πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

By iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... More

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha

2.1K 130 17
By iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Keesokan harinya. Sinar matahari masuk dari celah jendela di dalam ruangan kecil itu, melintasi dua tempat tidur yang saling berlawanan satu sama lain. Cahaya kuat yang masuk membuat salah satu pria yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya berpikir sejenak. Dia menatap ke arah poster yang menempel di langit-langit tepat di atas tempat tidurnya...

Tharapun berpikir;

Tidak ada urusannya denganku. Aku sampai mati tidak akan berurusan denganmu, huh!

Pemikiran itu terus menerus berputar di dalam kepala Tuan Thara yang terbaring di tempat tidurnya sambil memutar perlahan tubuhnya ke kanan. Sepanjang malam dia hampir tidak tidur, memikirkan ekspresi seperti orang yang mau makan daging dan menghisap darah seseorang yang terbaring di hadapannya itu, sambil mengutuki dirinya karena menjadi orang yang kurang peka. Sebenarnya dia memutuskan untuk bangun, kemudian mandi, lalu berganti baju dan pergi meninggalkan asrama secepatnya, tapi dia sadar, kalau sekarang masih belum saatnya asrama dibuka.

Kalau sudah waktunya, pokoknya langsung mandi, cari makan, dan masuk kelas.

Pemuda ini terus menerus mengatakan pada dirinya seperti ini, sebelum dia memutar tubuhnya untuk melirik ke arah orang yang terlihat sedang tertidur lelap di atas tempat tidur berlawanan darinya...

Orang yang sedang tertidur itu terlihat sudah jatuh tertidur dengan tenang, tidak terlihat ketakutan mendapatkan mimpi buruk seperti saat malam kemarin. Itulah mengapa, Tuan Thara terlihat frustasi sendiri, meskipun si tersangka yang membuatnya galau sama sekali tidak merasakannya!

"Hahh"

Pada akhirnya Sang Drummer tampan itu menghela nafasnya lagi, sebelum dia meraih ponsel untuk melihat waktu...

Sudah jam 6

Matanya berkedip, tangan besar itu membuka selimut yang menutupi tubuhnya, kemudian melipat selimut dengan seenaknya, lalu meletakkan selimut itu di ujung tempat tidur. Saat ini Tharn melirik untuk melihat si bocah bernama Type dengan sedikit berpaling, kemudian menghela nafasnya lagi sambil membatin;

Sudah dikatai sampai seperti itu, masih mau perduli dengannya lagi.

Setelah memikirkan ini, Tharn langsung saja bergerak secepat mungkin untuk berangkat ke kampus. Berpikir memang sebaiknya buru-buru meninggalkan ruangan, agar tidak bertemu orang yang sedang tertidur itu dan memulai pertengkaran lagi. Dia tidak ingin berhadapan dengan ucapan jahat dan tidak berperasaan darinya lagi.

Orang seperti Type meskipun sebenarnya berhati lembut, tapi sikapnya benar-benar kasar, terutama jika berhadapan dengan seseorang yang tidak disukainya.

Meskipun pemuda itu berulang kali bicara tidak akan mau berurusan, tidak tertarik, ataupun tidak ingin memperhatikan apapun yang berhubungan dengannya. Tharn malah baru selesai mandi dan berpakaian setelah lebih dari pukul 7 pagi, walaupun begitu, dia masih belum meninggalkan asrama. Kedua kakinya yang seharusnya membawa pemiliknya untuk segera meninggalkan asrama, membuatnya kembali ke dalam ruangan asramanya lagi.

Ini karena aku lupa membawa buku catatanku, tidak lebih dari itu

Saat ini dia menemukan alasan untuk dirinya kembali, pemuda itu diam-diam masuk ke dalam ruangan yang tenang. Berbeda dengan ruang asrama yang lain, teman-teman yang tinggal dalam satu asrama dengannya sudah mulai bangun. Mereka mulai sibuk mandi untuk mengikuti kuliah. Sedangkan Type tetap di tempatnya, tertidur dengan lelap.

Bukannya mengambil buku catatan kemudian buru-buru keluar dari ruangan, Tharn malah duduk di atas tempat tidurnya.

Duduk dulu sambil menunggu sebentar, kenapa harus buru-buru.

Sekali lagi Tharn membuat alasan untuk dirinya sendiri sambil mengambil ipod miliknya, kemudian memasang headphone di telinganya, menyalakan lagu yang nadanya bergetar di kepalanya yang kacau, meskipun begitu pandangan matanya masih menatap ke arah tempat tidur teman sekamarnya yang terlihat begitu tenang sejak dia bangun tidur.

Benarkah dia baik-baik saja?

Pemuda itu menggelengkan kepalanya sambil melempar jauh-jauh pemikiran yang terbesit dihatinya. Padahal, dia mendengarkan musik saat ini sambil berusaha untuk menenangkan dirinya. Meskipun begitu, sekarang dia mulai tidak tahan, dia sekarang menolak untuk berhenti mencari alasan meskipun tahu bahwa tindakannya sekarang ini begitu bodoh... Dia memutuskan untuk tetap menunggu di dalam ruangan, memastikan bahwa kondisinya benar-benar tidak ada apa-apa, setelah itu berangkat kuliah.

