(TAMAT) The Prince and The Ra...

De Block_writer

70.2K 8.9K 1.4K

Demi menyelamatkan nyawa Shijienya, Wei Wuxian nekat mencuri kelinci berbulu perak milik kerajaan Lan yang me... Mais

01. Negeri para Tabib
02. Takdir dan kutukan
03. Pemuda dan kelinci
04.Tubuh Kelinci
05. Malam yang dingin
07. Sebuah lamaran.
08. Tragedi di hari pertunangan.
09. End

06. Kedatangan Jiang Wanyin

6.7K 936 143
De Block_writer

The Prince and The Rabbit
Chapter.06
05.04.20
Reup06.12.21
🐇🐇🐇





Jiang Wanyin berjalan di samping Prof. Wen Qing dengan risih. Pakaian yang ia kenakan terlalu ketat menurutnya, namun demi keamanan telinganya dari ocehan Wanita itu tentang pentingnya tata krama dan menunjukkan kelas diantara para bangsawan kerajaan akhirnya pemuda itu menurut.

"Orang yang kau cari itu, Putra mahkota kerajaan Gusu, dia bahkan akan segera dinobatkan menjadi raja." jelas Wen Qing yang sama sekali tak diperhatikan Jiang Wanyin. Jika bukan karena Wuxian bilang orang ini, Lan Xichen, punya akses untuk membawa Jiang Wanyin langsung kepada Wuxian, maka ia tak mau repot bertata krama menemuinya. Meski ia putra seorang diplomat, tapi bagi Jiang Wanyin sendiri sesungguhnya pergaulan antar bangsawan ini sungguh merepotkan.

"Aku harus bertemu dengan salah satu sponsorku, kau tunggulah di sini." Wen Qing menatap Jiang Wanyin yang hanya mengangguk dalam diam, "Orang yang kau cari, nanti akan keluar dari pintu itu, perhatikan saja yang memakai hiasan sabuk emas di perutnya."

Jiang Wanyin mengernyit, tapi tetap mengangguk. Pemuda itu menatap kepergian Wen Qing ke salah satu ruangan bersama beberapa orang berjas putih seperti dirinya. Wanita itu meminjamkan undangan yang seharusnya untuk Wen Ning pada Jiang Wanyin setelah pemuda itu mengatakan harus bertemu dengan seseorang bernama Lan Xichen dari kerajaan Gusu.

Jiang Wanyin berdiri cukup dekat untuk melihat rombongan kerajaan Gusu saat pembawa acara mengumumkan kedatangan rombongan kerajaan itu kepada para undangan. Sesuai instruksi Wen Qing, Jiang Wanyin menatap satu persatu para lelaki dan perempuan di sana yang berjalan penuh keanggunan dengan pakaian berwarna putih dan biru mereka. Rombongan ini jauh dari kesan glamour, namun tampak begitu elegan, kain yang mereka pakai dapat dipastikan adalah kualitas terbaik, terlihat ringan namun berayun dengan cantik saat mereka mengibaskannya. Semua pandangan mata terpesona dengan ketampanan dan kecantikan para delegasi Gusu ini, Seperti halnya Jiang Wanyin. Manik pemuda itu fokus pada apa yang dicarinya, dan ketika sampai pada sabuk seseorang dengan hiasan emas, Jiang Wanyin sontak menatapnya dan kaget.

"Lan Xichen ini snagat tua!!"

.
.
.

Wei Wuxian menatap jendela Jingshi, teh yang ia buat telah dingin namun seseorang yang ia tunggu sejak tadi belum juga terlihat.

Sejak kejadian malan panas itu, Wangji tidak tidur di Jingshi, hampir lima hari lamanya, lelaki itu tetap datang di pagi hari dan membantu Wuxian mengurus bayi-bayi kelinci seperti biasa, namun saat hari menjelang sore, lelaki itu pergi dan kembali esok paginya.

Wuxian pernah dengan berani bertanya, tapi jawaban Wangji selalu sama, kerajaan sedang membutuhkan perlindungannya, dan siapalah Wuxian yang bisa mencegah lelaki itu pergi.

Dia hanya ....

Suara batuk kecil mengagetkan Wuxian, ia beranjak dari jendela dan menatap bayi-bayinya.

