SWEET ONE [SOONWOO]

By Just-Tya

14.1K 826 148

Awas Diabetes #soonwoo More

1. Bucin
2. Bucin(2)
1. Miracles Know You, a Big Influence on Change
1. Katresnan ing kawitan katon
1. Debt Already Asked

2. Miracles Know You, a Big Influence on Change

1.6K 125 17
By Just-Tya

Main Character :
Jeon Wonwoo // Kwon Soonyoung

Genre :
Teenfiction

Written :
Just-Tya

Tittle :  Miracles Know You, a Big Influence on Change




.




Soonyoung tidak pernah memikirkan Wonwoo dalam hal romansa, ia murni menganggap Wonwoo adalah teman yang baik selama hidupnya. Tidak ada hal romantis dalam keseharian mereka, tidak mungkin melempar kaus kaki yang telah di pakai seharian, melemparkan pakaian kotor untuk di cuci, berdebat tentang jadwal membersihkan kost mereka yang berdebu ke dalam hal romantis bukan?

Hanya perkelahian dan perdebatan yang mereka lakukan dalam keseharian, tidak ada pujian tidak ada kata-kata manis yang mereka selipkan dalam percakapan.

Tapi Wonwoo selalu mengatakan Soonyoung selalu membawa perubahan dalam hidupnya, entah itu ia ucapkan dengan nada mengeluh atau hanya tawa ringan yang mengiringinya.

Soonyoung tidak pernah memikirkan hal-hal seperti itu terlalu jauh. Sampai Jun dan Jihoon menjalin hubungan, awalnya dia hanya merasa senang dan tidak memikirkan apapun  tentang romansa. Sampai Jun mengatakan Wonwoo sering menghabiskan waktu dengan Jihoon hanya untuk mengungkapkan perasaan yang Wonwoo simpan padanya. Hell! Tidak ada dalam pikiran Soonyoung bahwa Wonwoo akan mengatakan hal-hal tentangnya ke dalam kamus romansa miliknya.

Dan saat itu, ia sulit memandang Wonwoo hanya sebagai sahabat, pikirannya selalu terganggu. Terlebih hal-hal kecil yang berupa perhatian kecil yang selalu diberikan padanya.

Tapi Wonwoo tidak pernah membicarakan hal-hal berbau romansa padanya, jadi Soonyoung tidak mengambil itu terlalu jauh. Dan Wonwoo juga masih memiliki sifat menyebalkan untuknya—sesuatu yang hanya ditujukkan padanya. Ya hanya pada Soonyoung.

"Wonu.." Soonyoung menghela napasnya setelah meletakan sepatunya pada rak.

"Oi.." Wonwoo menyahut setelah mengangkat kepalanya untuk melihat Soonyoung, ia sedang goleran di karpet, "pesenan gue inget gak?

Soonyoung mendekat, ia mengangguk lesu seraya mengangkat kantung plastik di tangannya. "Ada nih, ambil piring sana, gue capek banget.."

Wonwoo langsung beranjak dari tidurannya dan pergi ke dapur. Keduanya ngekost di Jakarta saat mulai kuliah, Soonyoung mengincar harga murah daripada harus mengikuti saran Wonwoo yang mengusulkan mereka menyewa apertemen, yah Wonwoo tidak akan mengeluh tentang harga, beda dengan Soonyoung yang harus merogoh kocek lebih dalam. Jadi keduanya mendapatkan kost dengan satu kamar, dapur, kamar mandi dan satu ruang serba guna yang hanya mereka isi dengan karpet dan meja kecil yang di bawa Soonyoung.

Wonwoo datang dengan dua piring ditangannya. "Mejanya di ambil Nyong.."

Soonyoung mengeluh pelan sebelum beranjak ke pojok ruangan dimana meja mereka letakan. "Lo tu kenapa gak ada persiapan gitu, biar gue gak ribet.."

