(TAMAT) The Prince and The Ra...

By Block_writer

70.2K 8.9K 1.4K

Demi menyelamatkan nyawa Shijienya, Wei Wuxian nekat mencuri kelinci berbulu perak milik kerajaan Lan yang me... More

01. Negeri para Tabib
03. Pemuda dan kelinci
04.Tubuh Kelinci
05. Malam yang dingin
06. Kedatangan Jiang Wanyin
07. Sebuah lamaran.
08. Tragedi di hari pertunangan.
09. End

02. Takdir dan kutukan

6.9K 1K 318
By Block_writer


Kita pasti akan menemukan obat untuk kakak, kan?" Jiang Wanyin menatap saudara angkat sekaligus sahabatnya itu.

"Pasti, kita pasti akan mendapatkan kelinci berbulu perak itu untuk Shijie," Wuxian menjawab mantap.

"Apa pun risikonya, sekalipun itu adalah kutukan yang akan menghancurkan jiwaku. Aku ... pasti akan melakukannya untuk Shijie, apa pun itu ...."

Wuxian menatap ke arah depan, di mana sebuah negeri dengan bendera besar berbentuk awan mulai terlihat dari kejauhan.

"Gusu ... Aku datang."

The Prince and The Rabbit
Chapter. 02
16.03.20
Reup 03.12.21
🐇🐇🐇



Setelah melalui sebuah gerbang besar yang terlihat sangat megah berlambang awan yang sepertinya dibangun hampir melingkupi negara itu, dan memasuki lorong yang menunjuk langsung ke kota Yunshen, kedua pemuda itu kini tercengang mendapati pemandangan di depan mereka.

Sudah hampir tiga puluh kali mereka bertanya di mana kota Yunshen bu zhi chu dan setiap orang yang mereka tanyai selalu menjawab sama, 'Di sinilah kota Yunshen.'

Wuxian menerawang lalu lalang orang-orang di depannya, Jiang Wanyin telah tertidur di pangkuannya karena kelelahan. Mereka haus dan sangat kelaparan, tapi mereka tak membawa uang cash dan yang lebih parah di tempat itu tidak ada satu pun bank dan mesin ATM!!

Kota yang disebut orang sebagai kota Yunshen ini lebih mirip daerah pedesaan!! Tidak ada satu pun gedung pencakar langit, tidak ada Cafe, restoran, dan Taxi!!

Seorang kakek tua mendekati kedua pemuda yang tengah berteduh di bawah pohon besar di sisi jalan, wajah keduanya sangat memelas. "Kalian haus?" tanyanya memberikan dua besar gelas air kelapa muda.

"A, apa kakek memberikan ini untuk kami?" Wuxian semringah, ia segera membangunkan Jiang Wanyin dan memberikan segelas besar air kelapa yang langsung keduanya teguk sampai habis.

Si kakek terkekeh saat Wuxian mengembalikan gelas kosong ditangannya dan berterima kasih. "Kalian dari mana?" Ia mengusap kepala Wuxian yang tawanya mirip seperti milik cucunya.

"Kami dari Yunmeng, kek. Kami berniat mencari obat untuk Kakak kami, tapi di sini tidak ada mesin ATM agar kami bisa mengambil uang, sedang orang-orang di sini hanya menerima uang cash. Kami ... kebingungan."

"Di sini tidak ada semua itu, lalu kenapa tidak kembali dulu ke negara kalian?"

"Visa untuk ke sini sangat mahal kek, pun kami cuma mendapatkan waktu seminggu. Jika kami kembali, kami harus membuat ulang visa kami."

Si kakek menatap Wuxian dan Jiang Wanyin sejenak, "Apa kalian mahasiswa? Aku punya keponakan yang belum bisa membaca, jika kalian bersedia membantunya selama seminggu ini, aku akan memberikan kalian tempat tinggal, makan dan gaji untuk kalian membeli obat bagi Kakak kalian."

Wuxian dan Jiang Wanyin saling menatap. "Kakek serius?"

"Tentu, ayo ikutlah denganku."