Hah, pada akhirnya dia yang malah menjadi seseorang yang lemah

Tik...Tik... Tik...

Jarum jam terus bergerak, dari jam 7 lebih 30 menit, kemudian lebih 45 menit, dan pada akhirnya terhenti di 47 menit. Belum ada tanda-tanda bahwa orang itu akan terbangun.

Kali ini ekspresi wajah pemuda itu mulai terlihat cemas, diapun menunduk untuk melihat jam.

Segera saja dia menarik ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku, dia sadar jika dia tidak pergi sekarang, maka dia tidak akan punya waktu untuk sarapan.

Mungkin terlambat di angka 50 menit bukan masalah, tidak bisakah orang yang tidak punya kelas pagi itu menggerakkan tubuhnya sedikit saja, dia benar-benar tidak apa-apa 'kan?

"Ah sialan, ayolah!"

Pada akhirnya orang yang baru saja mengaku tidak perduli itu berdiri dari tempatnya, kemudian maju dua langkah dan berhenti di depan seseorang yang terbaring di atas tempat tidur dengan tenang sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut .

"Type, sebentar lagi jam 8! "

Pemuda itu pada akhirnya berbicara dengan suara keras sambil memegangi bahunya, setelah itu menggoyangkan tubuhnya.

"JANGAN MENGGANGGUKU!!!"

Suara teriakan yang sama dengan kemarin kembali masuk di kepalanya. Sampai pada akhirnya sebuah tangan keluar dari dalam selimut sambil memegangi udara, segera saja Tharn menarik tangan ke sisi tubuhnya, dia kali ini berbicara padanya dengan nada yang sedikit lebih keras;

"Bangun, mau tidur sampai kapan?"

Suaranya terdengar suram dan tidak bahagia, dia terdengar marah karena membangunkan musuhnya. Tapi siapapun yang melihat ke mata Thara saat ini, mereka akan menemukan. Perasaan yang terpancar jelas di matanya... Menggambarkan perasaan cemas.

"Type, sudah bangun 'kan!"

"Em"

Suaranya cukup membuat perasaan Tharn menjadi sedikit lebih baik. Dengan jelas dia bisa melihat anak itu bergerak, setelah itu dia berbicara dengan suaranya yang dalam dan tegas;

"Bangunlah dari tempat tidur. Aku membangunkanmu bukan karena aku suka padamu, tapi karena sedang beramal padamu"

"Em"

Suara serak seseorang yang baru bangun tidur terdengar keras dari bawah selimut. Membuat orang yang mau pergi kuliah tidak tahan untuk berbicara lagi;

"Bangun, sudah terlambat..."

"Diamlah"

Sampai akhir, Tharn tahu tidak akan ada ucapan terima kasih darinya. Meskipun begitu, dia juga tidak menyangka akan mendapatkan perintah untuk 'diam' darinya. Anak itu malah menarik selimutnya dengan erat menutupi kepala, sedangkan suaranya terdengar serak saat memerintah;

"Jangan ganggu"

Pria tinggi itu mengepalkan tangan dengan erat, dia menatap ke arah orang yang sedang bersembunyi di balik selimut untuk sejenak, kemudian berbalik dan merebut tas punggungnya, setelah itu berjalan pergi meninggalkan ruangan dengan tenang. Tanpa mengucapkan sepatah kata atau membuat suara seperti biasanya.

Ucapan yang diterimanya cukup untuk tahu seberapa besar rasa benci yang dirasakan orang itu padanya.

***

RRRRRRRRRRrrrrrrrrrrrrrrrrrr

Setelah pintu ditutup. Terdengar suara ponsel berdering di bawah bantal dengan suara yang keras. Suara itu bergema di ruangan, membuat orang yang baru saja mengusir seseorang yang berharap dia baik-baik saja mulai saja aktif bergerak di bawah selimut. Meskipun begitu, dia sama sekali tidak merubah posisi tidurnya sama sekali. Dengan suara serak, dia bergumam;

"Brengsek suaranya, membuatku sakit kepala sampai rasanya mau mati"

Type bicara sambil mencari ponsel untuk membuatnya tenang, setelah menemukannya, dia menarik selimutnya kembali, berusaha membuka matanya yang berat dengan susah payah.

"Hei No..."

"Hei Type, kamu dimana? Hari ini aku berangkat kepagian, ayo cari makan dulu"

"Aku... Tidak pergi..."

"Suaramu aneh. Baru bangun ya? Hei bangun! Mau berangkat ke kampus atau tidak. Jangan bilang sekarang baru melompat turun"

Karena merasa sangat pusing, Type rasanya ingin memberikan peringatan pada temannya yang berbicara, tapi dia hanya mampu menjauhkan ponsel dari telinganya, kepala rasanya berputar saat dia mendengarkan suaranya, meskipun saat ini dia memejamkan matanya, rasanya kepalanya begitu berat seolah nyawanya akan menghilang, dan jika dia mengatakan sesuatu, seluruh tenggorokannya terasa sakit, walaupun dia memaksakan diri untuk bicara, tapi tubuhnya tidak dapat bergerak.

