EGO - Jung Hoseok

By R_Seokjin

75.3K 6.9K 1.2K

Atur saja hidupku, aku tidak apa. More

Prolog
E.2
E.3
E.4
E.5
E.6
E.7
E.8
E.9
E.10
E.11

E.1

6.2K 704 162
By R_Seokjin

"Berhenti belajar, sudah tengah malam."

"Jin hyung? Kau baru pulang?"

Pria yang di panggil Jin hyung itu mengangguk. Sang adik menatap kakaknya dengan tatapan sendu.

Gurat lelah di wajahnya tidak bisa terhindar dari penglihatannya. Sudah 2 hari kakaknya ini tidak pulang karena harus merawat pasiennya.

"Hyung, Hyung kan sudah menjadi dokter spesialis. Seharusnya jam kerja Hyung lebih teratur. Kenapa justru lebih berantakan di banding saat Hyung menjadi dokter umum?"

Sang kakak hanya tersenyum. Ini jarang terjadi adiknya berbicara sebanyak ini. Dan ini karena ia khawatir padanya.

"Ini sudah tanggung jawab hyung Hoseok-ah. Hyung ada operasi darurat."

Hoseok hanya mengangguk. Sikap dinginnya kembali.

"Tidur Hoseok-ah."

"Sebentar lagi, besok ada ujian."

"Tapi sudah larut malam."

"Tak apa Hyung, lagipula aku belum mengantuk."

"Insomnia lagi?"

"Ya begitulah." Jawab Hoseok seadanya tanpa menatap sang kakak.

"Hoseok-ah."

"Hmm.."

"Kau sudah bertemu dokter Min?"
Hoseok sejenak menghentikan aktifitas menulisnya.

"Belum, aku sibuk. Ahh iya Hyung, bolehkah Hyung meminta obat tidurku lagi pada dokter Min? Obatku hanya tinggal 1, berarti hanya untuk malam ini."

"Hoseok, aku mengenalkanmu pada dokter Min bukan untuk itu!"

"Iya Hyung aku tahu, tapi tanpa itu aku tidak bisa tidur."

"Jangan terlalu bergantung Hoseok-ah." Lirih Seokjin sambil meremat pundak Hoseok.

Namun tak ada jawaban dari adiknya itu. Seokjin menghela napas pasrah.

"Baiklah, Hyung akan memberitahu dokter Min besok. Tapi kau juga harus tetap menemuinya untuk mengambil obatmu sendiri. Dokter juga perlu diagnosa secara langsung. Tidak bisa hanya lewat perantara orang lain. Kau yang merasakannya bukan Hyung."

Hoseok hanya mengangguk sambil tetap mengerjakan tugasnya.

"Perlu Hyung bantu tugasmu? Ayah sedang keluar kota beberapa hari."

"Tidak hyung aku masih bisa mengerjakannya sendiri." Tolak Hoseok. Bukannya Hoseok tidak ingin Seokjin membantunya.

Hanya saja, bayangan Ayahnya selalu menghantui pikirannya. Bayangan wajah murka sang Ayah selalu terngiang saat terakhir ia di bantu Seokjin untuk mengerjakan tugasnya.

"Hyung sebaiknya istirahat saja. Kamar hyung kesepian 2 hari di tinggal pemiliknya."

Seokjin terkekeh. Ia mengusak rambut adik keduanya itu. Sudah menjadi rutinitas bagi Seokjin menghampiri kamar adik-adiknya saat ia pulang bekerja.

Karena Seokjin tidak ingin Hoseok dan Jimin merasa Seokjin sangat sibuk dan sedikit mengabaikan mereka. Meskipun nyatanya sang adik sangat mengerti, selama Seokjin bisa melakukannya kenapa tidak?

Setidaknya ia tidak kehilangan moment saat dimana melihat adiknya tidur lelap. Ahh itu hanya berlaku untuk Jimin.

Karena saat Seokjin masuk ke kamar Hoseok, dia pasti selalu melihat Hoseok yang sedang belajar. Padahal waktu menunjukan tengah malam.

Seokjin khawatir dengan adiknya yang satu ini. Jam tidurnya tidak terkontrol. Selalu harus di barengi dengan obat tidur. Hoseok mempunyai insomnia akut. Dan itu terjadi sejak ia SMA.

Sejak ia di tekan untuk terus belajar agar bisa masuk ke Universitas yang di inginkan sang Ayah.

"Hoseok-ah! Kau mimisan!"

Aktifitas melamun Seokjin terbuyar saat melihat ada darah yang menetes ke buku adiknya. Seokjin tentu saja terkejut.

Pasalnya Hoseok baru pertama kali seperti ini.

"Sudah hentikan! Bereskan buku-buku itu. Sekarang kau tidur. Tubuhmu sudah dalam tahap maksimal. Tundukkan kepalamu, biarkan darahnya mengalir" Cercah Seokjin sambil menyumpal hidung Hoseok dengan Tissue.

