Bad Girl(Gadis Impian Ayah)

By dilanuraeka

67 5 2

"Ada yang bilang hidup bagai roda yang berputar, ada masanya kita di atas dengan kesombongan ada masa kita di... More

1. Asrama
2. Alasan Bertahan

Prolog

26 2 1
By dilanuraeka


بسم الله الرحمن الرحيم

.........................
Happy reading:)

"AZLANI!"

Gadis yang semula menunduk di mejanya kini mendongkak terkejut. Ditatapnya guru yang sudah berkacak pinggang di depan kelasnya.

"Iya Bu," balasnya santai sembari menyembunyikan benda pipih yang tadi menjadi mainannya.

"Taruh depan dan keluar atau saya yang akan keluar," tanya guru itu memberi pilihan. Membuat Azlani mendengus kesal.

Yang jelas dia akan keluar atau kalau tidak dia yang akan dibully habis-habisan oleh teman sekelasnya.

Azlani meraih kembali benda pipih itu lalu bangkit dari kursinya berjalan malas ke depan. Meletakan handphone-nya di meja guru lalu berjalan begitu saja keluar kelas. Membuat Bu Hida--guru yang tengah mengajar-- menggelengkan kepala heran dengan sikap Azlani yang tak ada rubah-rubahnya.

Suasana koridor sepi bagai kuburan hanya beberapa siswa yang terlihat lalu lalang itupun dapat dihitung dengan jari.

"Kalo suasana gini, sih bikin gua ketiduran lagi," gerutu Azlani sambil menendang botol bekas minuman yang tergeletak di bawah tong sampah. Mungkin saat dibuangnya tak sampai masuk tetapi jatuh.

Duk!

"Woi! Siapa yang lempar?" teriak cowok di depannya yang tengah membawa tumpukan buku. Ia menenggok ke belakang sebelumnnya ia berada membelakangin Azlani.

"Sorry, gua nggak sengaja," ucap Azlani dengan menunjukkan dua carinya membentuk peace setelah cowok itu mendapati hanya dirinya yang ada di belakangnya, kemungkinan besar dirinyalah sang pelaku.

"Azlani," panggil cowok itu setelah mendapati Azlani.

"Fikri," balas Azlani terkejut ketika melihat tampang cowok itu. Ternyata yang kena lemparannya adalah Fikri--pacarnya.

"Sorry, aku beneran gak sengaja," ucap Azlani lagi meminta maaf. Juga meralat kata gua menjadi aku.

Fikri mengangguk--tak masalah. Lalu kembali berlalu menghampiri cewek--teman sekelasnya--yang tengah kesusahan membawa tumpukkan buku.

"Aku ke kelas dulu, ya," ucap Fikri setelah mengambil alih tumpukkan buku yang tadinya dibawa cewek itu. Lalu berlalu begitu saja melewati Azlani. Membuat Azlani melonggo menatap kepergiannya.

"Pacar apaan? Ketemu ceweknya main tinggal pergi gitu aja," dumel Azlani melanjutkan langkahnya. Ia berniat ke kantin untuk menghabiskan waktunya.

"Awas!" teriak cowok-cowok di tengah lapangan mendapati bola basket yang tengah dimainkannya melambung ke arah Azlani.

Duk!

Azlani berhasil menangkapnya. Membuat mereka bersorak lega.

"Lo bolos lagi," ucap salah satu cowok yang menghampirinya hendak meminta bola.

"Bukan urusan lo," sanggah Azlani menyerahkan bolanya lalu berlalu meninggalkannya.

"Nyuk! Tungguin napa," ucap cowok itu mengikuti Azlani. Bukannya melambatkan langkahnya justru Azlani semakin memanjangkan langkahnya membuat cowok itu mendengkus kesal.

"Kunyuk!" teriak cowok itu melihat minuman yang dibelinya diserobot Azlani begitu saja.

"Aduh! Sakit pea," adu Azlani setelah mendapat jitakan dari sang pemilik minumannya sebelum direbutnya kembali.

"Ashraf," panggil cewek dengan jilbab panjang yang berlari kecil menghampiri mereka.

"Kata Bu Angi nanti kalau sudah selesai main bola suruh masuk kerjain lks halaman 50," lapornya kepada Ashraf setelah jarak mereka terpaut satu meter.

"Ya, kamu catat di papan tulis aja. Nanti gua suruh anak-anak masuk," balas Ashraf yang dijawab anggukan oleh cewek itu lalu berlari pergi meninggalkannya.

"Siapa tadi cewek lo?" tanya Azlani penasaran setelah Ashraf mengambil duduk menghadapnya kembali.

"Nissa, dia seketaris kelas anak rohis juga," jawabnya sembari menyeruput minumannnya.

Azlani mengangguk-angguk paham. "Cantik."

"Pinter, ramah, alim lagi. Nggak kaya lo--" lanjut Ashraf.

"Gua Azlani," potong Azlani dengan mendeklik. Ia tahu bahwa Ashraf akan membandingkannya dengan cewek itu. Yang dilihat dari cover-nya saja sudah kelihatan beda.

"Iya-iyah," balas Ashraf mengalah. "Harusnya lo cari teman yang kayak Nissa," imbuhnya yang hanya dibalas tatapan malas oleh Azalani.

"Bentar, tadi cewek itu ngasih tugas Bu Angi 'kan? Bu Angi absen?" tanya Azlani tiba-tiba.

"Absen pala lo, lihat, tuh." Ashraf memutar kepala Azlani hingga melihat ke warung kue milik Mbok Inah. Melihatkan Bu Angi yang sedang memesan beberapa kue.

"Sejak kapan Bu Angi di kantin?" tanya Azlani syok melihat Bu Angi--guru BKnya ada di kantin.

"Sejak lo duduk di situ," jawab Ashraf seadanya. Membuat Azlani bersiap menyerobot dengan beribu pertanyaannya.

"Bu Angi lagi sibuk," sahut Ashraf menahan semua pertanyaan Azlani.

"Lo boleh bolos sekarang tapi besok lo bakal kena--" Belum juga Ashraf menuntaskan ucapannya Azlani sudah lenyap dari hadapannya setelah Bu Angi pergi dari kantin.

"Kunyuk!" dengkus Ashraf bangkit dari duduknya kesal dengan kelakuan Azlani--adiknya.

....

"Aduh! Ish ini banyak banget," teriak cewek dari ruang wastafel.

Kali ini Azlani kabur menuju toilet untuk memenuhi panggilan alam.

"Bisa hilang nggak? Ini ada sabun." Suara cowok terdengar menyahut. Tak asing tertangkap di telingga Azlani.

"Ish nanti basah, Fik--"

Brak!

Azlani mengebrak pintu toilet tidak tahan dengan suara geli yang menerobos telingganya.

"Azlani," ucap cowok itu yang ternyata Fikri mundur dari cewek yang sebelumnya ia peluk dari belakang hendak membantu membersihkan tangannya yang terkena tinta.

"Az--" Fikri hanya dapat menatap Azlani yang juga menatap tajam kearahnya.

"Gua minta putus!" potong Azlani begitu berlari meninggalkan mereka.

....

"Lo ngepel cepet amat pindah-pindah, di sana belum woi!" teriak Ashraf tepat di telingga adiknya yang sedang mengelap lantai di belakangnya.

Kali ini mereka tengah mengepel lantai rumah hukuman atas pulang terlambat. Ini bukannya pertama kali mereka dihukum. Sudah sering sebelumnnya mereka selalu pulang terlambat membuat khawatir orang rumah. Walaupun ada hukuman tapi tak pernah membuat nyali mereka ciut untuk pulang malam.

"Hmmmm." Deheman Farabi membuat mereka menunduk serius mengepel lantai.

Melihat kedua putra-putrinya yang tak ada yang menatapnya ia pun beralih ke Azlani-Si Bungsu. Berharap speecless menceritakan kegiatan hari ini.

"Maira hari ini bolos lagi, ya?" Suara bariton Farabi membuka pertanyaan. "Ashraf juga udah tau adiknya bolos malah diajak pulang malam."

