Merah : Kursi Belakang [Tamat]

By cettagama

109K 12.5K 779

Kelas IX⁴ punya banyak kursi, semuanya di pakai siswa untuk belajar. Namun tidak dengan kursi yang ada di sud... More

Tokoh
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33

Bab 29

2.1K 287 11
By cettagama

"Gawat teman-teman, Valentina mati di bunuh," ujarku panik saat kembali ke kelas.

"Serius?" tanya Nindy.

"Jangan pura-pura gak tahu, hanya kamu dan Valentina yang ada di WC waktu itu," balasku.

"Eh, eh, nuduh aku nih ceritanya?!"

"Kalaupun itu Merah, mana mungkin kan, gak ada kursinya di sana,"

"Bisa jadi itu berpindah, lalu kembali ke kelas,"

"Ngaku aja!"

"Serius! Aku gak bunuh dia!"

Aku yang kesal, menggeledah isi tas Nindy.

"Nyari apa sih?!" ujarnya.

"Nyari bukti!" balasku.

Akhirnya aku menemukan cutter penuh darah di dalam tasnya.

"Nih?! Kalian semua percaya kan?! Ini pisau yang di pakai untuk menyayat tangan Valentina!" ujarku menunjukkan cutter penuh darah itu.

"Serius loh! Aku gak bawa benda begituan ke sekolah!"

Otak dan hatiku terus memaksaku untuk menusuk Nindy dengan cutter yang ku genggam ini, karena saking kesalnya sama perbuatannya yang kelewatan.

"Ulah Merah!" ujar Nindy.

"Bohong! Udah jelas ini sudah ada di tasmu!" balasku.

"Tenang dulu, logikanya karena Merah tak bisa membuat kita duduk di kursinya, dia mengadu domba kita agar saling membunuh, mungkin saja dia membunuh Verisa yang di kenal dekat dengan Valentina, kemudian Valentina yang mudah depresi itu menyayat tangannya sendiri, setelah itu Merah memindahkan pisaunya ke dalam tas Nindy yang saat itu di WC," gumam Rivania bak seorang Detektif.

Akkkhhh!!!

Jeritan terdengar dari arah belakang, tepatnya kursi milik Merah. Rivania tersungkur dengan sendirinya, kakinya di seret ke belakang. Namun, Aron datang menyelamatkan dia, sayangnya tenaga Aron kalah dengan Merah. Teman yang lain ikut membantu menyelamatkan Rivania, tapi tetap saja tak bisa.

"Kau harus bertahan! Kami butuh teman sepintar kamu untuk menyudahi masalah ini!" ujarku sambil terus menahan tubuhnya yang terseret kebelakang itu.

"Kalau begitu! Biar aku yang berkorban!" ujar Aron yakin.

"Jangan!" sorak Devan.

Aron menatap kami semua dengan teguh dan yakin, dia bangkit dan duduk di kursi Merah.

Seketika Rivania berhenti diseret.

Aggghhh!!

Aron menjerit, rahangnya terus terbuka, memaksanya terus terbuka, perlahan-lahan pipinya robek hingga telinga, tak lama kemudian rahang bawahnya hampir copot.

Rivania menjerit ketakutan, di hatinya penuh rasa sesal, saking cintanya Aron mau mengorbankan nyawanya.

Tak puas dengan rahang Aron, Merah juga memasukkan tangannya ke dalam tenggorokan Aron, lalu di robeknya dari dalam dengan kuku panjangnya. Robekan dari leher sampai hidung itu membuat Aron langsung kehilangan nyawanya.

"Hentikan!!" jerit Rivania.

Aku dan Nindy memeluk Rivania, mengurangi depresinya.

---

Jasad Aron yang malang itu di bawa Ambulance agar segera di istirahatkan. Meskipun dalam keadaan seperti ini, Rivania tak berpikir lewat batas.

"Merah sedang menjadikan aku target, tak dapat membunuh aku dengan menarikku, dia membuat ku hancur agar memberikan nyawaku padanya, gak mungkin, Merah!" ujarnya dengan pipi yang dibanjiri air mata itu.

Continue Reading

You'll Also Like

23.5K 7.6K 35
BRAK!! Rara terjuntai sampai bokongnya menabrak mesin cuci, ia terkedjoed sekaligus terheran-heran melihat wujud yang ada di hadapannya. Siapa ketiga...
386K 3.3K 18
18++ Bukan konsumsi anak2 Sekian lama menjanda, kau mendapatkan kabar jika ibumu akan menikah. Mungkin bagi sebagian anak. Ia akan bahagia. Namun tid...
213K 23.1K 24
"Semenjak nenek meninggal, suasana rumah jadi menyeramkan. Nenek suka datang di waktu malam, mengetuk pintu dan jendela. Kadang juga bernyanyi dan me...
23.9K 2.4K 21
Saat Xena dibawa masuk ke dalam sebuah mansion. Sesosok anak kecil menatap tajam kearahnya. Sosok yang jelas tahu bahwa Xena bukanlah sosok saudara k...