di depan.

"Om..." Rosa terus meminta jawaban.

"Om... Rosa harus pulang, nanti tante lastri nyariin" suara gadis itu makin terdengar putus asa.

"Mana kantor polisi yang paling dekat sini?" Akhirnya lelaki itu merespon namun bukan dengan hal yang diinginkan Rosa.

"Om ngapain mau ke kantor polisi?" Tanya Rosa dengan suara gemetar. Ia mulai khawatir Alex mempunyai rencana yang aneh-aneh.

"Om-"

Tanpa Rosa beritahupun, Alex sudah bisa menebak siapa yang membuat gadis itu penuh luka.

"Kamu masih mau lanjutin hidup atau kamu memang udah menyerah?" Alex justru menyindir Rosa.

"Maksud om apa?"

"Semakin kamu ngebiarin hal seperti ini, semakin bajingan-bajingan itu bisa berbuat seenaknya" kini Alex sudah tak peduli ia mulai bicara kasar pada Rosa. 

"Rosa udah bilang ini bukan karena mereka... Rosa habis jatuh-"

"Kamu pikir saya percaya omong kosong kamu?!" Alex justru membentak Rosa disampingnya. Ia terlanjur emosi pada Rosa yang keras kepala. Padahal ia hanya memedulikan keselamatan gadis itu.

"Om... berhenti om... berhentiin mobilnya" Rosa merengek. Ia ingin mencegah niat nekat Alex.

Tanpa mengindahkan permintaan Rosa, Alex terus melajukan Rover yang ia kendarai.

"Om dengerin Rosa dulu, berhenti dulu om. stop!"

"Om Alex!" Rosa memohon dan mulai berani meraih lengan Alex untuk mendapat perhatian lelaki itu. Alex hanya melirik Rosa sekilas dengan terus menginjak pedal gas.

"Berhenti om. Biar Rosa jelasin. tolong jangan kayak gini" Rosa terus mengguncang lengan Alex. Alex tak bergeming. Namun saat guncangan itu makin kuat dan Rosa terus mendesak, ia akhirnya menepikan mobil dengan decitan keras di sisi jalan lapang.

"Terus mau kamu apa hm? Balik ke rumah om tante sialan-mu itu?! Kalau kamu gak berani lawan mereka... fine! Kita lihat bakal jadi apa kamu nanti" Alex memandang tajam Rosa yang tengah gemetar di kursi penumpang.

"Ttapi bukan dengan cara ke kantor polisi om. dengerin Rosa dulu..."

Gadis itu mengambil nafas sesaat kemudian melanjutkan.

"Kalau om laporin tante dan om Rosa ke polisi, terus gimana nasib sepupu Rosa? Gimana nasib Rosa? Anak om dan tante Rosa itu masih kecil-kecil om. Kita semua masih sekolah. Siapa yang bakal ngurus mereka?"

"Om dan tante Rosa itu satu-satunya wali yang kami punya. Lagian Rosa kayak gini juga karena Rosa bikin salah. Tapi semua udah selesai. Tante lastri udah gak marah"

"Oke. Sekarang kita balik ke rumah kamu! Biar aku hajar om-tante mu itu sampai sekarat"

"Jangan om! Tolong jangan memperkeruh keadaan. Rosa udah gapapa. Kalau om lakuin itu, justru nanti Rosa yang bakal dapat masalah" pinta gadis itu sungguh-sungguh.

Alex menatap Rosa yang tengah memegangi lengannya dengan erat. Mata besar gadis itu sudah berkaca-kaca dan memandangnya dengan begitu memelas.

"Aahhh... shit!" Alex menggeram sambil memukul kemudi mobil dengan keras. Ia lalu mengusap kasar rambut hitamnya.

