ALANARA [ SUDAH TERBIT ]

Від tiashaara

127K 13.6K 7.6K

Alan dan Ara dua orang yang memiliki kesempatan, kekayaan dan kekuasaan memilih meredupkan cahaya gemilang ya... Більше

Alan dan Ara
Mengatur Strategi
Makan Malam
Toko Buku
Alan Marah
UKS
Di gibahin
XII IPA 1
PMS
Surat cinta
Kantin
Hari Mager Nasional
Belajar Bersama
Masa Lalu (a)
Artis
Hukuman
Minta Maaf
Masa Lalu (b)
Olahraga
Basket
Rahasia
Janji
Ingkar Janji
Taman
Dua gadis pembawa perubahan
Keputusan
Amarah
Insiden
Rumah Sakit
Permulaan
Perpisahan
Kelulusan
Kehidupan Baru
Tentang Kata
Cemburu
Kepingan Ingatan
Tentang Ara
Jatuh cinta
Drama Absurd
Sebuah Rencana
Jakarta
Pesta Ulang Tahun
Lamaran tak terduga
Hari Bahagia
Extra Part 1
Sekilas Info
Sequel?
Cekidot
Vote Cover
Mari kita liat
OPEN PO
Attention
Something Special

Mimpi Buruk

2K 320 159
Від tiashaara

Ara terbangun dengan napas yang memburu. Matanya sembab, wajahnya pucat pasi. Mimpi buruk ini benar-benar membuatnya takut.

Sudah hampir lima tahun Ara berusaha untuk melupakan kejadian itu. Tapi, entah mengapa dia bisa memimpikan hal itu lagi.

Mimpi itu terlihat begitu nyata. Alan yang berlumuran darah. Alan yang masuk rumah sakit hingga dia koma selama hampir tiga bulan. Ara yang selalu menangis di pojok kamarnya. Semua itu kembali Ara lihat didalam mimpinya.

Ara menoleh melihat jam yang menunjukan pukul empat pagi. Dia bergegas pergi menuju kamar Alan. Pikiran Ara benar-benar kacau. Dengan langkah gontai dan masih tetap menitikan Air mata, Ara berusaha pergi ke kamar Alan yang berada di samping kamarnya.

Ara membuka pintu secara perlahan. Dia bisa melihat Alan yang tengah melaksanakan shalat tahajud. Ara memilih diam di ambang pintu. Menunggu Alan selesai melaksanakan ibadahnya.

Ara mengatur pernapasannya, dia berusaha membuat suara tangisannya tidak terdengar. Sekarang, lulutnya terasa begitu lemah. Dia memutuskan untuk duduk menggelosor di depan pintu kamar Alan.

Alan selesai melaksanakan shalat dan berdoa. Dia beranjak untuk mengambil Al-Qur'an. Langkahnya terhenti saat merasakan keanehan. Dia lantas menoleh ke arah pintu dan menemukan Ara dengan tatapan kosong dan wajah yang dipenuhi air mata.

Alan mendekat. "Ra. Lo kenapa?" tanya Alan kebingungan.

Bukannya menjawab. Ara malah mengulurkan tangannya guna menelusuri wajah Alan. "Lo gak berdarah kan Lan?" gumam Ara lirih.

"Lo gak akan tidur lama lagi kan?"

"Lo baik-baik aja kan?"

Ara terus saja mengoceh seraya menangis. Alan menyadari satu hal, Ara pasti bermimpi tentang kejadian lima tahun yang lalu sama seperti dirinya.

Alan menghapus air mata Ara. Dia dengan cepat menggendong Ara dan memindahkannya ke ranjang. "Lo tenang ya. Gue gak papa kok."

Alan merengkuh Ara kedalam pelukannya. Ia mengusap puncak kepala Ara lembut. Berusaha menyalurkan ketenangan pada Ara.

Ara sudah lumayan tenang. Tapi dia belum mau bersuara lagi. Dia bahkan memegang tangan Alan erat. Seakan-akan takut kehilangan sahabat kecilnya itu.

"Ra, Biar lo tenang, mending lo ambil wudhu dulu ya. Bentar lagi adzan subuh. Kita shalat bareng." Alan berbicara lembut. Dia menunggu respon Ara. Ara mengangguk. Kemudian mulai melangkah ke kamar mandi.

