ALYAKSA (completed)

By lovelyliy

79.3K 5.6K 438

"Gue bisa ngelakuin sesuatu yang nggak gue mau demi dapetin apa yang gue mau." Alysa Keyra "Bisa gak, lo berh... More

PROLOGUE
ALYAKSA
1. Lo lupa?
2. PENDIAM
3. Balikin!
4. TERPURUK
5. Stop!!
6. BERTEMU
7. Pinter ngomong,
9. Damn!
10. PENASARAN
11. Tinggal ikut!
12. BERLANJUT
13. Mampus!
14. PEDULI
15. Gue gak sempurna,
16. MENUNGGU
17. Ngapain repot-repot?
18. ANEH
19. Lupa balikin,
20. SAINGAN
21. Dengan satu syarat!
22. KETERLALUAN
23. Terlalu mudah!
24. BERHENTI
25. Mau lo apa?
26. MENDAPATKAN
27. Jauhi Alysa!
28. BERBEDA
29. gak betah,
30. PEDULI
31. Lo di sini?
32. IKATAN
33. Bisa, kan?
34. TERBANG
35. Buat lo nurut,
36. RESTU
37. Perfect!
38. MENUNGGU
39. Lo sendiri?
40. TERLAMBAT
41. jadi kapan?
42. KACAU
43. Nungu gue pergi dulu?
44. ENDING
EPILOG
Fix, You!

8. SALAH

1.4K 114 2
By lovelyliy

"Trailer ALYAKSA" sudah diupload di IGTV instagram yaaa :)) bagi yang mau nonton silakan kepoin ke sana ❣

Cinta? bagi Aksa itu hanya sebuah kata tanpa makna. Perasaan semacam itu hanya bersifat sementara. Ia punya bukti konkrit dalam pemikirannya ini.

Mungkin dulu Aksa sempat percaya perihal cinta yang membahagiakan, penuh canda, tawa, dan kebersamaan yang akan berlangsung selamanya. Sampai pada akhirnya orang yang membuatnya yakin akan hal itu menjadi orang yang juga mematahkannya.

"I love you to the moon and back." Kalimat romantis yang selalu ayahnya ucapkan pada ibunya, nyatanya kini kalimat itu terucap untuk wanita lain. Bahkan masih teringat jelas dalam ingatan bagaimana senyum manis sang ibu ketika mendengar ayah mengatakannya. Semudah itukah seseorang hilang dari ingatan?

Hal yang terasa menyenangkan dapat berubah menyakitkan ketika diingat pada suatu kondisi yang sudah tak lagi sama. Seseorang yang begitu dispesialkan pada masanya, bisa jadi yang seolah tak pernah diingat sama sekali setelahnya. Terlupakan itu jadi hal yang lebih menyakitkan dari sekadar tergantikan, dan wanita yang paling ia cintai mengalami keduanya.

Flashback on

"Kalau nanti Mama udah gak ada, Aksa masih bakal inget sama Mama gak?"

"Gak ada? ke mana?" Aksa kecil bertanya dengan polosnya.

"Ke suatu tempat yang gak bisa Aksa susulin."

"Kalau Aksa lupa, Mama marah gak?"

"Hemm, enggak marah, tapi mungkin Mama bakal sedih."

Flashback off

"Dan aku gak akan bikin Mama sedih." ucapnya sembari mebgelus batu nisan bertuliskan nama sang ibu.

Hari ini tepat ke 10 tahun ibunya tiada dan dari tahun ke tahun situasinya sama, hanya ia satu-satunya orang yang berkunjung.

Aksa menarik kedua ujung bibirnya. "Mama masih punya aku yang akan selalu mengingat Mama seumur hidupku."

Kring kring ...
Ponsel Aksa berbunyi,

"Kakak di mana?" terdengar suaracempreng dari balik teleponnya. "Aku ... Okho khhoo."

"Halo? Naya kamu kenapa?"

"Kakak kapan pulang? Okho okho khhooo  ...."

"Sekarang, sekarang kaka pulang."

Aksa menutup telepon.

"Bukan karena Mama gak lebih penting. Jangan salah paham," ucap Aksa kemudian sebelum akhirnya pergi dari sana.

Aksa mengembuskan napas berat ketika sampai di depan sebuah rumah besar yang telah hampir satu tahun tak pernah ia datangi.

"Masih ingat pulang?" sambutan dari sang tuan rumah pertama kali.

"Aku ke sini cuma mau ...."

"Kakak ..." teriak Nayara membuat kalimat Aksa menggantung.

Tangan mungil Nayara melingkar erat pada tubuh manusia jangkung di depannya.