Wonwoo duduk bersila setelah Soonyoung meletakan meja di tengah karpet. "Males nyong, goleran is my life.."

Soonyoung memutar bola matanya sebelum meraih piring yang di bawa Wonwoo, sedangkan temannya itu hanya menatapnya.

"Kenapa lo ga pacaran sih?" Wonwoo menopang dagunya.

Dahi Soonyoung berkerut samar. Tiba-tiba banget nih..?

Soonyoung masih asik misahin dada ayam ke piring Wonwoo tanpa ada niatan menjawab tapi dahinya berkerut samar.

“Kok dadanya lo pisahin?”

Soonyoung menggendikan bahu cuek. “Gak suka dada gue”

Ehh..

Maksud Soonyoung jawab yang mana nih? Kok ambigu? Jawab yang pertama apa yang kedua?

Tapi Wonwoo mau ambil resiko aja biar sekalian. “Gue juga gak suka dada”

Ehh..

Duh, maksud Wonwoo apa sih? Batin Soonyoung bingung.

“Terus kenapa pesen dada ayam tadi?”

Wonwoo ngambil paha ayam terus di taruh ke piring Soonyoung. “Kalo dada ayam sih gue suka”

Duh, kan..

Maksud Soonyoung tadi mancing doang, eh umpannya beneran ditarik. Kan malah Soonyoung ke pancing. Gak tahu apa mukanya udah merah abis gara-gara Wonwoo bilang gitu.

"Katanya laper, buruan di makan."

Soonyoung cuma ngangguk sambil gigit paha ayam, matanya gak berani natap Wonwoo lama-lama, malu banget.

Maksudnya apa coba?

Soonyoung jadi baper kan.. Dari dulu Wonwoo emang sering godain dia, tapi cuma dianggapnya angin lalu, soalnya Wonwoo cuma iseng pengen lihat reaksi dia gimana, sekali Soonyoung tanya alasannya itu karena Wonwoo suka sama tingkahnya yang marah-marah tapi lama kelamaan Soonyoung ikut bawa perasaan soalnya Wonwoo sering kasih perhatian kecil jadi dia sering salah tingkah terus mukanya merah.

"Nyong, lo sakit?"

Soonyoung mendongak menatap Wonwoo dengan alis bertaut, kunyahannya terhenti saat tangan Wonwoo menyentuh dahi dan pipinya bergantian. "Gak panas kok, tapi kok muka lo merah?"

Soonyoung menampik tangan Wonwoo dengan cepat, sadar akan situasi. "Siapa yang sakit, tangan lo minyakan jangan pegang-pegang gue, jorok."

Wonwoo menatap tangan dan wajah Soonyoung bergantian dengan bingung. "Tangan gue bersih.." tapi kemudian dia tertawa, "lo baper ya.."

Soonyoung mendengus dan memutar tubuhnya menghadap tembok, memberi punggung pada Wonwoo. "Gue gak denger, gue lagi ngobrol sama tembok."

Wonwoo tertawa mendengarnya. "Oh ya, gue nanti mau pergi ketemu editor."

Soonyoung memutar tubuhnya. "Kok malem? Bukannya harusnya tadi pagi?"

Wonwoo menggendikan bahunya. "Tadi anaknya editor sakit, jadi dia ikut nganter, anaknya masih bayi."

Wonwoo menyuir daging ayam miliknya. "Nah, anaknya udah agak mendingan jadi dia bisa ketemunya sekarang, soalnya besok weekend istrinya pengen pulang ke rumah ibunya, sekalian minta bantuan buat ngerawat anaknya."

Wonwoo memasukan daging ke dalam mulutnya melihat Soonyoung cemberut. "Jangan malem-malem ya, gue gak berani.."