Alan menatap punggung Ara sendu. Dia paling tidak suka melihat Ara menangis dan menyiksa diri atas kesalahan yang bahkan tidak Ara lakukan.

***

"Lan, Ara kenapa? Kok dia diem aja? Ara sakit?" Aletta bertanya sesaat setelah Miss Diana keluar kelas. Dia melihat Ara yang tengah terpejam seraya bersandar pada pundak Alan.

Pertanyaan Aletta mewakili rasa penasaran teman kelasannya yang lain. Pasalnya, dari awal masuk Ara hanya diam. Dia bahkan terlihat sangat murung. Belum lagi Ara sama sekali tidak melepaskan tautan tangannya dengan Alan.

Selain itu, hari ini semua hal yang berbau pelajaran Alan lah yang mengerjakan. Itu semua membuat seisi kelas dan dua guru yang mengajar sangat keheranan.

Alan menatap Aletta sebentar. "Ara gak papa kok. Mood nya emang lagi jelek. Gue saranin lo gak perlu terlalu peduli," ucap Alan pelan. Dia mencoba membuat Ara tidak terjaga dari tidurnya.

Aletta mengangguk. Dia memilih menuruti Alan untuk tidak terlalu kepo. "Ehm. Gue ngerti kok. Gue mau ke kantin. Lo mau nitip makanan buat Ara?" Aletta menawarkan diri untuk membelikan Ara makanan, tapi ditolak secara halus oleh Alan.

Aletta berbalik. Dia menghela napas berat. Sungguh, dia selalu penasaran dengan kehidupan Alan dan Ara yang dipenuh misteri.

Mereka berdua sangat tertutup, tidak ada satu orang pun di sekolah ini yang bisa dekat dengan mereka dan tidak ada yang tau perihal kehidupan pribadi keduanya.

Aletta keluar kelas. dia mendapati Alex, Dodi, Rocky, Marcel, dan Seila tengah menunggu dirinya.

"Jadi, Ara kenapa?" tanya Alex.  Aletta hanya bisa menggeleng. Mereka bertujuh menghela napas secara bersamaan. Alan dan Ara yang penuh misteri selalu membuat penasaran.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Kelas XII IPA 1 dengan sekejap berubah sunyi. Hanya ada Alan yang tengah menggendong Ara yang tertidur.

Mereka berdua mulai melangkah keluar kelas. Alan sengaja memilih untuk pulang di saat sekolah sudah sepi. Hari ini mereka berdua pergi sekolah dengan diantar menggunakan mobil. Itu lah alasan mengapa Alan menghindari banyak orang.

Ara menggeliat. Gadis itu mulai membuka matanya secara perlahan. "Alannn," suara serak khas orang bangun tidur pun terdengar.

Alan tersenyum, dia mengecup puncak kepala Ara lembut. "Princess akhirnya bangun juga," ucap Alan seraya tersenyum manis.

"Gue tidur lama banget ya? Turunin gue. Lo pasti keberatan." Ara berusaha turun dari gendongan Alan.

"Gak usah. Ini hari lo Princess. Jadi, biarin gue manjain lo." Ara menghentikan aksinya . Dia menatap mata Alan yang penuh dengan ketulusan.

Manik mata itu saling bertemu. Terpaut satu sama lain. Sehingga, waktu seakan berhenti sejenak. Mengurai segala pedih dan kenangan buruk. Kepedihan Ara pun seakan melebur bersamaan dengan terpaan angin yang berembus. Sungguh, tatapan mata Alan selalu menjadi obat terbaik atas setiap pedih yang dia rasakan. Tak lama berselang, lengkungan indah pun terbentuk di wajah mereka.

"Aden, Nona." Mereka berdua serempak menoleh saat suara yang cukup familiar di telinga mereka memanggil.

"Pak Rudi," ucap Alan dan Ara bersamaan.

Pak Rudi tersenyum ramah. "Tuan Roy bilang. Hari ini Aden teh disuruh bawa Nona Princess jalan-jalan. Dilarang membantah!" Ara dan Alan lantas tersenyum saat pak Rudi menirukan gaya bicara Roy di akhir ucapannya.