"A Yuan?" lirihnya mendekati bayi kecil yang terus menggosok hidungnya itu, Wuxian kaget saat mendapati kening bayi itu panas.

"A, apa kau demam? Sayang kau sakit?!" Wuxian memeriksa keadaan A Yuan Saat dua bayi kelincinya yang lain terbangun, Yiyi mulai terisak melihat saudaranya batuk dan Si kelinci perak, A Yin mengeluarkan cicitannya.

"A, aku harus mencari pertolongan, di sini tidak ada obat!!" Wuxian menggendong A Yuan yang masih batuk dengan nafas yang tak teratur, ia mengambil ponsel dan mendial nomor Wangji. Lama ia menunggu namun tak ada jawaban di sana, Wuxian terus mencoba, perasaannya mulai panik ketuka A Yuan mulai lemas, sedang kedua bayi kelinci di ranjangnya semakin menangis dan mencicit keras, seolah ada yang salah dengan A Yuan.

"Lan Zhan!! Apa yang kau lakukan?!! Jawab ponselmu!!" teriak Wuxian frustrasi.

Wuxian akhirnya menelefon Lan Xichen dari kontak yang berada di ponsel. Tak lama sambungannya diangkat.

"Kakak!! Kak Xichen!! Aku mohon, tolong aku, A Yuan sakit!! Wangji belum kembali ke Jingshi, dan tak bisa dihubungi. "

"Apa?!!"

"Nafasnya berat, aku tidak tahu dia kenapa."

"Adik Wei, tenanglah, aku akan menghubungi Wangji." Suara di ponsel ditutup. Wuxian membaringkan A Yuan, dan mengambil kompres air, setelah menunggu sembari menenangkan kedua bayinya yang lain, demi melihat keadaan A Yun yang semakin tidak memburuk, Wuxian akhirnya memutuskan akan pergi menemui Wangji.

Pemuda itu mengusap kepala kedua bayi kelincinya. "Dengar, aku tidak tahu kalian akan mengerti apa yang aku katakan atau tidak, tapi ... Mamah harus pergi untuk mencari obat bagi saudara kalian, bisakah kalian diam di sini dan jangan ke mana-mana?"

Keduanya diam, Yiyi mengusap air mata dengan tangan kecilnya.

Wuxian membenturkan kepala ke ranjang, "Bagaimana ini?! Aku harus pergi, tapi aku juga takut meninggalkan kalian sendiri." Wuxian hampir menangis frustrasi saat sebuah tangan kecil mengusap surainya.

"Yiyi ... mengelti." Wuxian menatap bayi itu yang meski terisak tapi malah mengusap air matanya yang tak sengaja lolos, Si kelinci perak mendekat dan mengusap kepala pada Wajah Wuxian.

"Baiklah, terima kasih sayang." Wuxian mengambil bantal dan meletakannya di sekitar tempat tidur, ia menggendong A Yuan dan memakai mantel yang menutupi kepala adan tubuh bayi itu.

"Mamma pergi." Wuxian menatap kedua kelinci di sana yang mengangguk.

Wuxian berlari sekuat tenaga, sembari melindungi A Yuan dengan mantelnya. Ia sampai di pintu gerbang Jingshi yang tertutup rapat, kebiasaan Wangji agar tak ada seorang 'pun tanpa ijinnya bisa masuk ke sana. Menaruh A Yuan di bangunan kecil yang digunakan untuk melindungi lampu taman, Wuxian lalu mencoba mendobrak pintu itu.

Usahanya sia-sia. Ia menoleh ke kanan kiri dan akhirnya mengangkat kursi taman ke samping gerbang. Ia kembali kepada A Yuan yang nafasnya masih tak teratur. "Sayang, kumohon bertahanlah!" Katanya menggendong A Yuan dan mengikatkan bayi itu ke tubuhnya saat ia menggunakan kursi sebagai panjatan menuju gerbang.

Sebuah lompatan tinggi berhasil Wuxian lakukan, ia berdiri terhuyung dengan satu tangan tetap menjaga A Yuan.

"Weiying?!" Suara itu mengagetkannya, ia menoleh ke bawah dan mendapati Lan Wangji yang menengadah, ia datang dengan seorang lelaki yang membawa tas besar.

"Lan Zhan!!" seru Wuxian, namun kemudian kakinya terpeleset dan ia terjatuh dengan memeluk A Yuan.

"Tidaaaak!"