Keduanya kembali saling menatap dan mengangguk, saat ini tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali mengikuti kakek itu.

Keduanya mengikuti Sang kakek ke sebuah rumah yang di depannya terlihat kecil, namun saat keduanya masuk, luas rumah itu terlihat hampir menyerupai sebuah lapangan sepak bola.

"E wow, " Wuxian menatap ke sekeliling rumah itu.

"Jaga ucapanmu!" Jiang Wanyin menyenggol lengan Wuxian.

"Ini keponakanku, kalian bisa mengajari mereka mulai besok pagi, ya." Si kakek menunjuk lima anak kecil yang langsung berlari menyongsong lelaki tua itu.

"E buset!!" Celetuk Jiang Wanyin kaget. Kedua pemuda itu saling bertatapan dan tersenyum pasrah.

.
.
.

"A Cheng cepat naik!!" Wuxian menarik tangan Pemuda di bawahnya ke atas tembok besar yang sedang ia duduki.

Sudah tiga hari mereka berada di rumah Sang kakek. Dari keakraban yang tercipta, Wuxian berhasil mengetahui bahwa kelinci berbulu perak yang dibutuhkan Shijienya tidak mungkin bisa mereka beli. Konon kelinci itu adalah hewan keramat yang teramat langka. Binatang itu hanya tinggal satu ekor dan berada di istana bagian timur, di sebuah paviliun yang jauh dari istana utama.

Dan itu artinya mereka terpaksa harus mencurinya.

Setelah beberapa kali mencoba menemukan tempat itu, keduanya akhirnya berhasil menyelinap ke bagian paling akhir istana timur sesuai petunjuk yang diberikan peta Prof. Wen Qing.

"Ya ampun, tempat ini sangat indah." Wuxian berdiri dan menatap sekitar tempat itu. Sebuah bangunan sederhana yang masyarakat sekitar sebut Jingshi berdiri dengan kokoh di sana, tempat itu mirip seperti bangunan kuno tempat tinggal raja yang sering Wuxian lihat dalam drama Xianxia. Di sebelahnya, terdapat dua makam yang saling berdampingan, itu pasti makam Raja dan ratu Kerajaan Gusu sebelumnya seperti yang dikatakan Kakek yang menolong mereka.

Wuxian menatap lebih jauh di mana sebuah mata air terjun kecil membuat kabut tipis di atas danau besar di bawahnya.

"Ini seperti surga." Wuxian bergumam.

"Weiying!!" Jiang Wanyin menarik pelan celana Wuxian saat netranya menangkap sesosok hewan berbulu perak yang selama ini mereka bayangkan  keluar dari sisi makam.

"Itu kelincinya!!" Wuxian segera melompat turun.

"Weiying!!"

"Jangan!! Kau tetap di sana, saat aku menangkapnya kau harus segera membawanya pergi agar kita tidak ketahuan!!"

"Apa?!! Tapi kau-"

"Tetap di sana!!" Wuxian segera pergi ke balik kabut tipis yang mulai tercipta di tempat itu akibat malam yang semakin larut.

Jiang Wanyin menunggu dengan cemas saudaranya untuk keluar dari kabut tipis yang menghalangi pandangannya dari sekitaran tempat itu.

Sedang di dalam sana, Wuxian masih berjingkat diantara rerumputan dan bunga saat netranya menatap kelinci itu dalam pangkuan seorang Wanita.

"Kemarilah anak muda." Wanita itu memanggil tanpa menoleh ke arah di mana Wuxian bersembunyi.

Wuxian terkejut, tapi ia kemudian keluar dari persembunyiannya dan menatap wanita cantik itu yang kini menoleh padanya dengan senyum yang begitu ramah.

"Apa kau sungguh sangat membutuhkan kelinci ini?"

Wuxian kembali dibuat kaget, namun pemuda itu langsung mengangguk yakin.

"Apa kau sudah tahu tentang kutukan yang akan menimpamu jika kau sampai membunuh dia?" Wanita itu menatap Si kelinci yang kini menatapnya juga.