"Iya siap pak. Kita gak akan bantah kok. Iya kan Ra?" Alan meminta persetujuan Ara. Ara dengan cepat mengangguk.

Pak Rudi lagi-lagi tersenyum. Tingkah Alan dan Ara memang selalu menggemaskan. Pak Rudi bisa bilang begitu karena dia sudah bersama dengan mereka dari mereka bayi. Bahkan dia sudah menganggap mereka seperti anak sendiri.

"Ini den kunci nya." Pak Rudi menyodorkan kunci mobil membuat Alan dan Ara kebingungan.

"Loh kok kuncinya bapak kasih ke Arsal. Terus nanti pak Rudi naik apaan?" tanya Ara penasaran.

"Tenang aja Nona Princess. Bapak mah nanti pulang naik mobil yang baru selesai di service. Yaudah pak Rudi pergi dulu ya, buat Aden ganteng jangan lupa bikin Nona Princess bahagia." Nasihat pak Rudi sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Tenang aja pak, Princess hari ini pasti bakalan bahagia," ucap Alan seraya menatap pak Rudi yang mulai menjauh dengan senyumannya.

Kini Alan beralih menatap Ara. "Udah siap buat seneng-seneng princess?"

Ara tersenyum manis. "Siap banget."

"Yaudah turun."

Ara menaikan sebelah alisnya, "Turun?" Ara membeo.

"Iya, lo berat banget, beneran dah. Lagian gimana bisa gue masuk mobil kalo masih gendong lo kan?" gerutu Alan.

Drama di mulai.

Ara dengan segera turun dari gendongan Alan. Dia mengerucutkan bibirnya, kemudian memalingkan wajah. Tetapi, smirk jail mulai terbentuk diwajah imutnya.

Ara mulai melangkah. Disusul dengan Alan dibelakangnya. Begitu terus hingga akhirnya Ara memutuskan untuk berhenti. Ara menoleh kebelakang. "Elo kok malah ngikutin gue sih? Bukannya ngejar terus minta maap."

"Lah, emangnya harus?"

"Iya lah, di drama-drama itu kalo cewe marah cowonya bakalan ngejar terus minta maap."

Alan berjalan mendekat. Dia tersenyum miring. "Kita kan gak pacaran."

Ara tersenyum senang. Dia melingkarkan tangannya dileher Alan. "Lo emang pinter Lan. Lo tau kalo gue suka bikin drama. Gue suka banget ngelakuin hal yang gak pernah dilakuin sama orang lain. Dan lo selalu ngerti apa yang gue pikirin."

Alan melingkarkan tangannya di pinggang Ara. "Cuma gue yang tau cara bikin lo bahagia. Karena kebahagiaan lo beda sama cewe mana pun."

Alan kini mulai mengangkat tubuh Ara. Selanjutnya ia memutar badan mereka berdua hingga mereka tertawa. Kemudian Alan dan Ara berlarian sambil bercanda. Hari itu. Alan benar-benar membuat Ara kembali ceria dengan cara yang bisa di bilang tak biasa.

***

Selamat malam, selamat istirahat.
Btw maap ya kalo part ini absurd. Jgn salahkan Alan dan Ara. Salahkan ke absurd'n gue aja.

Btw selamat menikmati /soksokngasihmakananbiardipuji 😂

Продовжити читання

Вам також сподобається

... Від uli3anne89

Підліткова література

1.7M 17.5K 5
Tentang Nadhira [SELESAI] ✅ Від Fannycantika07

Підліткова література

24.7K 4.5K 55
⚠️ WARNING !!! * Terdapat adegan kekerasan, terdapat kata-kata kasar. Bijaklah dalam membaca! * Terdapat unsur kebaperan! Nadhira Misha Malaika, na...
4.2K 960 40
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] The Fragavidma dikejutkan dengan penemuan seorang pendaki yang tak sadarkan diri di lembah hantu, ternyata mempunyai wajah y...
KGMXKTS Від ikyLaaa

Підліткова література

3.5K 827 77
Start - 17 Mei 2023 End - 04 November 2023 - Kylaa Said; "Sejak kapan jatuh cinta sendirian itu menyenangkan?" "Kisah yang tidak sengaja memasuki dun...