"Jadi?" hanya itu pertanyaan dari Miliader sekolah ini.
"Jadi?" sang pemuda yang di tanya malah menanyakan balik.
Miliader sekolahpun kesal "Kau putus dengan Sana?"
"Putus?" Chayeol, Kai dan Baekhyun membeo.
"Yak! Kapan aku jadian dengannya?! Jangan sembarangan!" Kesal pemuda Oh itu "kita hanya teman masa kecil! Tidak lebih" bantahnya.
"hmm teman masa kecil yang berbagi kehangatan hmm hmm" Baekhyun bergumam menyindir.
"tutup mulut embermu Baek sialan!" kesalnya Sehun "bahkan aku tidak pernah menyentuhnya!"
"Sehun belum menyentuh Sana?" Suho membeo balik "aku lihat beberapa bulan ini sikapmu baik Hun-ah, apa karna kita mau lulus?"
"tentu saja karna Lisa" bukan Sehun yang menjawab, tapi Kai.
"Ya karna Lisa" Sehun tersenyum "Akh sialan! Aku harus menjemputnya, dia seharusnya selesai latihan basket!" Sehun merutuki kebodohannya, ia menyambar Tas miliknya lalu pergi.
"Mau main lagi?" Suara dengan nada mengejek terdengar seperti kesombongan yang menjunjung tinggi di kalimatnya.
Sang gadis mendengus "aku akan membuktikannya"
Sang gadis lainnya yang sedang memeluk bola basket menggerakan bahu acuh tak acuh "Sehun milikku!!"
"siapa yang milikmu?" suara datar dari pemuda Oh membuat 2 gadis yang berada di lapangan basket dan beberapa orang lainnya itu menoleh.
"Sehun" gadis yang berteriak tadi lari menubruk pemuda itu "dia melukaiku Sehun, dia gadis jahat"
Gadis lainnya yang merasa di fitnah hanya menaikan satu alisnya.
"kau yang menantang Lisa" ini suara Rose, ia aga kesal karna permainan latihannya di hentikan karna gadis gila itu.
Sehun melirik, ia sedang berusaha melelaskan tangan gadis di depannya "mereka bersekongkol Sehun, mereka menjahatiku"
"kau yang jahat! Dasar nenek sihir!" gerutu Rose kembali.
"Rose" teguran dari Lisa membuat Rose terdiam "kau sudah datang?" Sehun tersenyum dan mengangguk.
"Lepaskan aku Sana!" Sehun kesal, untung di belakang Sana ada Mark.
Pemuda yang menemaninya itu menatap Sehun, seolah meminta maaf "Hyung bisa membawanya pulang" Ujar Sehun menuntut.
"Sehun, kenapa kau sejahat ini" Sana meronta ingin di lepaskan "Kau jahat Sehun"
"gadis Gila" Desis Rose. Lisa menyikut lengan Rose, gadis itu meringis memperlihatkan giginya "aku akan pulang" ujarnya setelahnya.
"bukankah kak Lisa sangat keren?" Moonbin berkaca kaca melihat Lisa yang sedang mengobrol dengan Sehun.
"ayo kita pulang, ini sudah sore" Chanwoo menggeret lengan Moonbin.
"Kak Lisa apa tidak pernah menyukaiku?" lanjutnya lagi, Chanwoo menghela nafas dan menggeleng "Aku sedih"
"tidak perlu sedih, kak Lisa dan Sehun Hyung hanya sekedar pacaran, ketika mereka putus. Kau bisa datang"
"Benarkah?"
"tentu saja itu 0,01% kemungkinan paling besarnya, kak Lisa menyukaimu" setelahnya Chanwoo tertawa, sedangkan Moonbin mengumpat kasar pada sahabatnya itu.
••🧚🏻♀️••
"Kemana Bae?" Sehun bertanya setelah mereka sudah berada di dalam.
"aku harus kerumah, Appa menyuruhku pulang" Sehun mengangguk "kau sudah makan?"
Sehun tersenyum dan mengangguk "Suho membeli banyak makanan tadi" Lisa mengangguk faham.
Tidak ada yang tak mengenal Suho, Miliader Sekolah, orang yang memiliki kekayaan di atas kekayaan rata rata anak sekolahnya.