Wuxian membuka mata saat sebuah tangan menyambutnya, ia membuka maniknya dan mendapati manik keemasan di sana menatapnya lekat, "Kalian baik-baik saja?"

Wuxian mengangguk dan memeluk Wangji, "Ke mana saja kau?!! Aku menelefonmu berulang kali!! A Yuan sakit!! Dan aku meninggalkan bayi-bayi itu di kamar sendirian!!" Wuxian terisak, meski dalam tapi hati ia sendiri heran, kenapa bisa ia begitu cengeng saat ini?!!

Netra Lan Wangji bergetar, dua kali sudah ia membuat pemuda itu menangis. Ia ingin sekali memeluk dan mencium Wuxian saat ini, namun akalnya masih sejat, karena saat ini ada dokter yang ditunjuk Lan Xichen di sampung mereka.

"Maaf, ayo kita obati A Yuan dulu," katanya menurunkan Wuxian, ia melepas mantel hujannya dan memakaikannya pada Wuxian serta memastikan A Yuan terlindungi.

Lelaki itu mendekati Pintu gerbang dan menekan beberapa kombinasi angka di sana, Lelaki itu membuka pintu gerbang Jingshi dan mempersilahkan dokter muda yang ia bawa untuk masuk sementara ia sendiri mengangkat Wuxian kembali ke gendongannya, membuat Wuxian, pun dokter itu terkejut.

"Lan Zhan, turunkan aku, A Yuan yang sakit bukan aku." Lirih Wuxian.

'"Tidak." Tegas Lan Wangji terus berjalan di bawah guyuran hujan.

Mereka sampai di Jingshi dan dokter muda bernama Jung itu langsung memeriksa A Yuan setelah bayi itu di taruh di ranjang, sedang Lan Wangji membawa dua bayi lainnya ke dalam gendongannya.

"Jangan khawatir, dia hanya demam dan mengalami sesak nafas karena kedinginan, sebentar lagi dia akan baik-baik saja."

Wuxian menatap A Yuan yang terlihat membaik setelah Dokter Jung memberinya suntikan.

"Terima kasih."

"Ng, aku bawakan banyak persediaan obat sesuai perintah Putra mahkota, dan kau bis menghubungiku jika sesuatu terjadi."

Wuxian mengangguk, ia mengambil ponsel dan bertukar nomor telefon dengan Wuxian. Pemuda itu mengantar Dokter Jung menuju pintu Jingshi.

"Saya permisi, jenderal, em ... Nona?" Dokter Jung menatap Wuxian.

"Ah, Weiying, namaku Weiying, dan aku seorang lelaki." Wuxian menjabat tangan Dokter Jung yang tersenyum saat melihat kecemburuan tercetak jelas di wajah Sang jenderal yang biasanya datar.

Setelah Dokter Jung pergi, Lan Wangji menidurkan kembali para bayi yang telah terlelap ke ranjang.

"Aku akan menjaga anak-anak, kau mandilah, kau basah kuyup." Wuxian memberikan handuk pada Lan Wangji. Lelaki itu mengangguk, namun kali ini ia mengambil sendiri baju ganti yang langsung ia bawa ke kamar mandi.

Tak lama Wangji keluar dari kamar mandi, ia kaget melihat Wuxian yang telah terlelap sembari menggenggam tangan A Yuan. Baju pemuda itu basah.

"Weiying, ganti bajumu."

Lan Wangji mengguncang bahu Wuxian, namun pemuda itu hanya bergumam tanpa berniat bangun, perlahan melepaskan tangan Wuxian dari A Yuan, Wangji lalu membopong Wuxian ke ranjangnya.

"Maaf, boleh kuganti bajumu?"

"Ngh, ya ...." gumam Wuxian setengah sadar.

Lan Wangji hanya tersenyum samar, ia mengambil baju dan mengganti baju pemuda itu dengan hati-hati. Beberapa tanda merah di leher, dada dan pergelangan tangan yang sebagian menjadi biru tercetak jelas di tubuh Wuxian, dan Wangji tahu itu perbuatannya. Ia mengusap pergelangan tangan Wuxian dan mengecupnya.

"Maaf," bisiknya lirih.

