Selamat datang di neraka.
Mungkin itu menjadi sambutan yang paling tepat saat ini. Saat Heejin kembali hadir dalam kamar yang sekaligus akan menjadi kelas bagi Heejin dan muridnya, Kim Taehyung. Bersyukur Sejin mau mempertimbangkan penawarannya meski meminta waktu untuk menanyakannya dulu pada Tuan Muda-nya.
Heejin sudah tak peduli. Ia berusaha membuang rasa malunya jauh-jauh. Kalau terus mempertahankan gengsi, kemungkinan besar hidupnya akan segera tamat. Toh ia tak serta merta tiap hari akan bertemu muridnya. Hanya empat kali dalam seminggu. Hanya ...
Sepertinya dia suka mandi sore apa bagaimana, erang Heejin dalam hati saat ia kembali pada posisi menunggu di sofa abu-abu setelah diantarkan oleh Sejin. Dan benar, tak berapa lama, muridnya sudah keluar dengan rambut basah dan kali ini, menggunakan bathrobe abu-abu.
"Eh, hai! Tidak perlu berkenalan lagi kan, Heejin?" Taehyung tengah berjalan kearahnya. Berbeda dari sebelumnya, Heejin mulai belajar membiasakan diri dan bersikap lebih baik.
Kebencian dan amarah tidak akan menyelesaikan masalah, seperti yang pernah Ayah tekankan. Manusia pemaaf memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan menyenangkan. Berbeda dengan mereka yang suka menyimpan amarah dan dendam. Mereka akan lebih mudah sakit dan frustasi. Amanat itu rupanya dipegang teguh oleh Heejin.
Heejin berusaha mensugesti dirinya berkali-kali sebelum bertemu Taehyung kembali, ia berusaha untuk memaafkan dan memutuskan untuk menciptakan suasana yang lebih baik.
"Iya, tidak usah. Terimakasih sudah menerima aku kembali, Taehyungー" Tenggorokan Heejin agak tercekat. Aneh juga menyebut nama itu dalam mode informal. Tapi sudahlah, toh itu kemauan Taehyung dan Heejin juga tak keberatan. Apa-apaan memanggil muridnya dengan sebutan Tuan. "Tapi tolongー"
"Iya. Sejin hyung sudah bilang. Tidak kuungkit lagi. Lagi pula, kan waktu itu aku hanya bercanda, kau saja yang menanggapinya serius."
Lihat! Belum apa-apa pria Kim itu sudah membuat Heejin menghela nafas. Sudah dibilang jangan dibahas, masih saja dibahas. Sudahlah, Heejin pasrah saja setelah menyadari Taehyung itu memang sulit dikalahkan.
"Kalau begitu, bisa kita mulai sekarang?"
"Apanya?" Taehyung sampai menghentikan acara menggosok kepalanya dan melihat kearah Heejin secara lebih serius.
"Ya pelajaran piano-nya. Apa lagi?"
Taehyung terkekeh. Suasananya seolah mencair begitu cepat, meski didukung kejadian tidak mengenakkan di masa lampau, tetapi justru secara alami membangun suasana yang lebih akrab.
"Baiklah. Ayo kita mulai."
"Bajumu?"
"Kenapa dengan bajuku?"
"Kau tidak pakai baju?"
"Ini bukannya sama saja dengan baju?"
Heejin tak habis pikir. Pria itu mungkin memang sudah gila. Bagaimana bisa bathrobe disamakan dengan baju. Tapi sudahlah, dia tidak ingin kehilangan tenaga sebelum mulai mengajar. Tanpa menanggapi pertanyaan Taehyung, ia sudah berjalan ke arah piano. Duduk menyisakan sisi kosong di kursi piano yang tak cukup luas.
Taehyung segera menyusul, duduk di sebelahnya pula. Heejin hampir membuat jarak. Meski sedetik kemudian menyadari tak ada lagi sisa di kursinya. Jadi mereka duduk tanpa jarak. Beberapa menit pertama membuat Heejin agak kacau karena ia tidak pernah seintim ini dengan pria, terlebih pria dewasa, selain Ayahnya tentu saja, dengan jarak sedekat ini pula.
"Tahap pertama, aku akan mulai dengan pengenalan tangga nada." Heejin berusaha menormalkan diri meski jantungnya memompa begitu cepat. Ia sendiri tak tahu apakah itu normal atau karena reaksi diri yang pertama kali bersentuhan dengan laki-laki. "Kau sudah paham tentang tangga nada kan sebelumnya, seperti C (Heejin menekan tuts), hingga ke C (tinggi), disebut sebagai tangga nada mayor karena memiliki ketukan cepat atau lebih riang. Contohnya seperti ini," gadis itu kembali menekan tuts.