Lisa menurunkan Jok mobil, ia menutup matanya. Rasanya lelah bergulat omongan dan olah raga dengan Sana tadi.
Ngomong ngomong soal Sana, Lisa lupa mengatakannya pada Sehun.
"Sana menantangku, jika kau penasaran" Lisa menjelaskan, sebenarnya Sehun sangat penasaran hanya saja. Ia enggan bertanya mengingat rasa lelah sang kekasih, dan terlalu banyak fikiran yang ada di dalam otak kecilnya "Sehun"
"Yes Bae"
"Aku sudah pernah mengatakan bukan jika aku akan melanjutkan sekolahku di London?" Sehun mengangguk, fokusnya masih menyentir. Setelahnya Lisa diam, pembahasan ini mungkin lumayan panjang.
"apa aku sudah pernah bilang, jika aku tak akan pernah melepaskanmu sampai kapanpun?" Sehun melirik, Lisa bergumam "aku akan ikut kesana denganmu Bae"
Lisa dengan cepat membenarkan posisinya, ia menatap Sehun "secinta itu aku padamu, asal kau tau" Lisa terenyuh, ia mengecup pipi Sehun, setelahnya melilitkankan tangannya - memeluk tubuh kekar sang kekasih dari samping "Kau sudah mencintaiku?" Lisa mengangguk.
Sehun tersenyum mengecup sekilas kepala sang gadis.
"Gomawo" gumaman dari sang gadis tentu dapat di dengar oleh Sehun.
Rumah keluarga Kim🏡
"Sayang, selesai mandi.. Turun bersama ne, kita makan" suara dari luar pintu kamar Lisa terdengar, itu sang Eomma.
"iya" Lisa hanya menjawab sekilas.
Sang Eomma mengerti dan turun.
"Eomma, Eonni datang?"sang Eomma mengangguk, membuat wajah gadis itu tersenyum cerah "Eonni selalu keren, Nilainya tidak pernah jelek dan Permainan basketnyapun sempurna"
Sang Ayah hanya tersenyum "kau sangat menyukai Eonnimu hm~?"
"Tentu saja Appa!" Semangat Sakura "Eonni sangat keren, aku juga ingin seperti Eonni"
Sang Eomma mengelus kepala Sakura "Pelan pelan saja Ne, kau bisa belajar pelan pelan"
"Ne, Eomma!"
Lisa turun, ia memakai kaos warna putih dengan celana Training, wajahnya masih segar karna selesai mandi.
"Eonni" Sakura tersenyum "Eonni, apa Sakura boleh main ke London saat Eonni di sana?"
"Ya tentu" Lisa berujar tersenyum tipis.
"Lihat kan Eomma, Eonni saja mengatakan boleh" adunya pada sang Eomma yang duduk di sebelahnya.
Sang Eomma tersenyum dan mengangguk "Jin Ae, tolong ambilkan dokumenku yang untuk Lisa" Ujarnya.
"Eommamu meminta kau yang memilih tempat tinggalmu nanti, kita bisa berkunjung kesana untuk melihat lihat lagi" ujar sang Appa "Appa sudah meminta Woo Jin untuk mengurus surveymu nanti"
"aku akan berangkat sendiri"
Mereka diam "Sayang, kau tak ingin kami temani"
Lisa menggeleng "kebetulan temanku juga akan bersekolah di kota yang sama, kami akan berangkat bersama" sang Appa menghela nafas, Putrinya masih tertutup.
"Baiklah, Appa akan menyuruh Woo Jin mengirimkan semuanya ketika sudah selesai" Tidak ada perdebatan, Semua keputusan Putri pertamanya adalah Mutlak.
Sang Appa yang masih memiliki penyesalan terhadap putri pertamanya itu, hanya bisa menurut.
Lisa sudah setuju akan mengambil alih bisnisnya, jadi tidak ada lagi yang di khawatirkan.
Semenjak kematian Istrinya, dia selalu khawatir tentang keadaan Putri pertamanya. Ketika ia menikah bahkan Lisa lebih memikih diam dan tak mengatakan apa apa.
Sebagai seorang Ayah, Dia hanya bisa mendukung semua yang Putrinya itu lakukan.
"Appa dengar kau sudah mengenal Putra teman Appa, kalian sekelas"
Lisa diam, Sekelas? Siapa?