Wangji menatap Wuxian lekat, ia akan menyelimuti Wuxian ketika dilihatnya kaki pemuda itu penuh lecet, ia baru ingat bahwa tadi pemuda itu bahkan tak memakai alas kaki saat berlari mencari bantuan. Mengambil kotak P3k, lelaki itu lalu menaruh kaki Wuxian ke pangkuannya dan membalut luka-luka di kaki Wuxian.

.
.
.

Di sebuah balkon, Gedung Walikota Yunmeng.

Lan Xichen yang baru saja mendapat telefon dari Dokter Jung menghela nafas lega ketika tahu bahwa bayi kelinci yang Wuxian beri nama A Yuan baik-baik saja. Ia hendak berbalik dan kembali menuju rombongan pamannya-yang terpaksa ia tinggalkan karena telefon dari Wuxian-saat dirinya menabrak seorang pemuda yang sepertinya berusaha lari dari seseorang.

"Astaga!" teriak pemuda itu menabrak Lan Xichen keras hingga kini tubuh keduanya bertumpang tindih.

"Kalau jalan lia-tiat napa?!!" Bentakan itu sukses membuat Lan Xichen mengernyit. Siapa yang menabrak siapa di sini?! Namun demi melihat wajah pemuda itu ia tak bisa tak tertegun. Pemuda dalam balutan baju ungu ini ... cantik.

"Kau dikejar seseorang?" tanya Lan Xichen melihat pemuda itu yang terus menatap ke keramaian pada tamu di dalam ruangan.

"Jangan katakan kalau kau melihatku, mengerti?! Kalau tidak, kupukul kau!!" pemuda itu bangun dan bersembunyi di bawah salah satu meja di balkon itu yang tertutup taplak panjang hingga menutupi lantai.

Lan Xichen berdiri dan membersihkan pakaiannya saat seseorang mendatanginya dan menyapa, "Tuan, maaf apa anda melihat seorang pemuda kemari? Dia memakai baju ungu."

Lan Xichen diam sejenak, ia menggeser posisi berdirinya dan tersenyum, "Sejak saya berdiri di sini, saya tidak melihat pemuda seperti itu. Apa ada masalah, Tuan?"

"Tidak, tapi sepertinya tadi saya melihat putra saya,"

"Oh putra anda ...."

Lelaki itu diam sejenak dan menatap Lan Xichen, "Apa Anda Putera mahkota Lan Xichen?"

"Benar."

Jiang Wanyin, pemuda yang sedang bersembunyi itu kaget, 'Lan Xichen?!!'

"Saya Jiang Femian, jika nanti anda punya waktu bolehkah saya bertanya beberapa hal tentang kerajaan Anda? Saya sangat tertarik dengan Gusu."

"Tentu Tuan, itu pasti akan sangat menyenangkan. Tapi maaf, saat ini saya harus menghadiri perjamuan."

"Tentu, ini kartu nama saya." Jiang Femian menyerahkan kartu nama dan memberikan salam hormat pada lelaki Gusu itu.

Tak lama ia menatap ke bawah meja tempat Jiang Wanyin bersembunyi. "Ayahmu sudah pergi, Wanyin."

Jiang Wanyin langsung keluar, "Dari mana kau tahu namaku?!" katanya ketus.

"Aku pernah mendengar dari Adik Wei, pamannya bernama Jiang Femian, dan saudara lelakinya yang bernama Jiang Wanyin."

"Kau benar-benar mengenal Weiying?!" Jiang Wanyin menatap lelaki yang duduk dan mengangguk dengan senyuman anggun itu.

"Bisakah kau membawaku padanya?! Aku ingin bertemu Weiying."

Lan Xichen diam sejenak, "Akan aku usahakan."

"Benarkah?!"

Lan Xichen kembali mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. "Berikan aku nomormu, aku pasti akan menghubungimu."

Jiang Wanyin mengangguk dan mengambil ponsel dari saku bajunya dan bertukar nomor dengan Lan Xichen.

"Kukira kau adalah orang tua yang aku lihat di dalam tadi." Jiang Wanyin masih menatap ponselnya.

"Oh, dia pamanku." Lan Xichen tersenyum, "Bagaimana kau ada di sini, kurasa bukan ayahmu yang mengajak."

"Aku bersama Prof. Wen Qing."

"Pacarmu?"

"Gila saja aku memacari perempuan gila eksperimen itu ...," Lirih Jiang Wanyin yang masih di dengar Lan Xichen yang tersenyum.

