Gadis Misterius (PROSES REVIS...

By Ishikawa_Azari

3.1K 266 49

Kematian adalah akhir. Jika kematian telah menyapa, maka berakhirlah kehidupan. Namun, beberapa dari mereka y... More

Akhir
Sirna
Dia yang sekarang telah tiada
Arwah
ditaksir Kuntilanak
Teror penelepon jam 00.00
Mimpi
Murid Baru
Patung
Misteri kematian murid kelas sebelah
Ganjil
Misi B
Hukuman
Rumah Bekas Pembantaian
Robot Tikus
Rumah No 13
Siapa gadis itu?
Keluarga Palsu
Ada Lili di belakangmu!
Truck Tak Bersopir
Kuntilanak Bertindak, Cinta Ditolak
Hari Terburuk
Kuntilanak Menangis
Bumi Perkemahan
Rencana Dimulai
Naura Bukanlah Manusia
Sharla
Flashback Aliando
Flashback Gian
Zombie?
Buku Naura
Mencari Adik Naura
Teror
Lala Syaharanny
Semua demi teman
Semua telah berakhir
Penyesalan yang Telah Terpenuhi

villa

145 13 1
By Ishikawa_Azari

"Jadi ini tempat villa kita?" tanya Andi ketika keluar dari mobil. Ia mengucek-kucek kedua matanya.

"Iya. Ayo masuk," ucap Nandra sambil membawa koper hitam kepunyaannya.

Nandra, Aliando, dan Andi pun masuk ke villa berwarna putih polos itu.

"Wah, ruangan villa bagus juga," kagum Andi. Mulutnya menganga---terkagum dengan keindahan bagian dalam villa tersebut.

Semua tertata dengan rapi dan udaranya sangat wangi. Lantai keramik berwarna putih itu sedikit licin dan tampak bening hingga dapat membuat orang bercermin. Mungkin, lantai tersebut baru dipel. Meski villa tersebut sangat sederhana, tetapi sangat indah dan bersih sehingga membuat orang merasa nyaman.

Seusai itu, ketiga cowok tersebut pun berpindah tempat ke kamar mereka.

Kriet!

Derit pintu berbunyi ketika Nandra membuka pintu kamar villa tersebut secara perlahan.

"Selamat datang!" seru seseorang dari dalam kamar tersebut.

Sontak, hal itu membuat Nandra merasa terkejut. Andi dan Aliando pun merasa bingung.

"Lo kenapa, dra? Gak jelas banget," ketus Andi.

"Angel ni. Dia ngejutin gue," ungkap Nandra.

"Maaf-maaf. Aku sangat bersemangat," ucap Angel sambil menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal itu.

"Kenapa kaget? Oh ... aku tahu. Pasti lo kaget karena melihat wajah bocah yang jelek itu, ya?" tebak Andi. Ia tertawa lepas.

"Enak aja," gumam Angel kesal sembari berkacak pinggang. Ia merasa bahwa Andi sedang menghinanya. Kepala Angel sedikit menunduk. Namun, tatapannya mengarah ke Andi dengan sangat tajam.

"Aduh-aduh. Sakit!" ucap Andi setengah berteriak ketika Angel menjewer telinga kanannya.

Angel tak menurut. Tetapi, ia semakin menarik telinga Andi ke bawah hingga membuat tubuh tinggi Andi merendah mengikuti tarikan jeweran tersebut.

"Kalau mau dilepasin, minta maaf dulu," kata Angel. Ia tersenyum kecil.

"Andi, kata Angel lo harus minta maaf dulu baru dia akan melepaskan jewerannya," ucap Nandra.

"Ogah!" ketus Andi.

Lantas, Angel pun semakin kesal. Semakin kuat pula ia menjewer cowok yang menurutnya sangat mengesalkan itu. Sangat kuat hingga Andi menjerit.

"Iya-iya. Gue minta maaf, Ngel. Maaf," mohon Andi. Ia memegang telinganya yang dijewer itu.

Mendengar permintaan maaf Andi, Angel pun langsung melepas tangannya dari telinga Andi. Merah. Telinga Andi memerah dan memanas.

