ALANARA [ SUDAH TERBIT ]

By tiashaara

127K 13.6K 7.6K

Alan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang ya... More

Alan dan Ara
Mengatur Strategi
Makan Malam
Toko Buku
Alan Marah
UKS
Di gibahin
XII IPA 1
PMS
Surat cinta
Kantin
Hari Mager Nasional
Belajar Bersama
Masa Lalu (a)
Mimpi Buruk
Artis
Hukuman
Minta Maaf
Olahraga
Basket
Rahasia
Janji
Ingkar Janji
Taman
Dua gadis pembawa perubahan
Keputusan
Amarah
Insiden
Rumah Sakit
Permulaan
Perpisahan
Kelulusan
Kehidupan Baru
Tentang Kata
Cemburu
Kepingan Ingatan
Tentang Ara
Jatuh cinta
Drama Absurd
Sebuah Rencana
Jakarta
Pesta Ulang Tahun
Lamaran tak terduga
Hari Bahagia
Extra Part 1
Sekilas Info
Sequel?
Cekidot
Vote Cover
Mari kita liat
OPEN PO
Attention
Something Special

Masa Lalu (b)

1.9K 267 177
By tiashaara

Sudah hampir 3 bulan Alan koma. Ara selalu setia menemani sahabatnya itu. Dia bahkan tidak melanjutkan sekolahnya lagi, karena ingin menunggu Alan.

Ara sangat merasa bersalah atas hal menyakitkan yang menimpa Alan. Walaupun sebenarnya, itu bukanlah perbuatan Ara secara langsung.

Remaja pelaku pengeroyokan Alan telah dilaporkan ke polisi. Tetapi, karena mereka masih dibawah umur hukuman mereka pun diringankan.

Keputusan itu membuat Ara dan keluarganya naik pitam. Mereka tidak terima, harusnya para remaja itu merasakan hal yang sama seperti yang Alan rasakan.

Lambat laun, para orang tua mencoba mengikhlaskan. Mereka lebih memilih untuk fokus dalam hal pengobatan Alan. Ara akhirnya ikut setuju akan keputusan yang diambil oleh orang tuanya, setelah dibujuk oleh mama dan bundanya.

Setiap malam, Ara selalu menangis di pojok kamarnya. Ara berubah, dia menjadi sosok yang jarang bicara. Tidak pernah lagi tersenyum. tidak ada lagi binar dimatanya. Ia benar-benar terlihat seperti orang yang tak memiliki semangat hidup.

***

Pagi itu tepat 1 hari sebelum ulang tahun Alan dan Ara. Ara terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling kamarnya lalu tersenyum. Ia mulai bangkit dan mulai melangkah menuju lemari pakaian miliknya.

Ara mengambil satu gaun selutut yang berwarna pink. Ara menatap gaun itu sejenak. Kenangan konyol saat Alan memberikan gaun Pink itu sebagai hadiah pun terputar dalam memori otaknya.

Entah mengapa, hari ini Ara merasa dirinya yang dulu kembali. Ia merasa hatinya semakin membaik bahkan senyuman dan binar dimatanya pun terpancar. Ia merasa bahwa Alannya akan kembali. Iya, Alannya pasti kembali...

***

“Zuhra, mau kemana?” Ranti menghentikan langkah Ara. Ia memperhatikan anak gadisnya secara seksama. Ara tersenyum, membuat Ranti menautkan kedua alisnya.

“Mau ke rumah sakit Ma. Arsal udah nungguin Zuhra,” jawaban Ara yang ceria semakin membuat Ranti bertambah bingung.

“Tapi, sayang--”

“Zuhra pamit dulu ya ma. Assalammualaikum.”

Setelah berpamitan dan mencium tangan Ranti. Ara dengan segera pergi ke Rumah Sakit.

***

Ara masuk ke dalam Ruangan Alan. Dia bisa melihat Alan yang masih nyaman terlelap dalam tidurnya. Ara bergerak kedekat jendela mencoba membuka gorden, agar cahaya matahari bisa masuk dengan bebas.

Setelahnya, Ara menarik kursi dan mulai duduk disamping ranjang Alan.
“Arsal, gue dateng. Lo pasti udah nebak kan kalo gue mau dateng.” Ara mulai berbicara seraya menautkan tangannya pada tangan Alan.

“Lo tau, gue kesepian. Gak ada lagi yang suka cerewet minta dianterin ke toko buku. Gak ada lagi yang suka usilin gue kalo gue susah bangun. Yang paling bikin gue sedih adalah gak ada lagi temen buat rebutan kado. Lo pasti inget kan, kalo besok kita ulang tahun?”

“Liat deh Sal, hari ini gue sengaja pake gaun yang lo kasih. Gaunnya lucu banget apalagi kalo dipake sama cewe cantik kaya gue kan?” Ara tersenyum kecut saat ucapannya masih belum mendapat respon dari Alan.

Ara menghela napas sebentar, “Sal, tolong bangun. Gue janji, gue akan rajin baca buku dan cari temen seperti yang lo mau. Gue gak akan nyusahin lo lagi. Gue gak akan egois. Gue... Gue...” ucapan Ara terhenti saat bulir bening itu mulai menetes. Ara mulai menangis. Dia menggigit bibirnya pelan berusaha untuk menahan tangisannya.

Ara kembali berbicara. “Sal, kalo lo bangun. Gue akan ngelakuin apapun yang lo mau. Gue juga bakalan ngorbanin hidup gue buat lo. Dan gue janji, kalo suatu saat nanti lo sakit lagi karena gue, gue akan pergi dari hidup lo.”

Hening...