"Kepalaku pusing"

"Oh, apa kamu sakit? Oke, kalau begitu tidak berangkat 'kan? Apa aku perlu naik ke atas untuk melihat kondisimu?"

"Tidak... Tidak usah..."

Tidak perduli sekuat apapun, mana bisa aku membukakan pintu untukmu?

"Sebentar juga sembuh. Cuma begini"

Pada akhirnya Type menutup telpon agar si penelepon tidak banyak berbicara, ditambah lagi dia dengan cepat mematikan ponselnya. Karena jika terdengar nada dering yang mengganggu lagi, kepalanya akan terus menerus berputar.

Sejujurnya, seluruh tubuh Type pasti dalam suhu panas seperti mau meledak, tanpa perlu meletakkan tangan di atas dahi untuk mengecek temperatur apakah dia demam, dia tahu dari uap panas yang menyebar dari tubuhnya di bawah selimut, jelas demamnya yang membuat suhu disekitar terasa sangat panas

"Aku benar-benar menyedihkan"

Type hanya bisa mengatakan pada dirinya seperti itu, setelah itu kesadarannya pun mulai menghilang. Kembali lagi mengingat gambaran buruk yang dilihatnya sepanjang malam.

Semalam, dalam mimpi buruknya Type berubah menjadi anak yang berusia 12 tahun, sedang membiarkan dirinya memeluk dengan erat si brengsek Tharn. Kemudian gambarannya ditarik paksa untuk kembali ke masa kecilnya. Dengan kondisi tubuh yang demam, rasanya benar-benar sebagus berada di neraka. Tapi hanya Tuan Thiwat yang bisa merasakannya saja.

***

"Apa-apaan dia, sebenarnya parah atau tidak sih?"

Di saat yang sama, Techno yang sedang berdiri ditengah-tengah kantin, berusaha untuk menghubungi kawannya lagi. Tapi sepertinya, kawannya ingin melarikan diri dengan mematikan ponsel. Tindakannya ini membuatnya sedikit ragu, temannya ini pura-pura sakit atau benar-benar sakit agar bisa bolos kelas. Sebenarnya, Mau benar atau tidak, Techno merupakan orang yang baik. Jadi hasilnya, dengan kedua kakinya yang bagus, dia berjalan ke salah satu lapak di kantin.

"Bibi, bungkuskan satu porsi *Khao Tom[2]"

Kamu harus sadar Type, kalau punya teman dekat sebaik ini.

Techno berpikir sejenak sambil menunduk, seandainya saja ada orang yang bisa dimintai tolong untuk membawakan makan sekaligus melihat kondisi temannya, tapi kalau dia sendiri yang pergi, dia tidak punya banyak waktu karena sebentar lagi harus masuk ke dalam kelas. Ditambah lagi mereka berdua mengambil jurusan berbeda, terutama hari ini kelasnya dengan Type berbeda. Dosen yang mengajar di kelasnya masih muda dan benar-benar kejam. Jadi jelas dia tidak punya waktu.

Membeli ini untuk dimakan sendiri sepertinya ide bagus. Kalau sudah dingin sih. Baru nanti aku pergi untuk menjenguknya.

"Eh, Itu Tharn, Heii Thaaarrnnnn!!!"

Mata Techno benar-benar bagus(ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan tinggi tubuh). Ketika Techno melihat musuh sahabatnya berjalan turun dari lantai dua menuju kantin dengan tas di punggungnya. Dengan membawa dua bakpao, Techno berteriak sekuat tenaga, membuat orang yang dipanggil berpaling.

"Sebelah sini, sebelah sini"

Sejujurnya, dia ini benar-benar orang yang baik.

Tapi sangkaan buruk Type , sialan benar-benar kuat.

Sebagai hasilnya, Techno bersikap sangat bersahabat, terutama untuk saat ini.

"Ada apa? Aku akan terlambat masuk ke kelas"

"Eh eh, apa Type benar-benar sedang sakit?"

"Hm?"

Orang yang ditanyainya hanya mengerutkan alis, saat Tharn bergumam di tenggorokannya, ekspresi wajahnya terlihat aneh. Seolah sadar soal itu. Sehingga Techno langsung mengatakan maksud perkataannya.

"Oh, aku sendiri tidak tahu. Dia cuma pura-pura atau benar-benar sakit 'kan? Tapi aku benar-benar mencemaskannya"

"Kenapa kamu berpikir kalau dia sakit?"

"Baru saja aku menelponnya untuk turun sarapan bersama, dia bilang kepalanya pusing. Kupikir dia sedang berjalan turun, tapi suaranya terdengar serak. Seperti tidak ada tenaga sama sekali. Aku bertanya padamu kalau-kalau dia benar-benar sakit, atau mungkin cuma pura-pura?"