Butuh waktu selama hampir dua jam bagi Heejin hingga sesekali ia membiarkan jemari Taehyung menari di atas tuts sesuai arahannya. Kalau boleh jujur, ia kagum dan sempat memuji jemari cantik milik pria itu. Terlihat terawat, bersih dan panjang.
Selain itu, Taehyung juga cukup penurut dan agak menggemaskan. Ia tekun sekali mengikuti arahan Heejin. Ketertarikannya pada piano rupanya tidak main-main. Mulutnya akan membuka cukup lama jika sedang antusias, terlihat lucu sekali. Ia juga tidak pernah membantah atau protes seperti murid-murid ciliknya sebelumnya, yang terkadang membuat dirinya pusing.
Mungkin prasangka Heejin tentang Taehyung sempat sedikit salah. Ya meski Heejin tidak langsung memutus tembok pertahanannya begitu saja karena siapa tahu Taehyung itu bisa berubah jadi jahat lagi.
"Wah, aku baru tahu kalau nadanya jadi begini." Taehyung masih asik dengan eksperimen barunya. Sesekali ia tersenyum bangga meminta penilaian dari Heejin. "Kalau ini bagaimana?"
Lalu Heejin mengarahkan jemarinya pada tuts yang lain. "Hasilnya jadi bunyi begini."
"Woah, Daebak!" Taehyung tampak takjub. Jika senyum ceria begitu, pipinya akan menggembung seperti roti. Lucu.
Apa-apaan, Heejin mengutuk pikirannya sendiri. Tidak boleh menilai dalam satu kali pertemuan, pikirnya.
"Hmm... sepertinya kelas kita akan segera berakhir," Heejin melirik jam di ponselnya. Kelasnya ternyata cukup menyenangkan dan tidak seburuk yang ia pikirkan seperti semula.
Pun Taehyung berpikiran sama. Ia belum puas dengan pelajarannya dan masih ingin belajar lagi. Belajar piano kini menjadi begitu menyenangkan dan menarik baginya. "Heejin."
"Ya." Heejin memindahkan tatapannya.
"Sebelum kelas berakhir, kau bisa memainkan satu lagu?"
Heejin tersenyum sumringah. Begitu cantik dan apik dimata Taehyung. Bukan hanya Heejin, Taehyung memang sering bertemu perempuan perempuan cantik dan ini juga terlihat cantik.
"Tentu, ada permintaan, Taehyung mau lagu apa?"
Taehyung tersenyum. Gadis itu menyebut namanya serupa anak kecil yang membuatnya terlihat menggemaskan. Rupanya Heejin sudah tidak begitu membencinya seperti semula. "Boleh?"
"Tentu. Kalau tahu, akan Heejin mainkan."
"Aku sering menjadikannya lagu pengantar tidur. Judulnya Close to You. Mainkan itu saja."
Heejin tak segera menggubris. Ia terdiam selama beberapa detik. Bukan, bukan ia tidak tahu melodi itu. Tentu ia tahu dan ia juga suka. Tetapi memainkannya dalam keadaan seperti saat ini. Terlebih saat ia tahu maknanya, dan ia hanya berdua dengan ... astaga Heejin membuang jauh jauh pikirannya sendiri.
Tidak. Justru harusnya jika ia merasa baik-baik saja, tak akan ada masalah dan akan memainkan lagu itu. "Baiklah."
Heejin mulai membiarkan jemari mungilnya menggapai masing-masing tuts piano sesuai arahan isi kepalanya. Sesekali ia memejam saat tiba pada nada nada tinggi yang menghasilkan melodi begitu indah.
Saat hampir selesai, Heejin malah menaruh tatap pada pria di sebelahnya. Lirik terakhir lagu itu berderet di dalam kepala.
"Why? Close to you"
Malah suara tepuk tangan Taehyung yang menyadarkan Heejin bahwa permainan pianonya sudah selesai. "Wow, cool!" Taehyung bahkan mengangkat tangannya dan mereka melakukan tos.
Heejin bingung sendiri. Sesuatu yang aneh baru saja menyerang dirinya. Sesuatu seperti kupu-kupu merangsek di sekitar perutnya saat melihat senyum Taehyung. Bahkan wajahnya terasa panas dan ia segera membuang pandangannya dari Taehyung. Melihat kemana saja asal bukan wajah Taehyung.
Apa yang terjadi?
[]