"Berarti kau belum punya pacar?"

Jiang Wanyin menatap Lan Xichen, "Apa itu ada hubungannya dengan menemui Weiying?!" Pemuda itu berkacak pinggang di depan Lan Xichen yang masih setia tersenyum. Lelaki itu mengangguk, " Jika kau punya pacar mungkin dia akan salah paham jika aku membawamu pergi jauh."

Jiang Wanyin diam sejenak, wajah lelaki di depannya ini menyebalkan. "Aku tidak punya pacar! Puas?!!"

Lan Xichen tertawa kecil,
"Iya, sangat puas."

"Apa?!!" Jiang Wanyin menatap kesal.

"Tidak ada apa-apa, saya permisi dulu, nanti pasti saya akan hubungi anda lagi."

"Baiklah." Jiang Wanyin membalas uluran tangan Lan Xichen, namun ia kaget saat kemudian lelaki itu tiba-tiba mengecup punggung tangannya.

"Apa yang kau lakukan?!" Jiang Wanyin menarik tangannya kasar.

"Ini salam khas kerajaan Gusu." Lan Xichen tersenyum lalu beranjak pergi meninggalkan Jiang Wanyin yang menatapnya aneh. "Benarkah?!!" pikir pemuda itu.

.
.
.

Jam baru menunjukkan pukul lima pagi saat Wuxian bangun dan berseru kaget. "Aku ketiduran!! Anak-anak!!" Wuxian beranjak turun dari tempat tidur saat Wangji mendatanginya.

"Ada apa?"

"Ah?" Wuxian kaget dan menatap Wangji yang menggendong A Yuan.

"Bagaimana keadaannya?" Wuxian mengambil A Yuan ke dalam gendongannya.

"Panasnya sudah turun, dia sudah sembuh." Wangji menatap Wuxian yang tersenyum sembari menciumi bayi yang masih terlelap itu.

"Maaf, dan terima kasih sudah menggantikanku, kau bisa pergi sekarang, aku bisa menelefon Dokter Jung jika membutuhkan sesuatu."

"Apa?"

Wuxian beranjak menaruh A Yuan ke ranjang, ketika dilihatnya bayi-bayinya masih tidur ia beranjak ke kamar mandi tanpa memedulikan Wangji yang menatapnya.

"Kau marah?" Wangji mengikuti pemuda itu.

"Tidak."

Lan Wangji menahan lengan Wuxian, "Kau marah."

Wuxian menampik kasar lengan Wangji, "Pergilah, kau masih punya urusan, kan?"

"Kenapa?"

Wuxian berusaha menarik tangannya, namun ia lupa betapa kuatnya lelaki ini, ia menatap Wangji tajam, "Kenapa kau tak menjawab telefonku?! Berapa puluh kali aku menelefon!! Aku tahu aku menyusahkan, tapi mereka juga adalah harta kerajaanmu, kan?!"

Wangji diam menatap pemuda yang masih sangat emosi itu. "Setiap malam kau pergi, apa sebenarnya masalahmu?!!"

"...."

"Apa karena kitab telah tidur bersama?!!"

Manik Wangji bergetar, tapi bibir lelaki itu masih tertutup rapat.

"Aku tahu aku salah karena mengikuti ajakanmu, tapi aku juga tidak tahu kenapa!!"

"...."

"Itu seperti aku menjadi orang lain, dan kenapa kau harus minum arak jika kau tidak bisa minum?!!"

Manik Keduanya bertatapan, Wangji mendekati Wuxian. "Kau marah karena kita tidur bersama?"

"Jangan bodoh!! Kau yang marah, kan?! Karena itulah kau terus meninggalkan kami."

Wangji menggeleng, "Aku tidak marah."

"Lalu kenapa kau terus pergi menghindariku?!"

Lan Wangji diam sejenak, tapi netranya tidak berhenti menatap amarah di wajah Wuxian. "Kau menyukai kakak, dan terluka karena kita tidur bersama."

"Apa?!!" Wuxian syok, menyukai Lan Xichen?!!

"Kau menyukai Xiong Zhang seperti Shijiemu, sebesar itu." Lan Wangji menunduk, genggaman tangannya terlepas.

Wuxian diam, mencoba mencerna semua yang dikatakan Wangji. "Apa kau idiot?!"