Sialnya, ucapan Rosa memang sangat benar. Di satu sisi ia ingin membalas dendam namun di sisi lain Rosa lah yang akan jadi korban kalau ia berani macam-macam. 'dasar bajingan' rutuknya. Untuk kedua kali dalam hidup, Alex merasa tak berdaya, dan ia sangat membenci itu.

***

Alex menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil sembari menerawang. Sesekali ia memandang Rosa yang tengah menunduk memandang jemari. Ketika ia melihat luka di wajah gadis cantik itu hatinya seolah ikut teriris. Ia tak ingin membiarkan Rosa kembali ke rumah paman dan bibinya. Alhasil, Rosa jadi tawanan Alex selama beberapa saat di dalam mobil. Sampai pada akhirnya ponsel pria itu bergetar dan membuyarkan keheningan diantara mereka.

Drrtt drrttt drrttt

Alex melihat caller id yang tertera di layar ponsel. Ia segera mengangkat telfon yang ternyata dari supir pribadinya.

"Halo. Ada apa Man?" Tanya Alex begitu telfon tersambung.

"........."

"Apa?! Kakek masuk rumah sakit??" Pekik Alex.

Rosa yang mendengar laungan pria itu sontak mendelik penuh kecemasan.

".........."

"Trus gimana keadaan kakek?"

"..........."

Alex menghela nafas sedikit lega.

"Kamu sama siapa disana?"

".........."

"Ck" Alex tiba-tiba berdecak.

"Rumah sakit mana?"

"........"

"Oke. Saya otw balik. Kamu temani kakek sebentar"

"........"

**

"Ada apa, Om?"
Rosa buru-buru bertanya ketika ia melihat Alex telah mengakhiri telfonnya dengan Pak Hilman.

"Kakek masuk rumah sakit" jawab Alex singkat sembari melihat spion untuk bersiap memutar mobil.

"Sakit apa? Apa parah?" Tanya Rosa terdengar khawatir.

"Kecapekan. Kakek suka begitu kalau capek"

"Trus sekarang gimana?"

"Ya saya langsung balik Jakarta" kata Alex dengan entengnya.

"Kalau gitu Rosa turun sini aja, nanti Rosa naik ojek pulangnya-" belum selesai gadis itu bicara, Alex sudah menyela.

"Gak! Kamu ikut saya!" Tegas Alex walau masih sibuk mengamati jalan raya.

Rosa langsung melebarkan matanya mendengar ide spontan Alex. "Ikut Om? Maksudnya?"

Klik

Rosa justru mendengar pintu mobil terkunci.

"Tapi Om..." Rosa sadar ia akan dibawa Alex menuju ibukota.

"Memang kamu gak mau lihat keadaan kakek?"

"Mau om, tapi nanti Rosa pulangnya gimana?"

"Itu gampang. Lagian saya gak mau balikin kamu ke tempat om-tantemu yang gila itu"

"Om..."

"Saya juga brengsek tapi saya gak pernah mukul perempuan. cih! beraninya sama anak kecil. Nanti kamu nginap di tempat saya. Biar saya yang ngomong sama tante kamu"

"Nginap tempat om?!" Rosa langsung gelagapan sendiri begitu mendengar rencana Alex. Ia tak berani membayangkan harus tinggal sementara di rumah lawan jenis.

"Tapi besok Rosa sekolah..." gadis itu beralasan.

"Bolos sekali aja memang gak boleh? Sudah diam! Saya mau ngebut"

Rosa menghela nafas panjang. Sekali lagi ia tak bisa berkutik jika Alex sudah bertitah.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

145K 18.6K 22
Nicholas Richard Panggabean terkenal sebagai playboy sejati sejak masa remajanya. Kalau dihitung deretan mantannya, mungkin daftarnya bisa dijadikan...
802K 7.3K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

413K 3.8K 23
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
1.1K 51 10
Aqila Kaira Khanza merasa kesal dengan permintaan ayahnya yang menginginkan dia menikah di usianya yang baru 22 tahun. Astaga, dia bahkan baru lulus...