Pertanyaan itu membuat Tharn tetap berdiri di tempatnya. Benar-benar terdiam. Sebelumnya dia menatap ke arah jam dan bermaksud untuk untuk bicara kemungkinan akan terlambat masuk ke kelas, tapi...

"Ini, aku juga harus masuk kuliah, dosenku benar-benar kejam. Kamu baik 'kan, bisakah membantuku, aku mau membawakan ini ke atas dan menengoknya apa dia benar-benar baik-baik saja?"

Sekarang Techno menarik tangannya, kemudian menghela nafas. Dia benar-benar mencemaskan sahabatnya, tapi tentu saja, dia lebih mencemaskan diri sendiri. Jadi sekarang saat dia ingin menambahkan bicara, tiba-tiba.

"Ini Khao Tom-mu, ambilah"

"Hm?"

Tangan Techno yang ingin mengambil bubur terhenti saat seseorang tiba-tiba mengulurkan tangan melewati wajahnya. Orang itu mengulurkan juga kartu kantin pada si bibi, dengan cepat berbicara;

"Kamu pergilah kuliah, aku yang akan menengoknya sendiri"

"Loh, bukannya kamu bilang ada kuliah..."

Techno yang bermaksud untuk bicara tiba-tiba menutup mulutnya, saat dia melihat orang yang paling dibenci oleh Type itu menunjukkan ekspresi yang begitu perduli dengannya.

Sejak kapan mereka berbaikan?

"Yah, tolong ya. Bisakah aku meminta nomer ponselmu? Kalau ada apa-apa, aku bisa menelpon dan bertanya"

Pada akhirnya, Techno menyimpan nomer teman baru ke dalam ponselnya. Dia menatap dengan perasaan aneh ke arah Tharn yang terlihat berlari saat berbalik untuk kembali asramanya. Tangannya menggaruk dagu sambil bicara;

"Oke, mereka itu sebenarnya saling membenci atau tidak sih?"

***

Tharn ingin meluapkan perasaannya dengan meninju seseorang, tapi yang bertindak paling buruk disini adalah dirinya sendiri. Dia benar-benar ingin memukul dirinya saat ini, karena tidak tahu bahwa teman sekamarnya berada dalam kondisi yang buruk.

Dia terbaring begitu tenang karena dia benar-benar sakit.

Pemuda itu benar-benar mengumpat di dalam hati.

Saat Tharn membuka kunci asrama, dia menemukan orang yang menyuruhnya untuk diam, masih tetap berada di posisi yang sama. Seluruh tubuhnya masih tertutup oleh selimut sampai ke kepala. Segera saja dia meletakkan makanan di meja, kemudian dia berlutut di atas lantai, lalu mengulurkan tangan untuk membuka selimut sambil berpikir

Kalau aku mendengar teriakan "Jangan ganggu aku!!!" seperti sebelumnya. Aku tidak akan berurusan dengannya, tapi kalau dia sampai mati itu akan jadi urusanku.

Setelah mendapatkan alasan yang cukup, Sekarang Tharn mulai menarik selimut yang menutupi wajah. Hal pertama yang dirasakan, telapak tangannya bisa merasakan uap panas, ketika selimut itu sudah terbuka....

"Dasar brengsek!"

Dia tidak sedang mengumpat seseorang terbaring di atas tempat tidur, tapi mengumpat pada dirinya sendiri yang tidak tahu apapun. Wajah dengan garis tegas dihadapannya sekarang terlihat pucat pasi, mulutnya terlihat kering, sedangkan keringat membasahi seluruh wajahnya. Tubuhnya yang sudah tidak di tutupi oleh selimut terlihat gemetaran tanpa di ketahui. Dengan buru-buru Tharn menyentuh dahinya.

"Kenapa sepanas ini?"

Jika dibandingkan, kalau dia berbicara padaku sedang dalam keadaan sakit, pasti dia pikir akan mendapatkan kritikan keras dariku.

Kedua tangannya memegangi bahu Type untuk menggoyangkan tubuhnya dengan lembut.

"Type, bisakah kamu berdiri?"

Saat tubuhnya digoyangkan, tubuh panas Type yang mengeluarkan uap, hanya bergerak sedikit, sedangkan alisnya terjalin seolah suara yang berbicara padanya membuat sakit kepalanya menjadi terasa lebih berat. Sehingga orang yang baru saja bolos itu segera melepaskan tangannya, kemudian pergi ke meja belajarnya. Dengan terburu-buru dia pergi untuk mencari obat di dalam ruangan.

"Dimana obat pereda demam?"

Tharn membolak-balikan isi laci dengan kasar, dia bermaksud mencari obat pereda demam.

Tentu saja, kalau dia mampu berkelahi dengan Type selama satu minggu, mana mungkin dia punya obat pereda demam.

Setelah menata kembali isi laci, kemudian merebut kunci dan dompet, lalu berlari turun untuk membeli obat di bawah gedung.

Tidak butuh waktu lama, Tharn kembali dengan membawa satu papan obat pereda demam, sebotol air, dan selembar gel pereda demam.

