Hello, Ex-Boyfriend! (SUDAH T...

By anothermissjo

656K 31.7K 1.7K

(Romantic Comedy) #2 HelloExUniverse Rugby Hadijaya, seorang jaksa, yang berdedikasi tinggi dengan pekerjaann... More

Versi Buku
Hello, Ex Universe
Prolog
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Cerita Hello, Ex-Room Mate!
Hello, Ex-Fiance!

Chapter 1

33.9K 3K 84
By anothermissjo

-- BATAS KAGET --

Rugby bersusah payah melepas cengkraman Gavin. Tatapan tajam laki-laki itu menunjukkan keingintahuan akan kalimat yang keluar dari mulutnya. Sialan! Rugby mengumpat berulang kali dalam hatinya. Kenapa Edibel... argh! Dia bisa gila!

"Jelasin sekarang Rugby," paksa Gavin tak sabar.

"Nggak ada yang perlu dijelasin. Gue sibuk," tolak Rugby. Kali ini, dia berhasil menyingkirkan tangan Gavin dari lengannya berkat buket bunga mawar yang dia pukulkan pada tangan Gavin. Segera setelah berhasil meloloskan diri, dia meninggalkan Gavin. Sialnya dia terpaksa berhenti karena Gavin kembali meraih tangannya.

"Apa lagi sih? Gue mau ke bawah. Kalo lo dateng ke sini cuma untuk jelasin alasan pernikahan kita batal, lebih baik simpan aja sampai mati. Gue nggak mau dengar—"

"Kenapa sih kamu selalu simpan semua hal sendirian? Apa terlalu berat untuk sekadar bilang?" potong Gavin mulai kesal.

"Iya, susah. Puas?"

Rugby kembali memukul wajah Gavin dengan buket bunga yang masih berada dalam genggaman. Tepat saat Rugby memukuli Gavin, pintu kamar hotel terbuka. Edibel meninggalkan kamar dalam keadaan pintu diganjal sepatu heels-nya yang akan dipakai nanti. Tidaklah sulit membuka pintu yang sudah terbuka sedikit.

"Waduh! Masa sepupu gue disabet pakai bunga sih. Udah kayak kambing aja. Parah banget lo!" seru Marco, yang dengan cepat menarik Gavin mundur dan membiarkan Zidane menghentikan Rugby.

Rugby menatap tajam Marco. "Kenapa? Lo mau gue sabet pakai bunga? Atau, gue lempar ke bawah?"

"Galak amat mirip emak-emak diserempet mobil. Jangan galak-galak kenapa sih By nanti Gavin makin terangsang," balas Marco setengah bercanda. Zidane menahan tawa mendengar candaannya.

Rugby melempar buket bunganya kepada Marco tapi laki-laki itu berhasil menangkap bunganya.

"Nggak kena! Rasain lo!" Marco menjulurkan lidah. Hal ini menimbulkan kekesalan Rugby. "Gavin, ayo cabut. Ngapain sih masih di sini orang si Rurug lagi galak kayak diputusin pacar. Serem tau," bisik Marco.

"Iya, pergi sana. Gue udah bahagia nggak ada lo jadi nggak usah muncul lagi. Anggap aja yang udah berlalu nggak pernah terjadi," ucap Rugby dengan tatapan menyalak.

Marco berbisik, "Kita culik aja deh, Gav. Minta ditoyor banget nih mantan lo. Jadi gue yang emosi."

"Lo bawa pergi sekalian dua kunyuk ini. Jangan sampai gue guyur pakai air panas biar melepuh tuh mulut berisiknya," seru Rugby. Sontak, Marco dan Zidane menutup ngeri bibir mereka dengan tangan.

"Aku nggak mau pergi sebelum kamu bilang kenapa nggak jujur soal itu," ucap Gavin masih memaksa.

"Buat apa gue bilang? Lo sendiri nggak cari gue."

"Gimana mau cari kalau tiap aku tanya semua keluarga kamu nggak ada yang tahu keberadaan kamu. Aku mau cari ke mana? Datang ke cenayang? Apa kamu nggak tahu seberapa frustasinya aku cari kamu ke mana-mana? Apa kamu pernah pikirin itu?"

Rugby diam membisu. Sementara Gavin tetap menatap dengan tatapan ingin tahu yang belum bisa hilang begitu saja. Sedangkan Marco dan Zidane menutup rapat mulut mereka, tidak ingin menambah ketegangan yang sudah ada.

"Kenapa sih kamu selalu mementingkan diri kamu sendiri? Apa susahnya cerita? Kalau menurut kamu sulit untuk terbuka untuk apa pacaran? Kalau kamu nggak butuh laki-laki lantas untuk apa ada rencana menikah?" Gavin mulai meninggikan suaranya. Dia bukan hanya kaget tapi juga sedih setelah mendengar fakta yang dibeberkan Rugby.

Rugby menunjuk pintu keluar. "Keluar."

"Aku akan tetap di sini sampai kamu ceritain semuanya."

"Terserah. Gue mau turun ke bawah karena punya urusan lebih penting daripada jawab pertanyaan lo."

Sebelum meraih pintu Rugby terpaksa berhenti saat mendengar ucapan Gavin.

"Apa kamu yakin mau bertunangan sama pacar kamu itu?"