Wonwoo tersenyum tipis, dari awal mereka tinggal bersama, Wonwoo belum pernah pergi saat malam, kalau sekalinya Wonwoo harus pulang ke rumah, Soonyoung akan mengajak Jihoon menginap atau dia akan ikut pulang. "Gak kok, gak sampe kemaleman kayaknya, lo tidur aja duluan nanti.."

Soonyoung menggendikan bahunya. "Terserah deh, gue mau mandi.."

Setelah selesai makan, Wonwoo bertugas membersihkan piring dan Soonyoung yang pergi mandi hanya bernyanyi keras di balik bilik, suaranya terdengar cempreng dan membuat telinganya sakit tapi jika dia berkomentar Soonyoung hanya akan tambah berteriak daripada di bilang bernyanyi jadi Wonwoo hanya diam, belajar dari pengalaman.

Saat Soonyoung selesai ia hanya melihat secarik kertas di atas meja, mengatakan bahwa Wonwoo telah pergi dan memintanya untuk tidur lebih dulu. Yah jadi Soonyoung segera berlari ke kamar mengambil bantal dan selimut dan memastikan semua lampu menyala sebelum merebahkan diri di atas karpet. Matanya menatap nyalang atap di atasnya sebelum menghitung domba dalam khayalannya sampai ia tertidur.

Wonwoo menghela napasnya ketika melihat gumpalan selimut di atas karpet, ia melepas sepatunya asal dan meletakan kantung plastik di atas meja dan pergi ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum membangunkan Soonyong.

Wonwoo menggoncang pelan bahu Soonyoung ketika ia selesai. "Nyong, bangun dulu.."

Soonyoung hanya bergumam pelan dalam tidurnya, membuat Wonwoo menghela napasnya. "Nyong, bangun.." ia menepuk pelan pipi Soonyoung, "gue bawa nasi goreng nih.."

Soonyoung hanya menggeliat dan bergumam kecil. Membuat Wonwoo merasa gemas dan kesal saat bersamaan, kedua tangannya yang menepuk pipi Soonyoung berlalih menariknya dari dua sisi. "Soonyoung, bangun enggak? Gue tinggal tidur di kamar loh nanti.."

Dahi Soonyoung berkerut, matanya mengerjap pelan. "Sakit.." ia memegang tangan di pipinya agar terlapas, "Wonu..?" ucapnya setengah sadar.

"Iya, gue.." Wonwoo mendengus, "cepetan melek, gue bawa nasi goreng.."

Soonyoung duduk perlahan. "Udah melek ini.." ia mengucek matanya.

Wonwoo terkekeh pelan melihatnya dan menarik pipi Soonyoung. "Masih merem itu mata, melek nyong, melek yang lebar.."

Soonyoung menahan tangan Wonwoo agar berhenti menarik pipinya. "Wonu, ini udah melek, udah maksimal.."

Wonwoo terkekeh pelan saat mengusak rambut Soonyoung. "Sipit banget tuh mata, Ibu lo gak dateng apa pas pembagian mata?"

Soonyoung mendengus pelan, ia menapik tangan Wonwoo di pipinya. "Kurang ajar, mata lebar dikit aja begaya lo.."

Wonwoo tertawa mendengarnya. "Ngambek gak gue bagi nasgor loh.."

Soonyoung menghela napasnya pasrah. "Baru beliin sekali aja belagu lo.."

Wonwoo tersenyum lebar tapi tangannya tetap membuka bungkusan nasi goreng. "Terserah deh, tapi gue ada cerita lucu loh nyong tadi.."

Mata Soonyoung yang bengkak karena tidur terlihat berkerut. "Cerita apa?" ucapnya setelah memasukan sesuap nasi di dalam mulutnya.

"Telen dulu itu nasi, baru ngomong.."

Soonyoung menelan nasinya. "Jelas juga gue ngomong.."

Wonwoo tersenyum, ia menelan nasinya sesaat. "Tadi pas antri ada yang ngomong sama Abah Tri.."

Alis Soonyoung bertaut. "Siapa tuh abah Tri?"