"Aduh. Sakit banget," keluh Andi pelan. Ia mengelus-elua telinganya.

"Sudah selesai main-mainnya?" tanya Aliando datar.

Lalu, Aliando melangkah melalui sisi kanan Nandra dan kiri Andi hingga Aliando sedikit menabrak pundak Andi pelan. Namun, ia mengacuhkan hal itu.

Beberapa jam berlalu dan sang bulan menyapa dengan sinar cahaya putihnya yang menerangi gelap gulita malam saat itu. Letih. Nandra, Aliando, dan Andi merasa letih karena mereka baru selesai membersihkan keran air yang rusak. Terus memperbaiki hingga pukul sebelas malam.

"Gue capek banget. Udah basah, eh malah bau banget lagi," ucap Andi sambil melemparkan tubuhnya ke kasur.

"Hey, jangan tidur woy! Bajumu itu basah. Nanti, kasurnya ikut basah gimana?" ucap Angel setengah berteriak. Ia menarik tubuh Andi hingga Andi beringsut berdiri.

"Santai ajalah bocah," cercah Andi.

Ketika malam dari pukul tujuh hingga matahari terbit, Angel dapat mewujudkan jati dirinya sehingga manusia yang tak memiliki indra keenam pun dapat melihat jiwa gadis kecil tersebut.

"Sebaiknya lo mandi aja, Ndi," titah Nandra.

"... benar juga. Yaudah, gue mandi dulu." Andi mengambil handuk berwarna putih yang tergantung di paku yang menancap pada dinding ruangan tersebut.

Saat hendak menyentuh daun pintu, Aliando berkata," jangan mandi dijam sebelas malam atau lebih. Atau tidak, kau akan berdigik. Dia akan menemanimu."

Sontak, aksara yang terlontarkan dari Aliando itu pun membuat Nandra, dan Andi kembali geleng-geleng kepala tak mengerti. Entah mengapa, setiap merkataan dan gerak-geriknya itu sangat misterius.

Sementara Angel? Ia mendengar ucapan Aliando meski hanya samar-samar. Itu karena gadis itu terlalu sibuk membersihkan kasur yang basah akibat ditiduri oleh Ando. Angel menggerutu pelan. Ia terlihat kesal.

"Apa maksudmu, Al?" tanya Nandra.

"Tidak ada. Sudah, aku mau tidur duluan. Besok kita harus sekolah di sekolah baru itu. Jadi, sebaiknya kalian juga cepat tidur agar gak terlambat bangun," ujar Aliando.

Aliando pun segera bangkit dari duduknya dan merebahkan tubuhnya pada kasur berukuran sedang yang berada di sisi kasur utama tersebut. Ia menarik selimut berwarna gelap itu dan menutupi seluruh tubuhnya.

"Sudah. Lo langsung mandi aja sono. Gak usah hiraukan perkataan Aliando. Dia, 'kan memang seperti itu," titah Nandra tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer hitam itu. Jemari tangan Nandra tak henti-henti mengetik keyboard pada komputer tersebut.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya. Aku mau menjumpai para girls di villa sebelah," lanjut Angel. Ia pun menghilang dalam hitungan detik.

Andi menurut. Ia pun membuka pintu kamar dan berjalan menuju kamar. Pikirannya terus tertuju pada ucapan Aliando. Rasanya, sangat ganjil. Menurut Andi pula, perkataan aneh dari Aliando tersebut seperti menyangkut-pautkan dengan makhluk halus. Andi pun berdigik ngeri. Bulu kuduknya berdiri.

***

"Hai pada girls!" sapa Angel penuh semangat saat ia tiba dikediaman baru Evril dan Escy.

Angel membungkam. Sapaannya tak mendapatkan respon sedikit pun dari kedua cewek tersebut. Evril yang terlalu sibuk dengan buku-buku di hadapannya, dan Escy yang sibuk dengan makanan ringan beserta televisi yang tengah ia tonton. Kadang pula, Escy tertawa garing saat film yang ditontonnya menunjukkan tingkah humor.

Angel berjalan perlahan ke arah belakang Escy. Ia sedikit menjahili gadis berpostur gemuk itu dengan menyelentikkan telinganya. Namun, Escy tak merasa terganggu. Mungkin, ia masih tak merasakan kehadiran Angel di belakangnya.