"Kamu sakit? Hm."

Naya menggelengkan kepalanya. "Naya cuma habis renang."

Gadis itu pun membuat jarak. "Jadi harus sakit dulu biar kaka mau nemuin Naya, gitu" melipat tangannya di dada.

"Sukur kalo kamu baik-baik aja. Kaka pulang dulu."

"Aduhh!" lenguh Naya kemudian, membuat lelaki yang sudah balik badan kembali menaruh perhatian.

"Kok kepala Naya sedikit pusing, ya ...."

"Kita ke rumah sakit."

Wajah Nayara memerah. "Tapi kayaknya dibacain dongeng sama kaka udah bakal langsung enakan, sih."

Aksa menilik curiga.

"Plis ... ya, ya?" Dua tangan Nayara saling bertautan seraya memohon.

"Ck. Yaudah kalo gak mau. Sana pulang. Naya gak akan pernah minta kaka lagi ...."

"Oke."

Dibarengi tubuh Nayara yang melayang. Aksa mengangkat beban yang kian berat itu dengan ringan.

Nayara kegirangan. "Thank you."

Gadis itu rindu dibacakan dongeng oleh suara datarnya, tak bernada tapi bisa menghantarkannya tidur nyenyak.

"... kemudian datanglah seorang pangeran ...." suara Aksa memelan,  selalu pada bagian ini. Nayara terlelap sebelum dongengnya selesai sampai akhir, mungkin ia belum tahu kalau cerita ini mempunyai ending yang membahagiakan.

"Lebih baik begitu, biar gak berekspetasi tinggi di kehidupan nyata karena gak pernah ada akhir yang sesempurna itu."

"Naya kangen ...." Nayara bergumam dalam tidurnya.

"Naya ..." panggil Aksa setengah berbisik. "Kaka pulang dulu," mengelus pangkal rambut adiknya lembut.

"Eh?"

Suhu tubuh Naya tinggi, padahal beberapa waktu lalu masih normal. Aksa kembali menyentuh bagian kening lalu ke lehernya. "Naya bangun!"

Tak ada jawaban. Gadis itu malah menggigil seperti orang kedinginan.

"Pa ..." teriak Aksa, "Papa!' menggendong Nayara keluar dari kamar.

"Naya demam," ucap Aksa, "kita harus bawa Naya ke rumah sakit."

"Papa udah tidur," suara lain menyahut.

Tangan wanita itu menyentuh tubuh Nayara untuk memastikan. "Pasti karena renangnya kelamaan tadi. Mami siapin air panasnya dulu buat kompresan."

"Ke rumah sakit!" ulang Aksa penuh penekanan.

"Ini cuma demam biasa, kalau demamnya gak turun baru nanti ...."

"Ck."

Rahang Aksa mengeras. "Biar gue sendiri yang bawa Naya, sori udah ganggu waktunya."

"Masih bangun, Mam?" seseorang yang baru datang bersuara.

"Eh," Aksa merebut kunci mobil dari pegangan lelaki yang baru datang itu. "L-lo ... hey, Naya? lo mau bawa Naya ke mana?"

Langkah Elvan terhenti ketika mendapati sentuhan dari ibunya. "Biarin aja. Dia harus tau sendiri baru percaya."

"Tapi Naya, Mam ...."

"Dia kakanya, Naya bakal baik-baik aja."

***

Selang satu kelompok lagi waktunya bagian Alysa yang maju hanya saja satu anggota kelompoknya masih belum memunculkan batang hidung.

Aksa sama sekali tidak bisa dihubungi. Lelaki itu sedang menguji kesabarannya.

"Bagas, temen lo mana?"

Bagas mengangkat bahu, pertanda tak tahu-menahu mengenai temannya. "Emang gue bokapnya."

"Usaha kek!"

"Gue harus ngapain, Alysa? emang kalo gue yang nelpon bakal langsung nyambung? nggak, kan?"

Mata Alysa teralih pada teman sebangku Aksa.
"Aksa mana?"

Kallista menggeleng.

"Ck! Katanya temen sebangku kok gak tahu."

"Alysa, ayo maju. Mana kelompokmu?" Helen berujar.

"Sebentar ..." Helen melihat sesuatu yang kurang, "Aksa ke mana?"

Alysa menggelengkan kepala. "Belum ada kabar, Bu."

"Mau maju sekarang atau diundur besok? kalau sekarang, nilai sebagaimana mestinya karena tepat waktu tapi satu temanmu itu gak akan dapat nilai, atau maju besok dengan nilai yang pasti dikurangi.