"Aku akan menanggungnya, apa pun itu, asalkan Shijie dan bayinya bisa diselamatkan, hidupku tidaklah penting."

Wanita itu menatap Wuxian lekat, "Kelinci ini mempunyai tiga telur di sarangnya. Jika kau berniat membunuhnya untuk dijadikan obat, maka kau harus menggantikannya menjaga dan membesarkan telur-telur itu, kau bersedia?"

"Apa?!" Wuxian diam sejenak, sejak kapan kelinci bertelur?! Bukankah kelinci itu termasuk hewan mamalia yang melahirkan?! Namun Wuxian kembali mengangguk.

"Aku bersedia."

"Kalau begitu majulah dan berikan tanganmu."

Wuxian maju dan berjongkok, menyamakan diri dengan Si kelinci yang mengangkat sebelah kaki depannya.

"Tatap matanya dan katakan janjimu padanya."

Wuxian diam sejenak, bingung. Namun ia melakukan juga apa yang wanita itu katakan. " Em ... aku, Wei Wuxian berjanji padamu ... kelinci. Bahwa aku akan menjaga dan membesarkan telur-telurmu dengan sepenuh hati, sebaik yang aku mampu."

Manik Wuxian mengerjap saat kemudian ia seolah menatap senyum kelinci itu yang kemudian kembali duduk dan memejamkan matanya.

Wanita di depannya tersenyum dan secara mengejutkan menyerahkan kelinci di pangkuannya pada Wuxian, "Kau adalah pemuda yang baik. Bawalah dan berikan pada Saudaramu, dia harus segera membawanya ke Yunmeng."

Wuxian berdiri dan menggendong Si kelinci, masih kebingungan, ia memberi sikap hormat kepada wanita di depannya yang kembali tersenyum. "Ingatlah, setelah menyerahkan itu, kau harus kembali kesini untuk memenuhi janjimu, atau kelinci yang kau bawa tidak akan berguna untuk menyembuhkan wanita itu dan bayinya."

Wuxian terdiam sejenak, kenapa wanita ini seolah mengetahui segalanya?!! Meski begitu Wuxian tetap mengangguk. "Terima kasih, terima kasih banyak, Nyonya. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Nyonya Ini." Wuxian tersenyum senang lalu berlari pergi.

"A Cheng!!" Wuxian mengagetkan pemuda yang kini menatapnya dari atas tembok besar itu,

"Tangkap!!" teriaknya sembari melemparkan kelinci kepada Jiang Wanyin yang langsung menangkap benda bulat berbulu itu.

"Cepat kembali ke rumah Si kakek dan ambil semua dokumen perjalanan kita, lalu langsung bawa itu ke Yunmeng!!"

"Apa maksudmu?!! Ayo kau juga pulang!!" teriak Wanyin menatap Wuxian yang masih menengadah padanya dari bawah.

"Aku tidak bisa, aku janji akan merawat telur kelinci itu."

"Kau bicara apa?!! Kelinci tidak bertelur!! Cepatlah naik!!" Wanyin merentangkan tangannya ke bawah agar Wuxian menangkap tangannya.

Pemuda di bawah sana tersenyum menggeleng, "Pulanglah, kau harus menyelamatkan Shijie. Katakan aku sangat menyayanginya. Dan katakan juga pada Paman, dan Bibi, aku sangat berterima kasih karena mereka telah merawatku selama ini."

"Weiying!! Apa maksudmu?!! Cepat naik dan kita pulang!!" Jiang Wanyin bersiap melompat saat suara bariton seseorang mengagetkan keduanya.

"Siapa di sana?!!"

"A Cheng!! Cepat pergilah!!" Wuxian setengah berbisik.

"Tidak!! Kau harus pulang bersamaku!!"

"Aku akan pulang setelah memenuhi janji yang kubuat!! Aku harus merawat telur-telur kelinci itu!!"

"Jangan bego!! Kelinci tidak bertelur!!" Seru Jiang Wanyin.