Angel menghela napas panjang. Ia merasa sedikit jengkel.

"Mungkin aku bisa bermain dengan Evril," guman Angel pelan. Ia pun berpindah ke arah Evril duduk. Menatap lekat gerak kesibukan Evril.

"Hai, Evril. Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Angel dengan senyuman lebar di pipinya.

Evril tak menjawab. Ia masih sibuk menulis dan menyalin buku-buku yang berserakan di kasur berwarna pink putih tersebut. Mengapa Evril tak menjawab? Padahal, Angel sedang duduk di depannya.

"Hello." Angel melambai-lambaikan tangan kanannya. Tetapi, Evril masih tak menyadari keberadaan Angel. "Sialan." Angel merasa begitu kesal.

Angel membungkam sembari menyimak kegiatan menyalin Evril. Wanita berusia tujuh belas tahun itu terlihat sangat sibuk. Angel merasa bagaikan pluto. Ada. Namun, tak dianggap.

Kekesalan Angel pun menggunung. Lalu, ia memutuskan tuk pergi meninggalkan villa tersebut.

***

Senyap. Tiada suara berkumandang kecuali suara guyuran air dari pemandian Andi. Cowok itu mencoba merasa tenang dan cepat-cepat menyelesaikan mandinya.

Andi beridigik ngeri. Kesunyian itu membuat bulu kuduknya berdiri. Ia sendiri dalam kamar mandi tersebut. Tapi, entah mengapa ia merasa seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

Gubrak!

Andi terbelalak kaget saat mendengar suara benda terjatuh dari luar. Jaraknya tak jauh dari kamar mandi tersebut.

"Si-siapa itu?" tanya Andi mencoba memberanikan diri tuk berkata.

Tubuh basahnya merinding. "Ini semua gara-gara Aliando. Coba saja dia gak ngomong hal yang aneh-aneh, gue gak akan merasa ketakutan seperti ini," gumam Andi.

Ia terus melanjutkan mandinya hingga selesai. Lalu, ia memakai handuk dan hendak pergi dari kamar mandi tersebut.

"Di mana celana dalam gue?" tanya Andi ketika ia menyadari celana dalamnya menghilang.

Andi terus mencari hingga ke sudut-sudut kecil pada ruangan tersebut. Namun, ia tak jua menemukan benda pribadi tersebut. Lantas, ia pun mulai merasa kesal.

"Kampret, di mana tuh kolor? Emang, dia punya kaki apa?" tanya Andi kepada dirinya sendiri. Ia berkacak pinggang kesal.

"Mas, apakah ini celana dalammu?" tanya seseorang dari belakangnya.

Suara tersebut seperti suara seorang wanita. Tapi, Andi tak menyadarinya karena senang saat si pemilik suara tersebut memberikan barang yang dicari Andi.

"Akhirnya ketemu juga." Andi tersenyum senang. "Terima kasih bany--" Andi menghentikan ucapannya.

"Sama-sama, Mas," ucap seseorang yang memberikan celana dalam Andi.

'Siapa itu? Kok suaranya kayak cewek? Si-siapa itu?' batin Andi. Ia sangat ketakutan hingga bulu kuduknya kembali berdiri. Ia beridigik ngeri.

Dengan keberanian penuh Andi mencoba membalikkan tubuhnya tuk melihat siapa yang memberikan celana dalamnya itu.

Continue Reading

You'll Also Like

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
[end] Silent Reading By

Mystery / Thriller

217K 26.6K 188
[boyslove] [Terjemahan] Masa kecil, pola asuh, latar belakang keluarga, hubungan sosial, trauma .... Kami tak henti-hentinya mencari dan menyelidiki...
7K 636 44
This story is purely self-conceived. plagiarism is prohibited, it is better to work with your own thoughts better ⚠ DESKRIPSI QUEEN'S MAFIA GANGSTER...
30.8K 817 53
Sebelum baca cerita ini lebih baik baca cerita orang tuanya dulu ya, biar gak bingung nanti. Jangan lupa follow, komen dan votenya. See you. JANGAN...