Wonwoo memutar bola matanya jengah. "Selama ini lo beli nasgor gak pernah liat nama di spanduk tendanya apa?"

Soonyoung membulatkan mulutnya. "Oh, Abah Gor?"

Kini mata Wonwoo membulat. "Abah Gor?"

Soonyoung mengangguk. "Gue sih manggilnya gitu..?"

Wonwoo menggeleng tak percaya. "Sopan banget lo.."

Soonyoung nyengir tak bersalah. "Ya, gak pernah kenalan juga gue."

Wonwoo mencibir pelan. "Lah, dikira gue kenalan apa.."

Soonyoung mengunyah nasinya dalam suapan besar, setelah menelannya ia kembali mendongak. "Mau cerita apa tadi?"

Wonwoo mendengus pelan. "Kan sampe gue lupa mau cerita.." Wonwoo berdiri ke dapur untuk mengambil air minum, "tadikan sempet yang antri, soalnya rame banget, ada sih orang iseng tanya sambil nunggu, nasgornya jadi.." Wonwoo menegak minumannga, "nanya gini, Abah jualan nasgor kan udah lama nih, buat apa sih jualan, hobi?"

Alis Soonyoung bertaut. "Nyari duit lah, dodol banget.."

Wonwoo menggeleng dan kembali duduk bersila di depan Soonyoung. "Enggak, Abah gak jawab gitu.."

Alis Soonyoung bertaut lagi. "Katanya 'Yah, masa hobi, buat nyari sesuap nasi to nang, piye jane.."

Dahi Soonyoung berkerut, mendengarkan Wonwoo yang masih mengumpulkan nasi dalam sendoknya. "Terus dijawabnya gini sama orang yang beli, "Gimana toh Bah? Ngapain jualan nasi kalo buat nyari nasi? Ngapa gak di makan sendiri?"

Soonyoung diam, Wonwoo juga diam.

"..."

Wonwoo terkekeh. "Aneh kan? Reaksi lo ya sama kayak yang lain tadi.."

Wonwoo tertawa pelan. "Asli garing banget tuh orang.."

Soonyoung menutup mulutnya, sebelum menjawab lagi. "Lo juga garing asli, ngapain cerita ke gue.."

Wonwoo tertawa melihat Soonyoung, membuat Soonyoung bingung dengan alis bertaut. "Apa yang lucu?"

"Lo." Wonwoo menyeka sudut matanya yang berair, "reaksi lo lucu.."

Soonyoung memutar bola matanya. "Asli lawak lo.."

Nyatanya Soonyoung selalu seperti itu setiap kali Wonwoo membuat lelucon, tidak ada satupun yang bisa membuat Soonyoung tertawa, tapi apapun yang dilakukan Soonyoung berhasil membuatnya tertawa.

"Lo cuci piring ya.." Soonyoung mendorong piringnya yang telah kosong ke depan Wonwoo.

Alis Wonwoo bertaut. "Kok gue? Tadi barusan gue.."

Soonyoung menggeleng. "Ya udah besok pagi aja.."

Wonwoo ikut menggeleng. "Enggak, sekarang dong, ngapain nunggu besok, nanti ujung-ujungnya gue.."

Soonyoung kembali menggeleng. "Besok aja, cuma satu aja yang kotor."

Wonwoo ikut menggeleng. "Karena cuma satu, ngapain nunggu besok.."

Soonyoung menggeleng lagi. "Besok aja, besok.."

Wonwoo menghela napas dan beranjak mendekati Soonyoung, menarik tangannya agar berdiri. "Cuci gak?" Wonwoo melotot membuat Soonyoung cemberut dan mengambil piring kotor.

"Iyaa, ini di cuci ndoro.."

Wonwoo terkekeh pelan, dan menunggu Soonyoung dengan bersandar di konter dapur. "Nyong, bosen jomblo gak sih lo?"