Alan sama sekali tidak menunjukkan respon positif. Tangan Ara gemetar, wajahnya tertunduk. Harapannya kembali hilang. Dia terlihat sangat putus asa, tangisannya pun sudah tak terbendung lagi.

Ara sangat ingat apa yang di beritahukan dokter pada orang tuanya. Dokter itu bilang, kalau hari ini Alan tidak menunjukan respon positif maka semua peralatan yang menunjang kehidupan Alan akan di lepas. Itu artinya Alan akan...

“Enggak! Enggak! lo gak boleh mati Sal!” Ara berteriak histeris. Dia mulai mengguncang badan Alan kuat, “Elo harus bangun! lo gak bisa mati tanpa gue. Lo gak bisa tinggalin gue gitu aja Sal!” Ara terus saja menangis dan berusaha membuat Alan bangun.

Tenaga Ara melemah. Tatapannya kosong, yang ada di pikirannya sekarang hanya lah... bunuh diri, iya, bunuh diri.

Jika Alan tidak bisa bangun. Maka, Ara bisa mati menyusul Alan. Remaja itu mulai bangkit dari duduknya.
Baru Selangkah menjauh, Ara terpaksa menghentikan langkahnya. Ia merasa ada yang menahan tangan nya. “Lo gak bo-leh bu-nuh di-ri Ra,” Ara bergeming. Degup jantungnya terasa begitu cepat. Suara itu...

Ara tergagap.“A-ars-al,” Ara kesulitan saat mengucapkan nama seseorang yang sudah sangat dia rindukan.

Detik selanjutnya tangisan haru memenuhi ruangan, bersamaan dengan masuknya orang tua Alan dan Ara. Mereka menangis bahagia.

***

Roy, Reyhan, Sarah dan Ranti tertegun saat melihat penampilan dari ke dua anaknya.

“Kalian yakin, mau sekolah dengan penampilan begini?” Reyhan membuka suara. Ditatapnya kedua anak dihadapan nya dengan sorot tidak yakin.

“Iya Pa. Azzuhra sama Arsal udah mutusin buat sekolah dengan penampilan culun begini. Kita berdua juga udah mutusin kalo mama, bunda, papa, sama ayah gak perlu nganter jemput kita pake mobil. Dan satu lagi kita mau hidup sederhana, kita gak mau dikenal karena orang tua kita kaya. Jadi, kita harap kalian semua setuju,” jelas Ara panjang lebar.

Ara menoleh, lalu tersenyum meyakinkan pada Alan. “Selain itu, kita juga udah mutusin buat ngenalin diri sebagai Alan dan Ara. Kita gak akan sebutin nama lengkap kita, supaya orang-orang gak tau kalo kita anak dari keluarga Virendra dan Savier. Kita juga akan pergi sekolah pake sepeda dan yang terakhir kita akan rajin latihan taekwondo,” Alan melanjutkan seraya tersenyum meyakinkan.

Sarah membantah. “Tapi, nanti kalian kalo kenapa-kenapa gimana?”

“Iya bener banget. Selain itu mama dan yang lain lebih suka manggil kalian Arsal dan Azzuhra. Nama kalian itu artinya bagus sayang,” tambah Ranti.

Ara menjawab. “Mama, Bunda, kalian gak perlu khawatir. Arsal dan Zuhra masih tetep anak kalian kok. Kita masih ada di bawah pengawasan kalian. Jadi, kalian akan selalu manggil kita sebagai Arsal dan Azzuhra. Tapi kita minta mama, bunda, papa sama ayah percaya sama keputusan yang udah kita ambil.” Alan mengangguk guna meyakinkan jawaban Ara.

Akhirnya para orang tua pun berunding. Mereka menjadikan apa yang sudah terjadi pada Alan sebagai pelajaran. Keputusan pun diambil dan Roy yang akan mengumumkan nya.

Roy menghela napas sejenak. “Papa dan yang lain setuju dengan keputusan kalian. Kalian boleh ngelakuin apapun yang kalian mau. Kita gak akan maksa kehendak kita sama Arsal dan Azzuhra. Tapi ingat, itu bukan berarti kalian bebas ngelakuin hal yang gak seharusnya.”

Keputusan yang Roy berikan langsung membuat Alan dan Ara tersenyum senang. Mereka dengan cepat memeluk kedua orang tua mereka masing-masing.

“Maksih banyak. Kita pasti gak akan ngecewain kalian,” ucap keduanya serempak.

***

Dua orang remaja SMP sedang berdiri di depan kelas. sedari tadi ada banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya. Penampilan culun mereka dengan wajah datar tanpa senyum membuat beberapa orang berbisik tidak suka.

Salah satu remaja itu mulai maju selangkah guna memperkenalkan diri. “Nama saya Alan,” ucapnya singkat. Kemudian, giliran remaja perempuan yang memperkenalkan diri. “Nama saya Ara.”

“Kalian, bisa panggil kita Alan dan Ara.”


***

Haii i'm back. Ini ku up karena udh terlalu bosen nunggu take off  Semoga suka yaa. Dan semoga masih betah dirumah aja.

Salam sayang Tiash 😊

Continue Reading

You'll Also Like

299K 15.7K 35
Adrian tidak suka orang asing, Adrian tak suka tempat ramai. Adrian tak suka bersosialisasi dengan orang lain. cukup dia ditambah gitar dan beberapa...
67.9K 8.3K 42
HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! (END! LENGKAP! BALUM REVISI!) Awalnya aku hanya diam. Duduk manis memperhatikanmu, bagiku itu sudah cukup. Aku tak ingin r...
523 186 36
" sama tunangan beda agama, sama algara mungkin udah beda rasa." Cerita seorang gadis broken home yang mempunyai tunangan dan pacar. Algara seorang...
163K 15.6K 55
Cinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangk...