Jodoh Pasti Kembali [Complete...

By nikniknuraeni

335K 27.3K 1.1K

Rupanya Ibu memiliki tempat teramat istimewa di hati Ayah. Nyatanya, setahun setelah 'kepergian' Ibu, ia terl... More

Intro
Bab 1
Bab 1 | 2
BAB 2
BAB 2 | 2
Bab 3
Bab 3 | 2
Bab 4
Bab 4 | 2
Bab 5
Bab 5 | 2
Bab 6
Bab 6 | 2
Bab 7
Bab 7 | 2
Bab 8
Bab 8 | 2
Bab 9
Bab 9 | 2
Bab 10
Bab 10 | 2
Bab 11
Bab 11 | 2
Bab 12
Bab 13
Bab 13 | 2
Bab 14
Bab 14 | 2
Bab 15
Bab 15 | 2
Bab 16
Bab 16 | 2
Bab 17
Bab 17 | 2
Bab 18
Bab 18 | 2
Bab 19
Bab 19 | 2
Bab 20
Bab 20 | 2
Bab 21
Bab 21 | 2
Bab 22
Bab 22 | 2
Bab 23
Bab 23 | 2
Bab 24
Bab 24 | 2
Bab 25
Bab 25 | 2
Bab 26
Bab 26 | 2
Bab 27
Bab 27 | 2
Bab 28
Bab 28 | 2
Bab 29
Bab 29 | 2
Bab 30
Bab 30 | 2
Extra Part
Extra Part | 2
Extra part | End

Bab 12 | 2

4.2K 365 8
By nikniknuraeni

"Tadi sudah dengar sendiri, kan?"

Aku terhenyak mendengar suara Ayah begitu dekat. Tahu-tahu sudah berdiri di hadapanku. Sejak kapan Ayah tahu aku bersembunyi sekaligus menguping?

Aku bangkit dengan wajah bersemu.

"Bagaimana pendapatmu?"

"Zahra--Zahra terserah Ayah saja." Kegugupan mulai melanda.

"Ayah tidak akan mengizinkan kalau ternyata kamu tidak suka--" Ayah sengaja menggantung kalimatnya.

Aku mendongak, lalu kembali menunduk.

Ah, bagaimana ini?

"Zahra menyukai Ilham," jawabku akhirnya, sambil memejamkan mata. Entah wajahku sudah semerah apa.

Ayah tersenyum. "Oh, kalau begitu jawabannya sudah ada." Ayah memangut-mangutkan kepala. "Nanti kamu kabari Ibu, minggu depan keluarga Ilham akan datang. Biar Ibu siap-siap memberikan jamuan yang terbaik."

Rasanya seperti ada ribuan bunga mawar yang sedang mekar di pelupuk mata. Indah.

Bagai jutaan kupu-kupu ikut terbang berputar-putar di perutku. Aku seperti bisa merasakan kebahagiaan Ibu.

Tapi euphoria itu seketika hilang saat kesadaranku pulih.

Ada apa dengan Ilham? Kenapa dia mendadak melamarku?
___

Namun, pertanyaannya juga ikut mengganggu pikiranku. Saat acara lamaran itulah, pertanyaan Ibu terjawab.

Minggu, 9 Desember 1984

Rombongan keluarga Ilham akhirnya tiba. Rombongan yang kumaksud adalah keluarga dekat seperti kakek-nenek, paman-bibi, dan para uwa.

Acara lamaran sederhana yang terkesan serba mendadak itu berjalan dengan lancar. Dihadiri para sesepuh dan beberapa saudara Ayah dan Ibu yang sempat dikabari.

Aku melihat Ilham duduk diantara kedua orangtuanya. Wajahnya terlihat gugup, tapi aku tidak menemukan rona bahagia di sana. Sedikit kontras dengan wajah-wajah bahagia di sekeliling kami.

Eh, apakah Ilham tidak bahagia?

Entah kenapa perasaanku menjadi kurang nyaman. Sampai-sampai selama acara pikiranku dipenuhi duga yang tidak-tidak.

Apakah Ilham terpaksa? Apakah ada yang memaksa?

Acara dilanjutkan dengan menyematkan sebuah cincin di jari. Ibu Ilham yang memakaikannya. Lalu acara ditutup dengan doa.

Mataku tak lepas dari cincin yang kini terpaut di jari manis, tapi bukan cincin bermata amethyst yang pernah kami pilih dulu!

Hari dan tanggal pernikahan kemudian ditetapkan. Dua bulan kedepan akan digelar akad nikah beserta resepsinya.
___

Senin, 10 Desember 1984

Kepalaku masih dipenuhi tanda tanya. Kemarin kami sama sekali tidak sempat saling menyapa. Masing-masing disibukkan dengan keluarga yang memberi selamat dan sedikit nasihat untuk bekal pernikahan.

Kabar pertunanganku pun sampai kepada teman-teman sekolah dan rekan kerja. Semuanya kompak; tidak percaya.

Saat istirahat salat duhur, aku menemui Ilham di kantornya. Jarak kantor kami tidak lebih dari 300 meter.

"Ada yang ingin kubicarakan," kataku serius. "Bagaimana kalau nanti pulang bersama?"

Ilham hanya mengangguk.

Pukul empat lebih lima belas menit, Ilham sudah menunggu di lobby. Sebelum pulang, aku mengajaknya mampir ke sebuah rumah makan.

"Apa yang terjadi?" tanyaku tidak sabar, sebelum pesanan kami datang.

Ilham tampak bingung. "Maksudnya?"

"Kenapa kamu mendadak melamarku?"

Ilham mengambil napas sebelum menjawab. "Seminggu lalu aku sudah mendatangi Ayahmu. Kurasa tidak terlalu mendadak jika seminggu kemudian kami datang. Keluargamu juga sudah siap dengan jamuan istimewa kemarin. Kamu tidak suka aku melamarmu?" Ilham balik bertanya.

"Bukan begitu," kilahku. "Aku hanya merasa aneh dengan semua yang serba tiba-tiba ini."

Ilham menyungging senyum. "Ayolah, kamu juga akan terbiasa nanti."

"Apa karena pengakuanku waktu itu, kamu melamarku?" tanyaku hati-hati.

"Bukan juga."

"Lantas?"

"Mungkin karena kita berjodoh."

"Aku serius, Ilham," tegasku.

"Kamu tidak melihat aku sedang serius?"

"Kalau begitu, jawab aku! Kenapa kamu mau menikah denganku? Apa kamu mencintaiku?"

Rasanya sudah seperti seorang jaksa saja. Aku begitu memaksanya untuk mau mengaku.

"Aku--aku hanya takut kehilanganmu."

Jawaban jujurnya seketika membuatku terdiam.

--bersambung--

Continue Reading

You'll Also Like

945K 21.3K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
4.7K 359 31
Keputusan Drew (dibaca Dru) yang rela bolos kuliah demi menolong seorang ibu tua yang hampir kena jambret di jalan ternyata membawanya pada sebuah ta...
38K 5.2K 31
#1 in Bali (7 Desember 2021) #1 Pertemuan (11 Juni 2022) Aditya Putra. Dia rela melepas jabatannya sebagai pasukan khusus dalam dunia kepolisian kare...
AYGHA By QUEENOFWP

Teen Fiction

2.5K 1.6K 13
Ini tentang Ayyara Shaquella Azalea Zalfa El-fatih, gadis cantik yang terkenal dingin, cuek, juga tidak suka berinteraksi dengan kaum adam, kecuali p...