Alis Soonyoung bertaut, tangannya masih sibuk membilas piringnya. "Random banget Nu, ngapain tanya begituan.."

Wonwoo bersedekap, masih memperhatikan punggung Soonyoung. "Jawab aja dulu.."

Soonyoung menghebuskan napasnya, tangannya meraih lap kering untuk piringnya. "Gimana mau bosen, pacaran aja gak pernah Nu, ngejek banget lo."

Wonwoo beranjak mendekat pada Soonyoung. "Gak ngejek, cuma tanya beneran gue.."

Soonyoung meletakkan piring pada rak, dan menatap Wonwoo yang kini berdiri tepat di hadapannya. "Kenapa tanya?"

Wonwoo memasukkan tangannya pada kantung celana, menatap Soonyoung penuh pertimbangan. "Kalau gue ngajakin lo pacaran, mau gak?"

Alis Soonyoung terangkat sebelah, menelisik wajah Wonwoo yang masih sama datarnya. "Lo nembak gue?"

Wonwoo menggendikkan bahunya. "Iya."

Soonyoung menggeleng, ia menarik sudut bibirnya menahan senyum. "Ya kali bakalan diterima kalo nembaknya gitu.."

Kini alis Wonwoo yang terangkat sebelah. "Terus gue harus apa?"

Soonyoung menggeleng lagi. "Masa tanya gue? Lo kan yang penulis roman Nu.."

Dahi Wonwoo berkerut. "Apa gue harus cium lo dulu, baru bakal di terima?"

Pertanyaan santai Wonwoo mampu membuat Soonyoung terbatuk. "Nu, lo pulang kesambet apasih, tiba-tiba banget.."

Wonwoo menarik napasnya perlahan sebelum menarik pinggang Soonyoung mendekat. "Gue serius nyong.."

Soonyoung menunduk, menatap dada Wonwoo yang tepat di wajahnya. Setenang apapun ia mencoba, jantungnya tetap bergemuruh saking kuatnya memompa darahnya. Ia yakin wajah bahkan telinga dan lehernya sudah memerah lantaran ia bisa merasakan rasa panas yang merambat. Perutnya tergelitik seolah-olah ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalamnya. Ia mengeluh pelan, seperti remaja labil yang sedang kasmaran.

Wonwoo menarik dagu Soonyoung untuk mendongak menatapnya. "Kalo gue ngomong, liat mata gue.."

"Nu.." cicit Soonyoung ragu.

Wonwoo menunduk, mengecup singkat bibir Soonyoung dan membuatnya bungkam seribu bahasa. "Gue beneran suka sama lo, jauh sebelum gue sendiri sadar sama perasaan gue.." ia menghela napas, "bareng lo gue ngerasain perbedaan nyong.."

Wonwoo tersenyum lembut. "Gue emang penulis," Wonwoo terkekeh, "tapi bukan berarti gue bakalan bisa romantis di dunia nyata.."

Sebelah tangan Wonwoo terangkat, mengusap pipi Soonyoung perlahan. "Lo satu-satunya orang yang buat gue keluar dari zona nyaman, yang ngajarin gue bolos, ngajarin gue manjat pager, dan semua kenakalan yang gak pernah ada dalam otak gue.."

Soonyoung cemberut. "Gue ngerasa cuma ngasih pengaruh burul ke elo deh.."

Wonwoo terkekeh. "Emang.."

Soonyoung melotot, tapi Wonwoo kembali menunduk dan mengecup sudut bibirnya. "Tapi dari semua itu, gue ngerasa nyaman, gue serius sayang sama lo terlepas pengaruh buruk lo buat gue.." Wonwoo menyeringai di kalimat akhir, membuat Soonyoung memukul dadanya cukup keras.

"Reseh lo, gak romantis.."

Wonwoo tertawa keras tapi tetap tidak melepaskan tangannya dari pinggang Soonyoung. "Ngapain ketawa!" Soonyoung mengerang kesal.