"Tapi hyung, ini hanya mimisan."

"Jangan membantah! Mau seperti apa memang tubuhmu kalau mimisan saja kau bilang hanya?"

Seokjin geram karena Hoseok malah kembali berkutat dengan bukunya. Seokjin mengambil alih semua buku Hoseok membuat Hoseok hanya diam saja.

"Tidur." Ucap Seokjin dingin.

Hoseok menghela napas pasrah.
Tanpa berkata apapun lagi, Hoseok menuruti keinginan sang kakak. Ia pun langsung menuju kasur empuknya di ikuti Seokjin setelahnya.

"Kalau sampai mimisanmu masih berlanjut, kita harus memeriksanya."

"Jangan berlebihan Hyung, aku tahu batasan tubuhku sendiri."

"Kau tak akan mimisan kalau kau tau batasan tubuhmu."

Hoseok hanya terkekeh. Melihat Seokjin khawatir seperti itu membuat hatinya menghangat.

Setidaknya masih ada yang khawatir padanya.

"Terima kasih hyung."

"Untuk?"

"Sudah mengkhawatirkanku."
Seokjin tersenyum lalu menaikkan selimut Hoseok sebatas dada.

"Kau adikku, mana mungkin hyung tidak mengkhawatirkanmu hmm?"

"Aku anak Ayah, tapi Ayah tidak mengkhawatirkanku hyung."
Pertanyaan yang membuat Seokjin selalu tidak bisa menjawabnya.

"Sudah, jangan meracau terus. Pejamkan matam. Hyung akan disini sampai kau tertidur."

"Tapi obatnya?"

"Apa adanya hyung disini tidak cukup membuatmu nyaman untuk bisa tidur Hoseok-ah?"

Lagi-lagi Hoseok mengikuti perintah sang kakak. Ia memejamkan matanya.

"Tidurlah. Jangan terlalu memaksakan."

Lirih Seokjin menatap Hoseok yang sudah tertidur.

"Maafkan hyung belum bisa meyakinkan Ayah, agar kau bisa menjalani hidupmu sesuai dengan keinginanmu."

"Selamat tidur."

Setelah dirasa Hoseok tertidur, Seokjin meninggalkan kamar Hoseok, tidak lupa ia juga mematikan lampu kamar adiknya menyisakan cahaya remang dari lampu tidurnya.
.
.
.
"Ini resep yang kau minta. Lain kali jangan mau di suruh adikmu lagi!"

Dokter berkulit pucat masuk ke ruangan kerja pribadi Seokjin dengan membawa botol obat yang Seokjin minta kemarin.

"Terima kasih Yoongi-ah."

"Hyung, kita benar-benar harus memantau Hoseok. Aku rasa dia benar-benar kelelahan. Kau bilang 2 hari yang lalu dia mimisan kan?"

Seokjin mengangguk.

"Dia benar-benar tidak bisa tidur tanpa obat ini Yoon, aku juga khawatir padanya."

"Hoseok menghubungiku. Kau yang menyimpan obat ini. Dan dia akan meminta padamu kalau dia butuh."

"Tapi dia membutuhkannya setiap hari."

"Kau hanya perlu menemaninya tidur setiap hari. Itu yang dia katakan padaku."

Seokjin menatap Yoongi.

"Jangan bercanda."

"Kau bahkan tahu aku tidak bisa bercanda hyung."

"Benarkah?"

Yoongi mengangguk. Seokjin memperhatikan botol pil milik Hoseok, bisa dibilang botol itu adalah hidup Hoseok.

Tapi saat Yoongi bilang kalau ia bisa tidur jika di temani olehnya tentu Hati Seokjin membuncah.

Secara tidak langsung Hoseok merasa nyaman dengannya. Adiknya itu ternyata bisa seromantis ini. Meskipun tidak mengatakannya secara langsung.

"Yoon, hari ini aku pulang cepat."

"Terserah hyung saja."

"Tolong bilang pada Hyemi, gantikan shift ku sore ini."

"Nee.."

Jawab Yoongi seadanya. Namun beberapa detik kemudian, Yoongi sadar akan sesuatu.

"Yaak! Hyung! Aku akan kencan dengan Hyemi sore ini!!"
.
.
.
Seokjin keluar dari mobilnya dengan hati senang. Tidak lupa sebelumnya ia melihat jam yang melingkar di tangannya.

'Pukul 3 Sore'

"Hoseok pasti belum pulang." Fikir Seokjin.

Ia mengambil bahan masakan yang sempat ia beli sepulang dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Demi Hoseok, ia akan memasak masakan spesial hari ini untuk adiknya. Bahkan ia rela di marahi habis-habisan oleh Yoongi karena menggagalkan kencannya bersama Hyemi, kekasihnya.

Senyum Seokjin terus merekah, sampai akhirnya ia mendengar suara yang membuat Seokjin segera berlari masuk kedalam rumah.