"Ayah, kita janji ini terakhir. Lain kali kita nggak akan pulang terlambat lagi, janji!" ucap Azlani memohon saat ini ia mengepel di dekat Farabi.

"Ayah terima janji kalian, dan kalian juga harus terima keputusan Ayah," jawab Farabi setuju.

"Deal," balas Azlani juga setuju. Walaupun sebelumnnya mendapat tatapan penentangan dari Ashraf.

"Mulai besok kalian akan tinggal di asrama," ujar Farabi yang sebelumnnya mendapat anggukan Azlani. Ashraf hanya menghela napas pasrah.

"What? Kok gitu, sih Yah?" Lirih Azlani tak setuju setelah menyadari ucapan Farabi tak sejalan dengan perkiraannya.

Farabi hanya menggeleng kepala tanda tak terima penawaran apapun. Membuat Azlani mendengkus frustasi, kesal juga iya.

....

Malam ini Ashraf juga Azlani berkonspirasi menentang keputusan Farabi. Ide pertama adalah mogok makan sejak malam ini walau sebelumnya mereka sempat makan cokelat pemberian Fikri tiga hari lalu.

"Nyet, aneh nggak lo, padahal kita baru sekali bolos sampai malam tapi udah dimasukin asrama?" Tiba-tiba Azlani menyodorkan pertanyaan. Membuat Ashraf duduk tegak menatapnya. Kini mereka tengah berada di kamar Ashraf berniat mengurung diri.

"Iya-iya sebelumnnya biasa-biasa aja, tuh," tambah Ashraf.

Azlani berusaha berpikir keras mencari alasan yang tepat kenapa mereka bisa dimasukan ke asrama. Ada satu hal yang mungkin dirasa masalah kecil tapi cukup memadai untuk menjadi alasan Farabi.

"Jangan-jangan--" Belum juga Azlani mengutaran hal masuk akal.

"Ayah tahu kalo Maira pacaran dan putus sama Fikri." Bukan! Itu bukan suara Ashraf melainkan Ayah. Kini Farabi telah berdiri di antara Azlani dan Ashraf.
Membuat mereka memdongkak terkejut.

"Ayah," lirih Azlani meminta penjelasan. Tapi hanya dibalas dengan gelenggan kepala Farabi keras. Tanda tak ada lagi yang perlu dijelaskan atau penawaran apapun. Sepeninggalnya Farabi dari kamar Ashraf.

"Ini nggak adil?" teriak Azlani frustasi.

"Gua juga sebenarnya nggak setuju, Nyuk. Besok malam gua juga ada undangan tanding," ucap Ashraf memikirkan masalahnya.

"Sama Nyet, Azlani juga ada jadwal kumpul sama geng." Azlani ikut menceritakan masalahnya.

"Bodo! Keadaan lagi kaya gini masih mikirin geng," celetuk Ashraf membuat Azlani mendengkus kesal. Pasalnya dia tahu bahwa prestasinya hanya memecahkan rekor hukuman dari Farabi sedangkan Ashraf dia sudah meraih beberapa tropi atas penghargaan dari pertandingannya. Itu alasan yang dapat membuat Farabi mampu memaklumi ketelambatan pulangnya.

"Terus gimana, dong Nyet?" ucap Azlani memasang wajah nelangsa.

"Ya gimana lagi? Lo masih mau diakui anak nggak?" celetuk Ashraf lagi tak kalah memasang wajah nelangsa.

..............................
Thank for reading:)

Jangan lupa vote, ya😀

Continue Reading

You'll Also Like

66.5K 2.6K 30
Serpihan cinta Gus Al dan Ning Syafa yang berakhir abadi🌹 Sebuah perjanjian yang membuat dua insan di persatu kan dalam ikatan suci pernikahan, yang...
6.6M 574K 72
|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena k...
4.9M 295K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...
214K 7.4K 70
Bagaimana perasaan kalian kalau tau dipinang oleh habib tampan yang banyak digandrungi oleh kaum hawa. Senang? sudah pasti. Mari kita ikuti perjalana...