"Maju sekarang!" putus Alysa tanpa pertimbangan.

Satu anggota tidak seharusnya menjadi pengacau untuk semua bagian.

"Tapi, Al,"

"Gue bisa ngekaver bagian dia," tambah Alysa pada teman di sampingnya.

Menjadi yang terbaik memang tidak harus dilakukan bersama, terkadang orang yang tidak bertujuan sama menjadi penghalang, dan yang bisa dilakukan hanya terus berjalan walau harus meninggalkan.

Pemaparan tetap berlangsung sebagaimana mestinya. Tak ada keraguan karena Alysa merasa punya alasan kuat untuk keputusan yang ia buat.

"Al, kayaknya lo bakal kena masalah." Via berujar pada temannya yang baru saja selesai demgan presentasinya.

"Gue gak takut," balas Alysa tanpa ragu. "Cuma orang berpikiran dangkal yang bales dendamnya lewat tugas. Ngorbanin banyak orang? Hih. Bisa-bisanya."

"T-tapi gue pikir ... dugaan lo salah."

"Lebih baik ngorbanin satu orang daripada harus tenggelam bareng-bareng, Vi. Profesional."

"Kalo bisa selamat bareng-bareng kenapa harus ada yang dikorbankan."

"Viaaaa!" lenguh Alysa, "lo temen siapa sih sebenernya?!"

"Y-ya ... temen lo. Makanya gue ngasih tau." Via menggerakkan dagu ke arah yang sama sekali belum Alysa sadari.

Tampak seseorang yang sudah Alysa tuduh habis-habisan terlihat bicara dengan Helen.

"Harusnya gue nunggu, Vi." Alysa menyalahi hal yang sebenarnya ingin ia lakukan.

Aksa datang di tengah pelajaran. Mungkin sekarang sedang mengobrolkan tugas pengganti dari nilainya yang hilang.

Pelajaran sudah usai namun tidak dengan rasa bersalah yang kian menjalar pada batin Alysa. Haruskah ia meminta maaf? tapi ia bahkan tidak melakukannya untuk kepentingan pribadi.

Untuk kesalahan yang Alysa lakukan saja, ia selalu bisa mengeles yang berujung kesalahan itu menjadi tidak ada padanya. Apalagi hal semacam ini? entah harus apa kalau seandainya Aksa tak pernah bisa didapatkan, tapi nyatanya dugaan semacam itu tak pernah sekalipun terlintas di dalam pikiran.

"Gue duluan!" Alysa meninggalkan temannya yang masih sibuk memasukkan alat tulis ke dalam tas.

"Udah minum obat 'kan?" ucap Aksa di balik teleponnya.

"Siapa yang sakit?" suara Alysa menengahi kesibukan Aksa yang tengah menelpon.

"Sebentar lagi kaka pulang." Aksa mengakhiri teleponnya dengan suara yang dipelankan. Tak mau terdengar oleh gadis di depannya yang sudah jelas ingin tahu banyak tentangnya.

"Kenapa?"

"Cuma nanya aja."

"Mau ngomong apa?"

Alysa berdeham. Lelaki ini memang tidak bisa diajak berbasa-basi.

"Gue buru-buru."

"Maaf!" pungkas Alysa susah payah. Untuk melakukan ini ia harus melawan batinnya yang bersi keras tak merasa salah.

"Buat?"

"Tadi. Gue gak bermaskud bikin lo susah. Gue cuma ...."

"Kalo gue jadi lo, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama."

Alysa mengerjap. "L-lo gak marah?"

"Seenggaknya gue gak perlu bilang makasih."

Jleb!
Simple. Dan kalimat sesederhana itu nuatanya membuat hati Alysa malah semakin tidak aman.

Bersambung ....

Continue Reading

You'll Also Like

12.4M 97.4K 12
Tetanggaan sama ketua osis di sekolah lo? Bayangin jadi Liyana yang setiap harinya di pantau sama ketua osis ganteng tapi nyebelin..
1.5M 66.2K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
69.6K 2.8K 41
⚠ Cerita masih lengkap. Dalam proses revisi⚠ #1 in Teenfiksi➡ 13 Juni 2020 #2 in Teenfiksi➡ 14 Juni 2020 #1 in Teenfiksi➡ 15 Agustus 2020 [Disarankan...
True Stalker By fly

Teen Fiction

33M 1.2M 27
TERBIT 📖 - Aku adalah stalker. Itu sebuah hobi? Bisa dibilang begitu. Tetapi, aku hanyalah seorang gadis SMA yang duduk di bangku kelas X. "L...