"Ayah!"

Seokjin tak lagi memperhatikan barang bawaannya yang ia jatuhkan begitu saja dan langsung menghampiri sang Ayah.

"Apa yang Ayah lakukan pada Hoseok?!"

"Ayah hanya memberi pelajaran pada anak yang membangkang Jin!"

"Apa yang sudah Hoseok lakukan sampai Ayah bermain fisik seperti ini? Ayah tidak pernah bermain fisik pada Hoseok!"

"Tanyakan saja pada adik kesayanganmu itu! Kenapa dia berkelahi di kampusnya!!"

Seokjin melihat Hoseok.

"Hoseok-ah? Apa itu benar?"

"A..aku..aku tidak tahu hyung.. Aku ..aku tidak berkelahi.. Sungguh..arghh!!!"

"Ayah!"

Seokjin membolakan matanya saat sang Ayah kembali memukul Hoseok di depan matanya.

"Masih tidak mau mengaku hah?! Jelas-jelas Namjoon melihatmu berkelahi dengan temanmu itu! Masih mau mengelak?!!"

Sang Ayah yang murka, melemparkan Rotan yang baru saja di pakai untuk membuat seni di punggung anak keduanya. Lalu ia pergi begitu saja tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun pada Hoseok yang hanya terdiam menunduk.

Seokjin tersadar lalu segera menghampiri Hoseok dan membawa adiknya itu ke kamarnya. Ia tidak tega saat Hoseok meringis akibat rasa perih dari lukanya.

"Hyung sakit."

"Tahan dulu."

Seokjin kembali menekan kapas yang sudah di beri antiseptik untuk luka punggung Hoseok.

"Jangan gunakan kaos yang ketat, gunakan kaos hyung dulu agar longgar dan tidak mengenai punggungmu."

Hoseok mengangguk lalu memakai pakaian yang di berikan Seokjin. Seokjin kembali duduk di sebelah ranjang, dan menatap lekat kedua manik sang adik.

"Kenapa hyung?"

"Apa yang terjadi?"

"Aku juga tidak tahu."

"Ayah bilang kau berkelahi di Kampus? Dengan siapa? Apa yang membuatmu emosi sampai harus berkelahi? Hyung tahu kau bukan orang yang suka berkelahi Hoseok-ah."

"Hyung sungguh! Aku juga tidak tahu! Aku juga tidak merasa aku memukul Baekyung! Tapi tiba-tiba Baekyung sudah banyak memar di wajahnya."

"Lalu siapa kalau bukan kau? Ayah tidak mungkin sampai seperti itu. Bukankah Namjoon melihatmu?"

Hoseok lagi-lagi hanya diam.

"Kau juga tidak percaya padaku hyung?"

Hati Seokjin berdenyut. Tidak ada maksud sedikitpun untuk tidak percaya pada Hoseok. Hanya saja, temannya sendiripun bilang jika Hoseok pelaku dari pemukulan itu.

"Bukannya hyung tidak percaya padamu Hoseok-ah. Tapi, apa kau yakin Namjoon berbohong pada Ayah? Namjoon itu temanmu. Dari kalian SMP. Mana mungkin dia berbohong? Ya sudah, lebih  baik kau istirahat, Hyung yang akan bertanya pada Namjoon. Maafkan hyung, hyung percaya padamu."

Hoseok lagi-lagi mengangguk dan membaringkan dirinya di kasur Seokjin.

Seokjin keluar dari kamar Hoseok setelah Hoseok memejamkan matanya. Ia segera meraih ponsel miliknya dan menelpon seseorang.

"Ada apa Jin?"

"Ada yang aneh dengan Hoseok Yoon."

To Be Continued

Hallo!!

Akhirnya bisa up lagi..hhe..
Gimana sama chapter ini?

Ini si chimmy belum keluar yaa.. Masih fokus di masalah Hoseok duluu..

Semoga chapternya ga mengecewakan yaa..
Ttep di voment dong hehe..
Aku mutusin buat up lagi, karena selain banyak yang nanya.. Aku juga sayang sama cerita ini hhuu..
Tapi, sepertinya alur akan berubah..
Semoga ga stuck lagi yaa biar semua ceritaku selesai 🥺🥺

Terimakasih buat kalian yang udah nunggu cerita ini berabad-abad..
Sampai ketemu di chapter selanjutnya yaa..


Annyeong!

-RJin-

Continue Reading

You'll Also Like

34.4K 5.7K 21
tentang kisah 7 orang pendaki yang menghilang secara misterius pada tahun 1884, dan dinyatakan meninggal. namun 30 tahun setelah itu yaitu pada tahun...
64.2K 5.8K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
104K 8.2K 31
#1-jiminbts (Completed) Aku bisa merasakan kehangatanmu Aku bisa merasakan kasih sayangmu Aku bisa merasakan seluruh Cintamu Walau tidak pernah melih...
82K 7.9K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...