Gadis Misterius (PROSES REVIS...

By Ishikawa_Azari

3.1K 266 49

Kematian adalah akhir. Jika kematian telah menyapa, maka berakhirlah kehidupan. Namun, beberapa dari mereka y... More

Akhir
Sirna
Dia yang sekarang telah tiada
Arwah
villa
ditaksir Kuntilanak
Teror penelepon jam 00.00
Mimpi
Murid Baru
Patung
Ganjil
Misi B
Hukuman
Rumah Bekas Pembantaian
Robot Tikus
Rumah No 13
Siapa gadis itu?
Keluarga Palsu
Ada Lili di belakangmu!
Truck Tak Bersopir
Kuntilanak Bertindak, Cinta Ditolak
Hari Terburuk
Kuntilanak Menangis
Bumi Perkemahan
Rencana Dimulai
Naura Bukanlah Manusia
Sharla
Flashback Aliando
Flashback Gian
Zombie?
Buku Naura
Mencari Adik Naura
Teror
Lala Syaharanny
Semua demi teman
Semua telah berakhir
Penyesalan yang Telah Terpenuhi

Misteri kematian murid kelas sebelah

62 5 0
By Ishikawa_Azari

Suara riuh gemuruh bergema tak beraturan membingkai di kelas IPA-4 itu. Suara berisik akibat tiada guru yang menenangkan mereka. Suara berisik itu sudah menjadi bagian dari seluruh murid.

Seluruh anak kelas IPA-4 itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang berkumpul menjadi satu kelompok untuk mengumbar-umbar aib orang, ada pula yang memilih untuk tidur, bermimpi jadian dengan seseorang yang diidamkan hingga air liur membanjiri wajah. Ada juga yang memilih menghabiskan jam kosong dengan cara tertawa terbahak-bahak seperti orang tidak waras, menejahili anak lain dan beragam aktivitas aneh lainnya.

"Aaaaa!" jerit seorang perempuan dari arah gudang sekolah.

Nada suara yang gadis itu menggema ke segala penjuru ruangan sekolah tersebut. Sontak, jeritan itu membuat satu kelas IPA-4 itu membungkam. Bingung. Mungkin ada sesuatu yang terjadi di sana.

"Siapa itu?" tanya Evril.

Teman-temannya hanya menjawab dengan menaikkan kedua pundak mereka.

Gerombolan anak dari kelas lain berlari tergopoh-gopoh menuju asal suara hingga derap langkah kaki mereka menghasilkan goncangan kecil.

"Mungkin ada sesuatu yang terjadi di sana.  Nengok, yuk!" ajak Escy. Ia ikut berlari mengekor di belakang sekumpulan anak-anak tersebut.

Seperdetik kemudian, anak-anak kelas IPA-4 itu ikut berlari menuju asal suara. Nandra, Evril, Aliando, dan Andi membungkam bingung.

"Gue jadi penasaran." Andi ikut berlari.

"Hey, tunggu!" panggil Nandra sambil berlari mengejar Andi. Evril dan Aliando mengekor teman-temannya yang sudah berlari cukup jauh itu.

Rasa ingin tahu mampu meningkatkan laju gerak langkah mereka. Siapa sangka ternyata anak-anak di sekolah itu rata-rata menuju asal jeritan seorang perempuan itu. Mungkin, hanya Naura saja yang memilih tetap menetap di bangkunya. Menyendiri sudah menjadi kebiasaan gadis berwajah murung itu.

Setibanya di sana, Nandra dan keempat teman karibnya tak dapat melihat apa yang sedang terjadi karena tempat tersebut sudah dipadati oleh anak-anak yang lain. Rasa penasaran Nandra dan keempat temannya memuncak saat melihat raut wajah anak yang ada di sana seperti sedang melihat sesuatu yang mengerikan.

"Argh, gue kepo banget! Minggir, gue mau lihat dulu," ucap Andi. Ia memaksakan diri melalui anak-anak yang menjadi tembok penghalang penglihatannya.

"What?! Yang benar saja? Panggil guru atau polisi!" seru Andi tatkala ia sudah dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi.

"Andi, sebenarnya apa yang sedang terjadi?" tanya Escy. Ia menjadikan kedua tangannya sebagai alat perantara mikrofon.