"Type"

Saat masuk, Tharn menggerakkan orang yang sedang sakit itu. Saat menemukan si pasien sedikit menggerakkan alisnya, dia merasa sedikit lega, kemudian dia buru-buru bertanya.

"Kamu demam. Bisakah kamu duduk dan minum obat?"

Type mengerutkan dahinya seperti merasa sangat pusing sebelum pada akhirnya menjawab;

"Tidak..."

"Cuma obat"

"Tidak... Tidak mau... Hiks... Tidak.."

Tiba-tiba saja, Tharn dibuat terdiam karena mengenal sikapnya yang seperti itu. Orang yang sedang terbaring di atas tempat tidur terlihat menentangnya begitu keras, bergumam sambil terisak sekali lagi. Dia bisa melihat tubuh orang itu gemetar hebat, jadi dengan cepat dia pindah untuk duduk di sampingnya, bibirnya terus menerus mengucapkan kata 'tidak'...

Ini bukan jawaban saat dia siuman. Dia mendapatkan mimpi buruk karena demam.

"Type, bangun, bangun, minum obatnya..."

"Engh... Hiks..."

Kali ini suara tangisan yang keluar benar-benar keras. Ditambah lagi, jika orang lain yang melihat kondisinya saat ini, terutama melihatnya gemetaran seperti anak kecil, dengan mata tertutup dan air mata mengalir. Siapapun yang melihat air matanya jelas akan menjadi lemah. Selalu. Apalagi, saat dia terlihat selemah ini. Tharn merasa tidak tahan untuk melihatnya, hatinya melemah dan anehnya seperti terluka. Tapi, orang yang sedang sakit tidak menyadari ini.

"Kalau kamu tidak minum obatnya, demamnya tidak akan mereda"

Nada bicara yang biasanya terdengar dingin sekarang berubah begitu lembut. Seolah sedang berhadapan dengan orang yang berbeda. Telapak tangannya yang besar dengan lembut menepuk pipinya. Dia tidak tahan untuk menyeka dengan lembut air mata yang turun dari wajahnya. Rasanya dia ingin tahu apa yang sedang dimimpikannya, sampai membuatnya sangat ketakutan.

Tapi, meskipun Tharn terus memanggil untuk membangunkannya. Orang yang tertidur itu terlihat tidak ingin bangun dan meminum obatnya. Saat dia mempertimbangkan, apa sebaiknya menggendongnya untuk pergi ke klinik kesehatan yang ada di asrama bawah, tiba-tiba saja terbesit sebuah pemikiran... Dia mungkin tidak ingin siapapun tahu tentang mimpi buruk yang dialaminya.

Sesuatu yang berhubungan dengan mimpinya ini, merupakan masalah serius, dan dia pasti tidak ingin siapapun menyentuhnya.

"Benar-benar sialan"

Tharn 3 kali mencoba untuk membuat Type meminum obatnya tapi gagal. Tharn memandang ke arah obat penurun panas dan air, kemudian memasukkan obat itu ke dalam mulutnya. Pada akhirnya dia memutuskan untuk memaksa kepala Type untuk tetap diam, dengan kekuatannya, lalu membatin;

Aku tidak sedang melakukan sesuatu yang buruk pada Type

Setelah menghela nafas, dia memasukkan obat diikuti dengan air ke dalam mulut Type...

"Hiks!"

Bibir itupun dengan tepat menyentuh bibir kering orang yang sedang sakit, sampai membuat Type mengeluarkan suara di tenggorokannya. Ketika mulutnya terbuka, obat berwarna putih itu langsung meluncur bersama dengan air dan masuk ke dalam tenggorokannya. Orang yang sedang terserang demam itu berusaha untuk bertahan, dia berjuang dengan seluruh tubuh yang terus bergerak, sedangkan kedua tangannya terus menerus mendorong orang yang sedang berada di dekatnya. Ditambah lagi, air mata yang turun dari matanya terlihat lebih banyak seolah dia merasa sangat kesakitan

"Tidak... Hiks... Hiks..."

Tapi Tharn menahan erat dengan kedua tangannya. Semua ini dilakukan demi kebaikan si sakit, karena demam yang dideritanya hampir membakar dirinya sendiri. Ketika tangannya menahan kepala, bibirnya ditekan untuk terbuka dan dia berusaha untuk menjaga agar lidahnya tidak digigit. Dia memaksa obat dan air langsung masuk ke dalam tenggorokan. Setelah selesai, dia segera menarik kepalanya.

"Cuma sedikit"

Meskipun si sakit terlihat seperti sesak napas. Tapi obat yang diberikan sama sekali tidak keluar. Dia telah berhasil memberikan obat pada orang yang sedang sakit itu. Ketika dia menarik kepalanya, tubuh di hadapannya terlihat sangat lemah, dia bisa merasakan temperatur yang sangat panas dari kulitnya. Telapak tangan besarnya sekarang berusaha untuk merapikan seprei, agar membuatnya nyaman terbaring.