Rugby menoleh ke belakang. "Yakin. Kenapa? Lo cemburu gue udah move on?"

"Kamu udah cari tahu tentang calon tunangan kamu?"

Rugby mendelik tajam. "Apa sih maksud lo? Nggak usah ikut campur urusan gue!"

"Apa kamu tau kalo dia gay?"

Marco memukul pundak Gavin. Dia berbisik, "Gav, kalo cemburu jangan begini dong. Jangan pakai cara kotor dengan mengada-ngada begitu."

Zidane menyela, "Serius lo, Gav?"

Rugby terperanjat mendengar penuturan Gavin. Gay? Tidak mungkin. Dia mengenal pacar yang sudah dipacarinya selama dua tahun. Mana mungkin pacarnya gay.

"Aku sedih dengar kamu mau menikah, tapi bukan berarti aku mengada-ngada," ucap Gavin, yang mana sudah mendekati Rugby yang berdiri mematung di depan pintu. "Kalo kamu nggak percaya ya udah tapi aku nggak mungkin bohong."

"Apa sih maksud lo nuduh kayak gitu?" Rugby menatap kesal. "Kalo lo nggak suka liat gue bahagia nggak perlu buat gosip murahan."

"Justru karena aku sayang kamu makanya aku kasih tahu. Aku nggak mau kamu terluka."

"Bullshit! Selama tujuh tahun ini aja lo bikin gue terluka. Terus sekarang muncul tanpa dosa seolah hal yang lo lakukan bukan apa-apa. Gila lo!"

"Memangnya kamu doang yang terluka? Aku juga terluka, Rugby. Lebih terluka lagi waktu tahu hal yang kamu bilang tadi. Aku merasa bodoh nggak tau apa-apa."

"Pokoknya gue nggak percaya sama omongan lo jadi jangan ganggu hidup gue lagi."

Rugby bergegas keluar dari kamar hotel meninggalkan Gavin dan kedua sepupunya. Sementara itu, Marco dan Zidane saling melempar tatap. Mereka melihat Gavin secara bersamaan.

"Gav, serius yang tadi lo bilang? Jangan mentang-mentang mau merebut hati mantan, lo jadi tukang bohong gitu deh," tanya Zidane.

"Gue serius. Buat apa sih bohong? Pacarnya itu pacaran sama temannya Savannah," jawab Gavin.

"Savannah mana?" tanya Marco. "Savannah sepupu kita atau ada manusia lain bernama Savannah?"

"Savannah Londonia Wijaya. Siapa yang punya nama kayak gitu?"

"Anjirrrrr! Berarti pacarnya Rugby beneran gay? Gue nggak paham deh. Kalau dia gay ngapain pacaran sama Rugby?" tanya Marco bingung.

"Dia pacaran sama Rugby cuma untuk menutupi hal itu supaya keluarganya nggak tahu. Waktu gue minta Savannah cari kabar tentang Rugby, dia mulai cari tahu pacarnya. Setelah itu Savannah tahu kalau temannya pacaran sama pacarnya Rugby. Terus Savannah nanya ke temannya soal pacarnya Rugby. Dan ya, temannya jelasin banyak hal," jawab Gavin.

Jauh sebelum dia mencari keberadaan Rugby, dia lebih dulu menanyakan kabarnya kepada Savannah dan kakaknya—Gandy. Dia tahu Rugby akan menikah pun atas informasi yang diberikan Savannah. Kedatangannya menemui Rugby bukan hanya untuk minta maaf tapi sekalian memberitahu rahasia yang ditutupi pacarnya.

"Sumpah... gue speechless." Marco geleng-geleng kepala. "Terus gimana kalau Rugby nggak mau percaya?"

"Gue bikin supaya acaranya batal," jawab Gavin enteng.

Marco geleng-geleng tidak setuju. "Jangan gila lo, Badrun. Mau disambit emak bapaknya pakai es batu? Kalau gue jadi lo mending balik. Kalau nggak percaya ya udah rasain. Udah dibilangin tapi ngeselin."

"Gue lapar deh. Kita cabut aja yuk, Gav. Jangan buang waktu di sini. Percuma aja si Rugby mah kayak celana dalam baru kaku banget," timpal Zidane.

Tanpa pikir panjang Gavin membuka pintu kamar. Tepat setelah pintu terbuka dirinya terkejut hingga membuat kedua sepupunya menabrak punggungnya saat berhenti mendadak.

Gavin mendapati Rugby masih berdiri di depan pintu. Wajah perempuan itu terlihat sedih dan pandangannya seolah kosong seperti terguncang.

"Rugby..."

🌹 🌹 🌹

Jangan lupa vote dan komen semuanya😘😘😘🤗

Follow IG: anothermissjo

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 27.7K 15
Alicia adalah pendiri sekaligus ketua dari forum antifans dari penyanyi populer Ethan Reazxy. Kebenciannya pada pria itu sudah sampai ketingkatan pal...
5.3M 286K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.5M 76.5K 28
It may hurt to let go, but sometimes it hurts more to hold on. Relis Paundra Candra, wanita cerdas dan pekerja keras. Dia menghabiskan waktunya denga...
70.5K 5.2K 21
Mereka adalah musuh bebuyutan. Mereka saling membenci satu sama lain. Mereka pun saling bersaing satu sama lain. Hingga mereka sama-sama harus terjeb...