Lan Wangji kembali menatap Wuxian. "Aku memang menyukai Kak Xichen sama seperti aku menyukai Shijieku, sebagai seorang kakak!!"

Manik keduanya kini bertemu dan entah kenapa Wuxian merasakan debaran di dadanya, mungkin itu adalah rasa kesal yang terlampau besar karena lelaki di depannya yang ia anggap sempurna ini tak lain adalah Si tukang salah paham yang bodoh. "Kak Xichen sama seperti Shijieku karena mereka bagiku adalah seorang kakak, aku tidak mungkin meniduri Shijie, sama seperti aku tidak akan tidur dengan kak Xichen. Rasa sayang yang aku rasakan pada keduanya sama. Kau paham?!!"

Lan Wangji diam. Wuxian kaget saat tiba-tiba Wangji mendekat dan memeluk pinggangnya. "Lalu aku?"

"A, apa?!!" Wuxian mendorong dada Lan Wangji yang semakin dekat.

"Bagaimana perasaanmu terhadapku?"

"Jangan bertanya hal yang aneh, minggir!!" Wuxian memalingkan Wajahnya, ia kaget saat Wangji menangkup rahangnya dan membuatnya menatap Wangji ketika hidung mereka bahkan telah beradu.

"Katakan," desak Wangji,

"Apa maksudmu?! Aku tidak tahu, mmp!" Wuxian membulatkan matanya saat Wangji menciumnya, melilit lidah pemuda itu hingga tanpa sadar Wuxian mendesah.

Ketika Wuxian kehabisan nafas, Wangji melepas pagutan keduanya dan menatap Wuxian dalam.

"Jika kau tidak suka, tolak aku," bisiknya sembari mencium Wuxian lagi.

Wuxian tak bergerak, otaknya mengatakan ini salah, tapi naluri memintanya menyerah saat kenikmatan itu didapatkannya. Ciuman Wangji semakin dalam dan Wuxian hanya bisa menutup mata dan meremas hanfu belakang lelaki itu.

"Anak-anak!" Sela Wuxian melepaskan pagutan keduanya, wajahnya memerah dan kakinya kehilangan tenaga.

Dengan sekali ayun Wangji meletakan kedua kaki Wuxian ke pinggangnya, dan membawa pemuda itu ke dalam kamar mandi.

"Lan Zhan?!" Wuxian menatap wajah lelaki itu yang tampak menahan hasrat, kedua cuping telinga Wangji telah memerah, ia menutup pintu kamar mandi dan menurunkan Wuxian.

"Mereka baru minum susu, tidak akan bangun," bisiknya membuka kerah hanfu Wuxian. Dan seolah tersihir, Wuxian hanya diam menuruti semua keinginan Lan Wangji di dalam kamar mandi.

Sementara itu setelah menemui Jiang Femian dan Yu Ziyuan, dan meminta ijin dengan membawa Lan Xichen sebagai penjaminnya, Jiang Wanyin akhirnya sampai di sini, Yunshen Bu Zhi Chu, Kerajaan Gusu, di depan Pintu Jingshi bersama Lan Xichen dan Dokter Jung.

"Em, Wanyin, kau sudah siap bertemu adik Wei? Aku sudah ceritakan tentang kutukan itu padamu, kan?"

"Iya."

Lan Xichen tersenyum dan menekan beberapa tombol di sana, saat pintu Jingshi terbuka, Jiang Wanyin bisa mengingat tempat itu saat terakhir kali ia meninggalkan saudaranya.

"Adik Wei dikutuk menjadi manusia setengah kelinci, kini ia memiliki Telinga dan ekor kelinci, kutukannya akan hilang jika para bayi kelinci yang diasuhnya telah dewasa."

Jiang Wanyin melangkah ke dalam Jingshi, "Weiying, selama ini kau menanggungnya sendiri, tapi tenanglah, sekarang aku di sini untuk membantumu."

.
.
.

Tbc.

Jangan lupa tinggalkan vote and komen jika kalian menyukainya.

See u gaess.
Khai and Chilly.

Continue lendo

Você também vai gostar

71.2K 6.2K 30
Tak disangka ,karena permainan petak umpet,Wei Wuxian harus rela menjadi mama muda,tanpa tahu siapa penyebab dia mengandung bayi tampan nan imut, han...
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
3.5M 27.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...