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mengambil kesempatan darimu"

Tharn berbisik di telinganya, kemudian menggosok kepalanya. Sedangkan si sakit masih terbatuk. Setelah itu, dia menidurkan kembali si pasien, lalu menarik selimut menutupi tubuhnya. Kemudian mengambil selembar gel pereda demam dan melepaskan plastiknya, menempelkan ke dahinya.

Untuk sejenak, Tharn menatap pada seseorang yang sekarang sudah terlihat lebih tenang. Dia tidak tahan untuk mengangkat tangannya untuk menyentuh bibir pucat itu. Dengan suaranya yang dalam, dia bertanya pada seseorang yang sedang jatuh ke dalam mimpi buruknya;

"Apa yang sedang kamu lihat? Type katakan padaku, apa yang kamu lihat di dalam mimpimu."

Aku bisa membantumu.

Pertanyaan yang dilontarkan tidak mendapatkan jawaban

***

"Anak baik, buka mulutmu lebar-lebar. Bukalah mulutmu"

Tidak mau!!! Siapapun, tolong aku. Tolong aku. Hiks. Tidak

Type merasa tubuhnya seperti berada di dalam kotak dan dimasukkan ke dalam air. Seluruh tubuhnya melemah, rasanya seperti disiksa, tidak bisa bernafas. Meskipun dia berusaha untuk memasukkan udara ke dalam paru-parunya, tapi sepertinya tubuhnya tidak bisa mempercayai sama sekali apa yang sedang terjadi. Di samping itu, dia bisa merasakan perasaan sakit di ujung dagunya, perasaan jijik ingin memuntahkan sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya. Tapi dia hanya berteriak untuk meminta belas kasihan seseorang yang ada dalam pikirannya.

Tolong, tolong aku. Tidak mau, Tidak mau. Ayah, Ibu tolong Type. Tolong aku....

"Tidak apa-apa. Hanya minum obat demam. Setelah obatnya diminum akan sembuh"

"Tidak... Rasanya tidak nyaman"

Bagaimanapun tubuhnya rasanya sangat tidak nyaman, sedangkan jantungnya berdebar sangat kencang karena ketakutan. Dia bisa mendengar suara yang bergema di kepalanya, tubuhnya seolah sedang ditopang oleh tangan yang kuat. Sedangkan matanya hanya bisa melihat kabur sosok seseorang yang bergerak.

"Ibu... Tolong Type... Type melihatnya... Itu dia..."

Kedua tangan sekarang berusaha untuk memegangi tubuhnya agar membuatnya merasa aman. Entah siapapun yang melakukan, dia sekarang seperti bayi. Karena dia hanya ingin dipeluk oleh ibunya, jadi dia memeluk erat siapapun itu untuk menyapu mimpi buruknya, seolah dia kembali menjadi anak kecil lagi.

Dengan cepat tubuh hangat menyerangnya... Pelukan yang dirasakannya ini rasanya tidak menjijikan. Membuat orang yang sedang bermimpi, saat dipeluk olehnya bisa merasakan perasaan aman...

Orang itu memeluk tanpa mengatakan apapun, dia bisa merasakan orang itu hanya meletakkan telapak tangannya yang hangat di punggungnya, sambil menyeka air matanya.

Tapi saat Type merasakan pelukan itu menjauh. Type terkejut, dia segera menarik baju orang dihadapannya, matanya yang terbuka hanya menatap sosok kabur seseorang yang tinggi, lalu bicara;

"Ayah... Jangan tinggalkan Type... Jangan..."

Tanpa sadar Type menangis sambil merasa takut orang yang ada di hadapannya menghilang, sedangkan ingatan buruk yang dialaminya akan kembali. Suara memohon yang dilontarkannya membuat orang yang memeluknya kembali ke tempatnya untuk duduk, dia juga menggosok dahinya, orang yang sakit itu bahkan tidak ingat ayahnya melakukan hal ini atau tidak untuknya

"Tidak akan kemana-mana, hanya berpindah sedikit."

"Jangan... Pergi..."

"Tidak pergi kemanapun, tetap di sini"

Saat Ayahnya meyakinkannya bahwa dia tidak akan meninggalkannya. Bocah bernama Thiwat sekarang terdiam. Dia mulai melepaskan pegangan dari kemeja orang itu karena merasa nyaman. Dengan setengah sadar dia merasa ayahnya mulai memberikan obat lagi padanya, sedangkan ibunya datang untuk mengecek demam dan membelai dahinya. Membuat masa lalu yang buruk itu menjauh. Setelah itu perasaannya menjadi lebih damai dan tenang.

Matanya yang tertutup selama beberapa jam, sempat terbuka sejenak, kemudian dia kehilangan kesadaran lagi... Setelah beberapa jam kemudian dia terbangun. Pemilik pandangan mata tajam itu sekarang terlihat sangat kelelahan dan tubuhnya terasa berat, pandangan matanya masih belum benar-benar terfokus dan dia menemukan bahwa dirinya sekarang sedang berada di dalam kamar asrama.