"Ada mayat orang!" jawab Andi. Sontak, teman karib Andi itu pun berdecak kaget.

"Permisi," ucap Nandra. Ia berdesak-desakan menuju pusat perhatian. Aliando, Evril, dan Escy mengekor di belakangnya.

Mata keempat teman karib itu melotot. Mereka terbelalak kaget tatkala melihat seorang anak laki-laki yang tak bernyawa lagi. Tubuhnya termutilasi dan tak lengkap. Kepalanya menghilang. 'Dio Fernando' papan nama anak itu masih terlihat jelas menempel di dada kiri anak tersebut.

"Dia murid sebelah yang  gue temui semalam," ucap Evril.

"Benarkah?" tanya Nandra.

"Iya. Kemarin sebelum pulang sekolah kami bertemu. Gak sengaja berpapasan."

"Apa itu?" gumam Aliando tatkala ia melihat benda putih di saku seragam sekolah lelaki tak bernyawa itu. Aliando mengambilnya. Secarik kertas putih yang sudah memerah akibat darah.

"Kertas apa itu?" tanya Escy. Semua pandangan menjurus ke arah kertas tersebut.

"Coba buka," kata Andi.

Aliando menurut. Ia pun membuka kertas tersebut dan terlihatlah tulisan-tulisan yang tertulis menggunakan balpoin itu.

"Aku benci kebahagian dan aku mencintai rasa takut, sedih, dan kesengsaraan dari para manusia bod--" Aliando membaca isi dari kertas tersebut pelan.

"Baca yang keras!" seru seseorang. Wujud si peneriak itu tak terlihat karena padatnya tempat tersebut.

"Aku benci kebahagian dan aku mencintai rasa takut, sedih, dan kesengsaraan dari manusia bodoh seperti kalian. Dunia ini harus diisi dengan kesedihan atas pemerintahan dariku atau ... mereka akan aku kirim paksa ke neraka dan pastinya di sana adalah kesengsaraan yang tiada bandingnya. Aku akan merenggut nyawa manusia seperti dia yang telah merenggut nyawaku dan nyawa keluargaku," ucap Aliando dengan nada tinggi. Berharap semua orang di gudang tersebut mendengar ucapannya.

"Apa-apaan ini? Surat aneh!" Escy mengambil kertas tersebut. Meremasnya dan membuangnya.

Sementara itu, di kelas IPA-4 Naura tampak sedang menulis sesuatu di bukunya. Sepi. Tiada yang menetap di ruang kelas itu selain Naura. Lalu, gadis pucat anindya itu mengambil sebuah buku usang dari tasnya. Buku tersebut cukup tebal dan dihiasi bercak-bercak darah yang sudah lama kian menghitam.

Naura membuka lembaran demi lembaran hingga berakhir pada lembaran yang penuh dengan turus. Sangat banyak. Naura tersenyum tajam memandagi buku tersebut. Lalu, ia mengetuk balpoin sebanyak dua kali ketukan dan seorang lelaki datang menghampiri Naura. Entah dari mana datangnya.

Wajah lelaki itu pucat pasi. Raut wajahnya datar dan lelaki itu adalah jiwa dari jenazah lelaki yang tergeletak berserakan di gudang sekolah.

"Sekarang kau harus menuruti apa pun yang aku perintahkan karena sekarang akulah pemimpinmu. Jika kau memberontak titah yang kuberi, maka namamu akan aku masukkan ke daftar merah. Apakah kau mau?" tanya Naura.

"Tidak, Naura," jawab lelaki itu. Ia menundukkan kepalanya.

"Bagus. Sekarang, kau harus melepaskan jiwa dari tubuh wanita berkaca mata itu. Jangan sampai gagal ditugas pertamamu."

"Baik." Lelaki itu menunduk ala kerajaan. Memberi hormat kepada pemimpin barunya itu.

"Bagus. Sekarang pergilah."

Lelaki itu menurut dan langsung pergi dengan cara menghilang begitu saja---meninggalkan Naura sendiri di ruangan itu.