"Aku mohon, jika kita berdua ketahuan, kita pasti tidak akan bisa membawa pulang kelinci itu!! Cepat bawa itu ke Yunmeng dan Selamatkan Shijie!! Kumohon!!"

Jiang Wanyin baru akan menjawab saat suara benda tajam terdengar,  itu seperti suara sebuah pedang yang dicabut dari sarungnya.

"Pergi!!" pekik Wuxian.

Jiang Wanyin ragu, namun melihat ekspresi saudaranya, ia akhirnya mengangguk. "Berjanjilah kau akan kembali ke Yunmeng secepatnya!! Kalau tidak aku yang akan kemari dan menyeretmu pulang !!"

"Aku mengerti, sekarang cepat pergi!!"

Wuxian menatap manik Saudaranya yang berkaca-kaca, pemuda itu memasukkan kelinci yang tampak masih memejamkan mata itu ke dalam jaketnya dan melompat turun dari sana.

Wuxian dengan cepat bergegas, dia harus kembali ke tempat wanita itu dan meminta telur kelinci yang ia janjikan untuk ia rawat.

"Nyonya?" Panggil Wuxian mencari, ia kaget saat kabut kembali menipis dan mendapati dirinya ada di depan dua makam besar yang sepertinya di sakralkan. Kakinya menerjang tempat pembakaran dupa di sana, dengan segera Wuxian menunduk dan bersujud di kedua makam itu.

"Maafkan aku, aku hanya mampir untuk mencari nyonya itu, maafkan aku, sungguh aku minta maaf." racau Wuxian sembari merapikan tempat dupa dan membakar kembali beberapa dupa yang padam.

Selesai membereskan, Wuxian segera berdiri dan berbalik, namun tubuh pemuda itu langsung membeku saat di depan lehernya sebuah ujung pedang yang hampir mencapai tenggorokannya tampak berkilat tajam.

Pandangan Wuxian menelusuri setiap inchi pedang itu hingga Netranya bersitatap dengan netra keemasan lalaki di depannya yang tengah menatapnya tajam.

"Siapa kau?!! Apa tujuanmu ke sini?!!" lelaki dengan penutup wajah  yang berwarna senada dengan bajunya itu bersuara.

'Astaga suaranya macho!!'
Wuxian perlahan mengangkat kedua tangannya, "Ma, maaf bang, eh kak, namaku Wuxian, aku sedang mencari seorang Nyonya yang tadi duduk di sekitar sini."

"Tidak ada seorang wanita 'Pun di sini!!" tegas lelaki itu.

"Ada, bang, eh kak, tadi dia duduk di sana." Wuxian menunjuk batu besar di belakang lelaki itu yang terletak di bawah pohon, sedikit menoleh lelaki itu kembali menatap Wuxian.

"Aku paling benci pembohong!" Katanya menerjang Wuxian dengan pedang. Sebagai seorang mantan murid taekwondo, dengan Cepat Wuxian mengelak hingga tebasan pedang itu mengenai ranting pohon yang langsung patah.

"Hey, woe!! Itu pedang beneran ya?!!" teriak Wuxian mengelak dan melompat ke atas dahan.

Lelaki di sana kembali menatap tajam padanya.

"Seriusan Kak!! Itu bahaya!! Apa gak ada aturan tentang larangan penggunaan senjata tajam di negara ini?!!"

Lelaki itu melompat dengan ringan ke atas dahan di samping Wuxian dan kembali menerjang dengan pedangnya.

"Hey, Bang!! Dengerin orang napa?!! Bahaya!!"

Wuxian turun, ia berniat menghindar dengan melompat ke dahan lainnya, namun karena tenaganya telah terkuras cukup banyak untuk menyelinap ke tempat itu, ia akhirnya jatuh tengkurap di rerumputan.

"Ya ampun ... sakit!" Wuxian diam dan perlahan menoleh saat merasakan benda dingin dan tajam menyentuh tengkuknya. Ia memberanikan diri menatap manik keemasan di sana saat penutup wajah yang dipakai lelaki itu terlepas. Wuxian terbelalak mendapati wajah tampan itu menatapnya tajam.