Apa yang sedang kamu pikirkan, memperlihatkan semuanya sampai seperti ini

Type bertanya pada dirinya, kemudian dia memalingkan kepalanya, menatap ke arah meja jepang disebelahnya yang merupakan wilayahnya. Saat ini terlihat sebuah gelas yang terisi setengah, kemudian botol minuman, dan satu papan obat demam yang kotaknya tergeletak begitu saja di meja. Diapun mengangkat tangannya yang berat untuk memegangi dahinya saat ini.

"Siapa?"

Dengan cepat, dia menemukan selembar gel penurun panas tertempel di dahinya. Orang yang sudah merasa membaik sekarang mengaitkan alisnya. Karena jelas, dia tidak merasa tidur sambil berjalan, kemudian pergi untuk membeli obat demam sendiri. Kecuali, ada seseorang yang memang merawatnya selama sakit.

Tharn

"Tidak"

Ketika nama itu muncul di dalam hatinya, Type seketika itu menyangkal dengan mulutnya. Dia berusaha untuk menolak kenyataan. Tapi hanya dia satu-satunya orang yang akan kembali untuk menilik kondisinya baik atau tidak.

Tidak, pasti bukan. Dia pergi kuliah. Mana mungkin dia kembali untuk melihat kondisimu?

Pemikirannya ini, membuat kepala Type sakit. Sampai dia pada akhirnya memutuskan untuk tidak memikirkan apapun, meskipun dia masih berusaha untuk menemukan. Banyak alasan yang mengatakan pada dirinya bahwa Tharn tidak akan melakukannya. Tapi kedua matanya bisa melihat kondisi di di sekitar ruangan, seolah mengatakan padanya bahwa orang itu pasti ada di dalam sini, dan pastinya telah merawat seorang pasien.

"Kenapa kamu bersikap sebaik itu padaku? Apa yang kamu inginkan dariku?"

Ketika dia mulai menyetujui pemikiran itu, tiba-tiba saja suara 'klik klik klik' terdengar.

"Hemmm manisnya. Jatuh sakit masih tidak merasa punya banyak dosa..."

Pintu asrama terbuka diikuti dengan suara seseorang yang dikenalnya terdengar...

"No?"

"Oh !! Kamu sudah bangun? Bagaimana keadaanmu? Tidak sedang buru-buru membuatku terbungkam 'kan"

Techno meletakkan seporsi Khao Tom di meja sambil berbicara dengan Type, setelah itu melemparkan tubuhnya untuk duduk di atas tempat tidur, suaranya terdengar cemas bercampur lega, membuat Type bertanya dengan suaranya yang serak;

"Khao Tom ini... Punyamu?"

"Iya, itu punyaku. Aku membawanya ke atas. Aku beli tadi pagi saat menelponmu. Cuma untuk jaga-jaga. Tapi kamu terus menerus tidur dan tidak memakannya. Jadi aku menghangatkannya. Kalau kamu tidak mau makan, aku lebih suka memakannya"

Orang yang mendengarkan ucapannya terlihat ragu dengan pertanyaan sahabatnya itu.

"Benarkah?"

"Memang kenapa?"

"Tidak"

Type menyangkal dengan suara pelan. Kepalanya masih sakit, yang dia butuhkan hanya tidur. Di samping itu, dia merasa lega. Ternyata orang yang telah merawatnya adalah sahabatnya sendiri. Jadi dia hanya menghela nafas lega.

"Kalau begitu, kamu bisa bangun 'kan untuk memakannya? Setelah itu minumlah obat"

"Aku tidak lapar"

"Tidak perduli, bagaimanapun juga kamu harus makan. Apa kamu sudah makan sejak pagi? Minum obat dengan perut kosong itu tidak baik. Makanlah meskipun hanya beberapa suap"

Techno bicara sambil membantunya untuk duduk, kemudian dia menyerahkan seporsi Khao Tom, dan memaksa Type untuk mengangkat tangan, dan menyendokkan bubur itu ke mulutnya.

Kalau tidak makan, kamu tidak akan sembuh, dan tidak bisa lagi bertengkar dengan Tharn

"Dia... Pergi... Kemana?"

Pertanyaannya ini jelas membuat bingung kawannya.

"Siapa yang kamu maksud? Tharn 'kah? Oh! Entahlah pergi kemana. Kenapa? Bukannya sudah ada aku"

"Tidak kok... Aku kenyang"

"Hei, Cuma tiga sendok makan?"

Sekarang si sakit merasa pusing karena mendengar suara dari sahabatnya. Pada akhirnya dia mengambil mangkuknya, lalu mulai bicara;

"Minumlah obatnya... Cuma ini"

Setelah Techno bicara, Type pun menyerah dan mulai menerima permintaannya untuk meminum obat. Dia segera membukakan obat dan menyerahkannya, kemudian memberikan gelas air kepadanya.

Bagaimanapun juga, obat itu seolah tersangkut di tenggorokan, Type berusaha melawan dengan memaksa menelannya. kemudian menyerahkan gelas pada sahabatnya. Sebenarnya mulutnya ingin mengucapkan kecurigaannya, meskipun begitu tubuhnya sudah memprotes untuk menyuruhnya beristirahat.

"Kamu yang sudah merawat..."