"Aku benci kebahagian dan aku mencintai rasa takut, kesedihan, dan sengsara para manusia bodoh ini. Dunia ini harus diisi dengan kesedihan atas pemerintahan dariku atau ... mereka akan aku kirim paksa ke neraka dan pastinya di sana adalah kesengsaraan yang tiada bandingnya," ucap Naura. Lalu, ia menggoreskan satu turus ke kertas dalam buku usang tersebut.

"Setelah ini, aku akan merenggut kebahagiaan dari kelima manusia itu," ucap Naura. Ia tersenyum sinis hingga wajah pucatnya itu tampak begitu menyeramkan.

Malam setelah kejadian atas kematian anak dari murid kelas sebelah yang menggegerkan satu sekolah itu, Nandra, Evril, Aliando, Escy, dan Andi pun berinisiatif untuk mengungkap siapa pelaku di balik kematian Dio. Jarum jam sudah menunjukkan pukul hampir setengah malam. Namun, kelima sekawan itu tak jua berhenti membahas perkara tersebut di villa tempat tinggal Nandra, Aliando, dan Escy.

"Menurut kalian gimana?" tanya Nandra.

"Pembunuhan itu ... pasti dilakukan lebih daru satu orang," tebak Andi.

"Yang membunuh Dio itu kok tega banget ya. Padahal, Dio itu merupakan anak yang ceria, pintar, dan baik," ungkap Evril.

"Lo tau dari mana tentang dia?" tanya Escy.

"Tasya yang beri tahu."

"Tasya?"

Flashback On

Ketika istirahat berdering, Evril pergi ke perpustakaan sendiri tuk menyelesaikan tugas kimianya dengan meminjam beberapa buku. Evril bersenandung kecil sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya. Tersenyum ramah kepada siapa pun yang ia lewati.

Saat berjalan setengah jalan, senandungan kecil dari Evril menghilang tatkala ia mendengar seseorang sedang menangis. Ia menghentikan langkahnya dan menjuruskan pandangan ke segala penjuru arah. Netra Evril berhenti saat ia melihat Tasya sedang menangis seorang diri di bangku taman sekolah itu. Lalu, Evril pun mengurung niatnya tuk ke perpustakaan dan beralih menghampiri gadis tersebut.

"Tasya, lo kenapa?" tanya Evril. Ia duduk di samping Tasya.

"Aku-aku gak nyangka dia mati. Aku sangat terpukul, Vril," jawab Tasya tanpa menghentikan isak tangisnya.

"Dia? Maksud lo si Dio itu? Emang, hubunganmu sama si Dio apa? Pacar?" tanya bertubi-tubi dari Evril. Ia menatap lekat kedua kaca mata gadis itu.

Tasya menyapu air matanya. Menghentikan isakannya, dan menggeleng pelan. Tasya menunduk.

"Dia-dia adalah sepupuku," ucap Tasya pelan.

"Sepupu?" beo Evril dan dibalas dengan anggukan Tasya.

Evril tersenyum duka. Ia juga merasakan rasa sedih yang dialami oleh Tasya. Gadis berkaca mata yang paling pintar di kelas IPA-4 itu sekaligus menjadi seorang ketua Osis di sekolah itu.

"Gue turut berduka cita, Tas. Gue harap dia tenang di sana." Evril memeluk Tasya.

"Makasih banyak, Vril." Tangis Tasya kembali pecah di dalam pelukan Naura.

Dari kejauhan, tampak seorang lelaki murung, berwajah datar dan pucat pasi sedang menatap tajam ke arah Evril dan Tasya. Kemudian, lelaki itu tersenyum sinis.

"Aku suka tangis itu. Teruslah menangis, Tasya. Karena sebentar lagi kau akan sama seperti diriku dan orang itu. Sebentar lagi, kau akan berada di bawah pemimpinan orang itu," ucapnya. Lalu, lelaki itu menghilang entah ke mana.

Continue Reading

You'll Also Like

30.4M 1.7M 65
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
20.5K 2K 31
Orang yang mempunyai kemampuan akademik di atas rata-rata tidak selamanya memiliki nilai tinggi. Orang yang mempunyai nilai 'Nol' tidak selamanya ora...
20.1K 421 4
Kehidupan arabella Alexa berubah 180 derajat ketika ayahnya memintanya untuk membongkar kejahatan yang terjadi di sekolah miliknya. Alexa meminta ban...