Jodoh Pasti Kembali [Complete...

By nikniknuraeni

336K 27.4K 1.1K

Rupanya Ibu memiliki tempat teramat istimewa di hati Ayah. Nyatanya, setahun setelah 'kepergian' Ibu, ia terl... More

Intro
Bab 1
Bab 1 | 2
BAB 2
BAB 2 | 2
Bab 3
Bab 3 | 2
Bab 4
Bab 4 | 2
Bab 5
Bab 5 | 2
Bab 6
Bab 6 | 2
Bab 7
Bab 7 | 2
Bab 8
Bab 8 | 2
Bab 9
Bab 9 | 2
Bab 10 | 2
Bab 11
Bab 11 | 2
Bab 12
Bab 12 | 2
Bab 13
Bab 13 | 2
Bab 14
Bab 14 | 2
Bab 15
Bab 15 | 2
Bab 16
Bab 16 | 2
Bab 17
Bab 17 | 2
Bab 18
Bab 18 | 2
Bab 19
Bab 19 | 2
Bab 20
Bab 20 | 2
Bab 21
Bab 21 | 2
Bab 22
Bab 22 | 2
Bab 23
Bab 23 | 2
Bab 24
Bab 24 | 2
Bab 25
Bab 25 | 2
Bab 26
Bab 26 | 2
Bab 27
Bab 27 | 2
Bab 28
Bab 28 | 2
Bab 29
Bab 29 | 2
Bab 30
Bab 30 | 2
Extra Part
Extra Part | 2
Extra part | End

Bab 10

4.5K 369 6
By nikniknuraeni

Senin, 1 Oktober 1984

Sepanjang perjalanan menuju kantor, aku merasa jadi pusat perhatian. Maksudku, tiba-tiba banyak mata yang memandang ke arahku. Tidak seperti biasanya.

Sepanjang jalan itu pula aku bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang aneh di wajahku? Rasanya jengah diperhatikan orang.

Jawabannya kemudian kudapatkan saat seorang teman kantor mengatakan bahwa penampilanku sangat lain. Padahal aku hanya mengikat rambut dan menyelipkan sebuah jepit mungil di rambut sebelah kanan.

Sebenarnya, tadi pagi sempat kusapukan juga bedak tipis-tipis, sih. Tanpa gincu tentunya, karena aku belum terlalu terbiasa memakainya.

Namun, tiba-tiba saja Nurul menarik tangan dan mendudukanku di kursinya. Tangannya sibuk mencari sesuatu di dalam tas, lalu mengeluarkan sebuah stik seukuran gincu milik Puji. Katanya itu lip gloss, pemberian Om nya yang baru pulang dari Amerika.

Nurul mulai melakukan aksinya. Rasa lembap dan sedikit berminyak mulai kurasakan di atas permukaan bibir. Dia lalu memberiku sebuah cermin. Dan tara, aku suka sekali dengan warnanya yang serupa warna bibir, tidak mencolok.

Tentu saja setelah itu aku menjadi bahan guyonan teman-teman kantor. Apalagi saat Rio melihat penampilanku, dia tak berkedip. Ajaib!

Aku jadi tak sabar ingin segera pulang, dan bertemu dengan Ilham! Ya, aku ingin tahu reaksinya saat melihatku memakai lip gloss dan jepit rambut di kepala.

Lalu, apa tanggapannya saat kami bertemu di toko buku langganan? Dia tertawa terpingkal-pingkal sambil menunjuk-nunjuk wajahku. Menyebalkan! Tentu saja pengunjung toko buku ikut menoleh ke arahku. Tanpa basa-basi, aku pulang meninggalkannya dengan kesal.

__

Selasa, 2 Oktober 1984

Hari ini aku berangkat tanpa menggunakan riasan apa-apa di wajah dan kepala, seperti sebelumnya. Kekesalanku pada Ilham tampaknya belum hilang.

Sialnya, hari ini justru Nurul tampak lebih bersemangat. Dia memaksa dan mendudukkanku lagi di kursinya. Kali ini yang dikeluarkannya adalah sebuah dompet berisi peralatan rias.

Ya Ampun! Apa itu? Banyak sekali!

Nurul bilang dia sampai meminjam dompet kosmetik milik kakaknya untuk mendandaniku.

Pertama-tama, dia mengeluarkan cairan kental semacam alas bedak. Mengoleskan dan meratakannya pada wajahku, lalu menyapukan bedak di atasnya menggunakan spon.

Nurul kemudian mengeluarkan sebuah capitan semacam gunting yang diarahkannya ke bulu mataku. Aku sedikit meringis saat alat itu dia jepit.

Setelah aku sedikit berontak dan hendak kabur, dia menyimpan alat jepit bulu matanya, lalu mengeluarkan sebuah pensil hitam. Apa dia mau mencorat-coret wajahku?

Rupanya itu pensil untuk mempertajam bentuk mata. Eyeliner namanya. Aku sampai harus melihat ke atas dan ke bawah saat tangannya beraksi. Sangat melelahkan.

Ternyata masih belum selesai, Nurul mengeluarkan eye shadow, tapi buru-buru kutolak. Bersyukur dia tidak memaksa, tapi menggantinya dengan memulaskan gincu warna merah muda.

Ya, hari ini aku jadi bahan eksperimennya. Katanya waktu kecil dia pernah bercita-cita untuk menjadi perias wajah.

Lama aku mematut diri di depan cermin. Benarkah yang kulihat dalam cermin itu aku? Rasanya aneh melihat diriku dalam penampilan seperti ini. Pantas saja kemarin Ilham tertawa sampai menjuk-nunjuk wajahku seperti melihat seorang badut. Sepertinya aku memang tidak cocok dengan tampilan seperti ini.

Sayangnya Nurul mencegah tanganku saat akan menghapusnya. "Kamu itu cantik, Zahra," katanya.

Saat yang lain sudah pulang lebih dahulu, aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, bermaksud menghapus lipstik dan eyeliner. Tiba-tiba Rio memanggilku dan mengajakku untuk pulang bersama.

Pulang bersama? Bukankah arah rumah kami berbeda? Katanya dia mau ke rumah pamannya di gang Mawar, tak jauh dari rumahku. Aku tak begitu mempersoalkannya, lalu kuiyakan saja tawaran itu.

Lalu, sore ini aku pulang bersama Rio, laki-laki selain Ilham. Untuk pertama kalinya.

--bersambung--

Continue Reading

You'll Also Like

AYGHA By QUEENOFWP

Teen Fiction

2.5K 1.6K 13
Ini tentang Ayyara Shaquella Azalea Zalfa El-fatih, gadis cantik yang terkenal dingin, cuek, juga tidak suka berinteraksi dengan kaum adam, kecuali p...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

381K 3.5K 23
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
1.5M 7K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..
40.9K 1.2K 8
Terbit di Penerbit Andi. Gadis Bianca (Gadis) seorang guru sekaligus dosen honorer merasa bosan akibat work from home. Ditambah dia yang masih single...