"Hei, kemana saja kamu? Type baru saja sadar... Kamu mengatakan apa?"

Sebelum Type selesai bicara, pintu ruangan terbuka lagi. Kali ini teman yang duduk di pinggir tempat ditidurnya menyapa dengan ramah. Membuat si pasien ikut mengalihkan pandangan. Dia bisa melihat musuhnya saat ini datang dengan membawa sekantong makanan.

"Tidak"

Type langsung menjawabnya. Meskipun dia sebenarnya ingin menyembunyikan diri ke dalam selimut dan tidur lagi. Tapi dia memaksakan dirinya untuk terjaga sambil menatap ke arah seseorang yang sedang meletakkan kantong belanjaan di atas meja.

RRRRRRRRrrrrrrrrrrrrrr

"Ah, yang menelpon senior. Aku mengatakan padanya kalau kamu sakit. Kupikir sebaiknya kamu tahu agar lebih berhati-hati. Apa kamu mendapatkan pesan? Biar aku bicara padanya lebih dulu."

Untungnya, Techno sadar bahwa suaranya yang keras itu membuat Type sakit kepala. Jadi sekarang dia berjalan keluar ruangan sambil menempelkan ponsel di telinganya. Membiarkan dua orang itu berada dalam satu ruangan.

Type memandang ke arah Tharn yang berjalan ke meja, dia melirik arah makanannya, kemudian berjalan ke arah meja untuk menuangkan makanan itu untuk disimpan di dalam mangkuk. Setelah makanan dingin, dia menyerahkan tanpa membuat kontak mata sedikitpun. Type mengatakan terima kasih, dia sekarang(benar-benar) tidak ingin berperang. Karena, jika dia tidak mengatakannya, dia merasa kalah.

Untuk beberapa saat mereka terdiam.

Tharn terlihat tidak mengatakan apapun. Jadi Type tidak mengatakan apapun juga. Meskipun begitu pikirannya terus berputar, menduga bahwa dia tidak percaya dengan apa yang diketahuinya, jadi dia bertanya;

"Yang... Yang baru saja merawatku"

Tiba-tiba saja Tharn menatapnya dengan pandangan yang berkilat.

"Kamu mungkin tidak ingin aku yang melakukannya 'kan"

"Benar"

Si pasien menjawab. Tanpa perlu dipikir, karena dia membencinya, tentu saja dia tidak ingin musuhnya merawatnya saat sedang sakit. Setelah membuka pembicaraan, dia segera terdiam. Tapi sebelum Type mulai menanyakan dugaannya, Tharn sederhana saja bicara;

"Masalahnya, aku tidak punya waktu bebas untuk berurusan dengan anak yang masih belum dewasa sepertimu"

Meskipun Type merasa marah sampai rasanya ingin muntah di depannya, tapi dia hanya bisa bertanya lagi untuk meyakinkan;

"Jadi, benar-benar No... Yang melakukannya..."

Tharn terdiam.

Suara batuk sekarang mulai bergema di dalam ruangan, Type berusaha untuk mengambil nafas dalam-dalam. Dia tidak tahu, orang itu sedang berlagak dengan berpindah tempat atau tidak. Tapi yang pasti pemuda itu sedang melihat ke arah makanan. Kemudian mengatakan kalimat yang sangat ingin dengar oleh Type;

"Temanmu yang merawat"

Ucapannya ini cukup membuat Type menghela nafas dan pada akhirnya jatuh tertidur. Tapi saat kesadarannya mulai menghilang, dia bisa mendengarkan suara yang jauh. Rasanya seseorang yang sangat dikenalnya bicara;

"Kalau kamu tahu itu aku. Kamu tidak akan menerima perhatianku 'kan. Menjadi orang lain, cukup bagus"

Dengan kesadaran yang hampir menghilang, suara itu memberitahunya.

Suara ini, suara... Tharn

Suara yang di dengarnya ini seolah mampu menghapus mimpi buruknya. Diapun dapat tertidur sepanjang malam.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

*[1] Judul Chapter(Bab) Arti secara harfiah 'Menempelkan daun emas ke belakang Patung Buddha ( ปิดทองหลังพระ) [Peribahasa/Proverb] artinya seseorang yang melakukan perbuatan baik meskipun orang lain tidak sadar atau tidak menghargai perbuatan baik itu.

*[2] ข้าวต้ม(K̄ĥāwt̂m): Bubur Khao Tom atau Bubur nasi Thailand. Gambar dibawah;

Continue Reading

You'll Also Like

11.9K 911 46
Auhor: Luo Yue Qian Genre: Romance Smut Yaoi Karena suatu kecelakaan, Chu Ling, seorang Omega, secara paksa ditandai oleh Alpha aneh bernama Han Gu...
19.8K 1.7K 37
Cerita ini hanya fiktif, jangan dibawa di kehidupan nyata. Dimohon untuk bijak dalam memilih bacaan
910K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
133K 14.8K 124
Penulis : Shui Qian Cheng Penerjemah Inggris : 1. ShaoYeLoveBL 2. Rosy0513 Penyunting Bahasa Inggris : Beloved...