"Ya Surga!! Ini orang apa manekin?!!"

"Wangji!" Suara seseorang membuyarkan kontak mata keduanya. “Jangan gegabah."

Wuxian menoleh dan kaget mendapati wajah yang hampir serupa dengan lelaki di depannya.

Lelaki yang dipanggil Wangji itu menyarungkan kembali pedangnya dan menunduk hormat, "Dia merusak makam Ibu," katanya melirik Wuxian.

"He?!! Apa?!! Jangan asal tuduh!! Jatohnya fitnah tau!!" Wuxian kesal.

Lelaki di depan Wangji tersenyum dan mengapai tangan Wuxian untuk berdiri, "Namaku Lan Xichen, Maaf, kalau aku boleh tahu, anda siapa? Dan Bagaimana bisa anda ada di sini?"

"Maafkan kelancanganku, namaku Wei Wuxian dari Yunmeng, aku kemari sebenarnya ingin ...." Wuxian melipat bibirnya. Bagaimana bisa ia mengatakan bahwa sebenarnya ia  berniat untuk mencuri kelinci perak?!

"Mencari wanita.” Wangji menimpali tanpa menatap Wuxian.

Lelaki bernama Lan Xichen yang berada di depan Wuxian terkejut, “Wanita? Di sini tidak ada wanita, em ... Wuxian."

"Ada!! Tadi aku melihatnya duduk di sana menggendong kelinci perak."

"Apa? Kau tahu tentang kelinci perak?" Lan Xichen menatap Wuxian yang jadi salah tingkah.

"Kau, sebenarnya ingin mencuri kelinci itu, kan?!!" Wangji menatap tajam.

"Aku, em, ya,  awalnya begitu, tapi ternyata nyonya itu memberikan sendiri kelincinya."

Wangji dan Lan Xichen saling menatap. "Nyonya yang mana?" Lan Xichen menatap Wuxian.

"Sudah kubilang, dia tadi duduk di batu besar di sana." Wuxian kembali menunjuk batu di belakang Lan Wangji.

"Pembohong, di sini tidak ada wanita!!"

"Tunggu, tunggu sebentar!" Lan Xichen mencegah Wangji yang bersiap menarik pedangnya lagi. "Apa itu artinya kelincinya ada padamu?!" ia menatap Wuxian.

"Em, begini ... aku membutuhkannya untuk mengobati Shijieku, jadi dia akan dibawa ke Yunmeng untuk dimasak."

"Apa?!!" Lan Xichen syok, ia hampir jatuh jika lengannya tidak dipegangi Wangji, lelaki itu lalu memapah Sanga Kakak agar duduk di batu besar di belakang mereka.

"Wangji, panggil semua prajurit khususku, suruh cari semua pendatang yang terlihat mencurigakan. Temukan pemuda itu!! Tapi usahakan Jangan sampai Yang Mulia Raja tahu."

"Baik!!"  Secepat kilat Lan Wangji berlari keluar dari area Jingshi, meninggalkan Lan Xichen yang masih memegangi dadanya karena syok.

"Tuan ... maafkan saya, tapi tolong biarkan saudara saya membawa kelincinya ke Yunmeng." Wuxian bersimpuh di hadapan Lan Xichen.

"Apa kau tahu hewan apa kelinci itu?!! Dia keramat!! Kelinci betina terakhir!!" Lan Xichen tampak menahan amarahnya.

"Em, bukanlah dia punya tiga telur? mungkin salah satu dari mereka adalah kelinci betina."

"Apa?!! Telur?!!”

"Ng, nyonya itu memintaku merawat dan membesarkan telur-telur kelinci itu."

"Apa?!! Kau-" Lan Xichen kaget saat kemudian sesuatu menyembul di dua sisi rambut Wuxian, benda berbulu itu seolah tumbuh dari atas kepala Wuxian. Lama dan akhirnya benda panjang dan berbulu itu berdiri sepenuhnya.

"Ada apa?" Wuxian menatap Lan Xichen aneh, kenapa tiba-tiba lelaki itu terlihat lebih syok.