Wonwoo menjatuhkan kepalanya ada pundak Soonyoung, ia masih terkekeh dalam katanya. "Bilangnya gak romantis, tapi muka lo merah abis.."

Soonyoung mendengus, ia mencengkran kemeja bagian belakang Wonwoo dengan erat. "Sial, tapi ini pertama kalinya gue di tembak.."

Wonwoo mengencangkan rengkuhannya. "Kalo gitu jadiin ini juga yang terakhir."

"Lo tau, kalo gue serius, apapun itu gak bakal gue lepasin.." ucap Wonwoo tenang.

Soonyoung membalas rengkuhannya sama erat. "Siapa bilang lo gue terima?"

Wonwoo menoleh, masih dengan kepalanya menempel pada pundak Soonyoung. "Emang enggak?" tanyanya polos.

Soonyoung menggeleng pelan, karena pergerakannya yang terbatas. "Enggak.."

Wonwoo tersenyum. "Gue juga gak bakal minta persetujuan lo.." ia mengecup sudut bibir Soonyoung lagi, "gue tau kok, lo suka gue.."

Soonyoung melotot. "Kata siapa?"

Mata Wonwoo memincing. "Perlu bukti?"

Soonyoung akan membalas tapi pergerakan Wonwoo lebih dulu untuk menunduk dan mencium bibirnya. Bukan lagi kecupan, tapi tetap lembut dan membuatnya meleleh, menggantungkan seluruh beratnya pada tubuh Wonwoo.

Wonwoo menyambut dengan baik, sebelah tangannya menarik tangan Soonyoung untuk melingkar pada lehernya, tangan yang bebas mencengkram pinggang Soonyoung dengan erat.

Mungkin jika Soonyoung terlalu malu untuk berkata, Wonwoo bisa mencarinya dari tindakannya. Karena Soonyoung membalas ciumannya sama bersemangatnya, ia bisa merasakan gejolak mereka melebur jadi satu dalam perasaan yang sama.

Tidak ada romansa diantara keduanya sejauh ini, tapi mereka sadar keduanya saling bergantung sama lain. Jadi, ijinkan Wonwoo untuk meminta hubungan mereka jauh dari kata teman dan sahabat. Izinkan Wonwoo untuk memiliki Soonyoung seutuhnya, izinkan dia egois untuk mengklaim bahwa Soonyoung hanya untuknya.

Jika lembaran mereka masih putih, biarkan Wonwoo menuliskan beberapa kata sampai lembar kertas terakhir, menjadikannya dalam lembaran memori yang akan mereka simpan dan kenang dalam hidup mereka.

Wonwoo menarik diri, menatap Soonyoung yang masih terpejam dengan wajah memerah. "I Love You.." bisiknya serak.

Soonyoung membuka kelopak matanya, tapi ia kembali tenggelam di mata itu, lidahnya kelu. Ia bahkan terlalu malu untuk membalasnya, jadi ia hanya menarik Wonwoo kembali mendekat, mengejar dan mengecup kembali bibir Wonwoo.

Tidak butuh kata, Wonwoo pasti mengerti maksud tindakkannya bukan?




Miracles Know You, a Big Influence on Change

END


Terlambat gak sih, buat ngucapin Selamat menunaikan ibadah Puasa? Hhehe, Selamat Ramadhan bagi yang menjalankan!!

Hm, aku pengen bilang mau Hiatus selama Ramadhan, tapi kok tapi agak gimana gitu. Orang akunya sendiri updatenya enggak rutin🤣 gak ngaruh juga kan sebenernya╥﹏╥

Voment jusseyo~😂

Just-Tya

IG | squishyhoshi_
Twt | squishysoonwoo

Continue Reading

You'll Also Like

334K 27.8K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
50.6K 6.6K 42
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
50.2K 3.6K 51
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
67.4K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...