"Telingamu." jawab Lan Xichen singkat.

"Telingaku?" Wuxian meraih kedua telinganya.

"Bukan, yang di atas." Wuxian mengikuti telunjuk Lan Xichen, ia kaget saat mendapati dua telinga kelinci besar yang kini menempel di kepalanya.

"Apa-apaan ini!!" Wuxian menarik kedua telinga itu kuat, namun kemudian ia hampir terjatuh karena merasakan sakit yang sangat Di kepalanya.

"Kutukannya mulai bekerja,” Lirih Lan Xichen berdiri dan menatap kedua telinga panjang di atas kepala Wuxian. "Sebentar lagi kau akan jadi kelinci."

"Apa?!! Kutukannya aku jadi apa?!!" Wuxian masih memegangi kedua telinganya ketika telinga kelincinya mendengar sesuatu dari belakang tubuhnya.

"Telurnya!!" Seru Wuxian beranjak, meski masih kaget Lan Xichen segera mengikuti pemuda itu.

Wuxian berjalan ke arah rimbunan pohon maple yang meranggas. Ia berjalan seolah dituntun oleh sesuatu hingga langkahnya sampai di depan sebuah pohon besar. Menatap sejenak, Wuxian segera menggali tanah di bawah dan mendapati tiga telur berwarna keemasan yang cukup besar.

Lan Xichen hanya diam termangu, pemuda ini tidak bohong!! Benar-benar ada telur dari kelinci berbulu perak!!

"Mereka kedinginan," Lirih Wuxian memasukkan tiga telur itu ke dalam jaketnya dan mendekapnya.

"Ah, baiklah, ayo kit bawa ke dalam."

Lan Xichen segera mengiringi langkah Wuxian menuju Jingshi Lan Wangji.

.
.
.

"Xiong Zhang." Lan Wangji datang ke Jingshi-nya saat hari hampir menjelang pagi. Lelaki itu kaget melihat Lan Xichen yang duduk di sebelah ranjangnya, menunggui Wuxian yang meringkuk dan tertidur di ranjangnya.

"Wangji, maaf aku menaruhnya di tempatmu, dia mengantuk dan rasanya tidak manusiawi meletakan dia dan telur-telur itu di lantai.

"Telur?!" Lan Wangji mendekat dan kaget mendapati tiga telur kelinci berwarna emas yang berada di dalam jaket  dan dekapan Wuxian.

"Pemuda ini tidak bohong. Dia menemukan telur-telur itu di hutan maple belakang."

Wangji diam menatap Wuxian lekat, "Telinga."

"Ah, iya kurasa kutukannya sudah mulai bekerja, dia ... mulai berubah menjadi kelinci." Lan Xichen tersenyum dan menyelimuti Wuxian.

"Maaf pemuda satunya tidak ketemu. Kami masih mencari diantara rumah penduduk."

Lan Xichen mengangguk, "Mungkin ... ini sudah takdir."

Lan Wangji diam menatap Lan Xichen yang berjalan keluar kamarnya. "Kelinci berbulu perak adalah mahluk keramat yang dilindungi di istana kita, hewan itu masih dianggap lambang kemakmuran kerajaan Gusu. Dan jumlahnya sangat langka karena dia akan meninggal setelah melahirkan telur-telurnya." Lan Xichen menatap Wangji, "... mungkin sebenarnya pemuda itu tidaklah sepenuhnya bersalah, dia mungkin telah dipilih kelinci perak untuk menjadi orang yang mengurus bayi-bayinya nanti."

Wangji masih diam namun kali ini ia mengangguk, seolah setuju akan kesimpulan Sang kakak.

"Wangji, aku minta tolong. Untuk sementara biarkan pemuda bernama Wei Wuxian itu tinggal di tempatmu, ya. Jika sampai seseorang melihat wujud Wuxian, maka mereka akan curiga bahwa kelinci perak telah mati dan hal itu akan menimbulkan kericuhan di kalangan para tetua kerajaan."

Lan Wangji menatap Sang kakak datar, namun lelaki di depannya tahu benar bahwa tatapan itu adalah tanda keberatan.

"Kenapa?"

"Dia ... tidak punya sopan santun."

Lan Xichen tersenyum, “Bukan seperti itu, dia adalah orang dari negeri yang sama sekali berbeda dengan kita, yang kau sebut tidak sopan itu, adalah kebiasaan sehari-hari mereka."

Lan Wangji diam memalingkan wajahnya.

"Lagi pula, kau tidak akan kesepian lagi jika dia ada di sini." Lan Wangji menatap sang kakak yang tertawa kecil, "Aku percayakan semua padamu, ya ... untuk malam ini, itu saja dulu. Ke depannya, jika bayi-bayi kelinci itu telah lahir, aku akan mempertimbangkan untuk memberi Pemuda itu kamar sendiri sampai kutukannya hilang. Yang pasti sekarang kita tidak bisa membiarkan dunia tahu tentang kutukan itu. Karena jika itu terjadi, baik dia dan Kerajaan Gusu kita akan dianggap sebagai ancaman."

Lan Wangji mengangguk.

Bagaimanapun, sebagai seorang jenderal ia mengerti bagaimana pandangan orang dari negeri luar terhadap ilmu dan kebudayaan kuno macam ini. Mereka menyebutnya klenik, sesuatu yang tidak boleh dibicarakan apalagi di praktikkan. Di beberapa bagian negara, hal seperti ini bahkan dihancurkan dengan membunuh orang yang bersangkutan dengan cara dibakar hidup-hidup.

Sedang di kerajaan Lan, hal seperti itu masih dijaga. Ilmu spiritual, kekuatan kultivasi, kutukan dan larangan.

Lan Wangji kembali ke kamar setelah selesai berdoa di makam ibu dan Ayahnya. Ia menunduk untuk menatap pemuda kecil bernama Wei Wuxian itu lekat.

Bagaimanapun, penampilan Wuxian kini sangat mempengaruhi Lan Wangji yang memang sejak kecil telah begitu menyukai kelinci.

Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh telinga kelinci Wuxian yang panjang, ia berjengit kaget saat telinga itu sedikit bergerak, sejenak lalu kembali terkulai, bulu-bulu hitam di telinga panjang itu terasa begitu lembut.

Puas meremas dan mengusap bulu di sana, Wangji yang berniat berdiri kaget saat kemudian Wuxian bergumam. Sedikit mengerjap, Lan Wangji tanpa sadar malah menekan bibir Wuxian untuk melihat dua gigi kelinci yang juga tumbuh di sana, ia syok saat kemudian tanpa sadar Wuxian menggigit jarinya.

Jenderal itu menutup mulut agar suaranya tidak keluar, belum lagi ia berhasil melepaskan jari dari gigitan Wuxian, pemuda kelinci itu menggeliat dan tanpa sengaja menarik lepas pita dahi panjang yang Lan Wangji kenakan.

Dalam keheningan Jingshi malam itu, diantara dua tubuh yang begitu dekat, diantara telur-telur berwarna emas yang terlihat berkilat dan dibalik rahasia seutas pita dahi keluarga ... Lan Wangji, untuk pertama kalinya merasakan getaran listrik di dalam dadanya kepada pemuda bertelinga kelinci yang masih tertidur pulas sembari menggigit jarinya.

Tbc.

Tinggalkan vote and komen untuk kemajuan ep ep ini.

See u gaess.
Chilly and khai.

Continue Reading

You'll Also Like

71.2K 6.2K 30
Tak disangka ,karena permainan petak umpet,Wei Wuxian harus rela menjadi mama muda,tanpa tahu siapa penyebab dia mengandung bayi tampan nan imut, han...
3.5M 27K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
500K 37.2K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
9.1K 951 12
"Pertemanan seorang Alpha dan Omega tidak akan pernah berhasil" - Jiang Cheng "Mungkin itu tidak berlaku untuk kami berdua" - Wei Wuxian Disclamer: K...