Hello, Rain!

By rafeni

1M 13.8K 387

[Pemenang wattys 2018 dalam katagori The Heartbreakers] Aira suka hujan,tapi Gesang tidak suka Aira suka huja... More

|P r a k a t a|
|epigraf|
prolog
BAB 1
apa itu hujan?
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
|
BAB 7
(lagi) Apa itu hujan?
BAB 8
BAB 9
||
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
Apa yang lebih menyedihkan daripada hujan di bulan Juni?
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
|||
BAB 25
Sebenarnya, apa itu cinta?
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
lalu, kenapa ini jadi membingungkan?
BAB 30
BAB 31
diam-diam
BAB 32
Apa itu payung?
BAB 33
Siapa yang kejam?

BAB 24

868 72 0
By rafeni

Maaf ya kalian udah nunggu cerita ini kemarin. Padahal aku udah janji mau upload pas malam minggu, eh teman aku ngajak keluar. Katanya, "Yuk lah kita malam minggu juga, biar jangan kelihatan jomblo banget." Karena dia ada benernya, yaudah akhirnya aku pergi keluar deh. Terus pas jam 10 sampe kos, aku udah ngantuk, terus ketiduran. Soalnya siangnya juga aku piknik sama teman sampe sore ke pantai. Karena kebanyakan main di luar, jadi jam 10 itu udah langsung tepar, pas sampe kos bawannya mau tidur mulu karena tubuh udah bilang lelah. Padahal biasanya aku jam 12 juga belum ada ngantuknya. Alhasil aku batal upload deh :( untuk permintaan maaf aku, ini aku kasih dua part sekaligus. Jangan bilang lanjut dulu ya, sebelum kalian kasih bintang untuk cerita ini :p 

Kuyyyy baca.

.

.

.

.

BAB 24

"Sekarang elo suka melamun di rooftop ya?"

Arka menoleh pada sumber suara dan ia melihat Anjani di sana. Arka tidak tahu kenapa Anjani bisa berada di sini. Sekarang lagi jam istirahat, kenapa Anjani di sini disaat semua orang pada memilih untuk mengisi perut?

"Ada sesuatu yang elo pikirkan?" tanya Anjani lagi.

"Gue harus memikirkan apa emangnya?"

"Memikirkan kenapa Gesang sangat membenci elo mungkin?" jawab Anjani sambil mengendikkan bahunya.

"Gesang cemburu karena gue bisa mendapatkan Aira. Gue tidak perlu memikirkan itu karena gue udah tahu alasan kenapa dia membenci gue."

"Elo salah, Ka. Kalau cuma cemburu dia tidak mungkin sangat membenci elo."

Mata Arka menyipit. Arka yang tadinya cuek, sekarang memberi perhatian penuh pada Anjani. "Selain cemburu, apalagi yang membuat dia sangat membenci gue?"

"Karena elo Nugraha."

Arka menatap Anjani lama dan ada banyak hal yang ia pikirkan. Mata Anjani juga mengatakan sesuatu, tapi apa?

"Kenapa lihat gue gitu?"

Arka masih diam. Ia sedang berusaha memahami situasi ini. Ia berusaha membuang segala spekulasi buruk dan mengantikannya dengan hal-hal yang tidak buruk tapi paling mungkin. Arka berharap apa yang ia pikirkan tidak sama dengan apa yang dipikirkan Anjani. Namun harapan hanya jadi harapan, karena ucapan Anjani selajutnya hanya semakin menguatkan spekulasi buruknya.

"Elo sudah tahu jawabannya 'kan, Ka?"

"Memangnya ... kenapa kalau nama gue Nugraha?" balas Arka mencoba santai.

Anjani tersenyum kecil. Meskipun Arka bersikap tenang, Anjani tahu dan dapat melihat kalau dibalik sikap tenangnya ada kejut dan waspada di sana.

"Bukankah elo tahu jawabannya, Ka? Bukankah elo tahu tentang Nugraha? Bukankah seharusnya elo tahu apa arti Nugraha dua tahun lalu bagi Aira? Bukankah elo tahu apa yang dilakukan Nugraha dulu kepada Aira, sampai akhirnya Gesang membenci Nugraha?" cerca Anjani.

"...."

"Elo pasti tahu apa yang sudah dilakukan Arga Nugraha—kembaran elo—kepada Aira."

"...."

"Arka, berhenti mengelak dari gue. Meskipun Aira amnesia, gue tidak."

Arka salah. Ia pikir dengan datang ke hidup Aira dua tahun kemudian akan mudah karena Aira amnesia. Tapi, nyatanya ia salah besar. Arka pikir semua ini hanya tentang Aira, ternyata bukan hanya tentang Aira semata, tapi juga ada tentang Anjani.

Arka mengeluarkan tangan kirinya dari saku celana, lalu mengulurkannya di depan Anjani. Sebuah gelang dengan kombinasi biru, ungu, pink, dan kuning melingkar di sana.

"An, jangan bilang sama gue kalau gelang ini adalah pemberian elo."

Anjani melihat gelang itu dan dia hanya bisa terdiam melihat itu. Lalu, tanpa perlu jawaban iya atau tidak dari Anjani, Arka sudah tahu jawabannya.

***

2011

Arka POV

Malam hari saat Arga baru saja pulang bekerja gue menemuinya di kamar.

"Ada cerita apa hari ini?"

Sejak tahu tentang Aira Talitha, hobi gue jadi berubah, dari suka bermain piano menjadi suka mendengar cerita tentang Aira Talitha dari Arga Nugraha.

"Gue beruntung, hari ini Aira belum menemui gue," jawabnya.

"Elo benaran menyerah untuk hubungan kalian?" Gue duduk di kasurnya.

"Gue tidak ingin Aira terluka. Kalau gue ingin mempertahankan hubungan ini, Aira pasti akan terluka. Mulai hari ini, gue akan berhenti peduli sama Aira karena gue akan membuka hati untuk orang lain."

"Elo mulai menyukai orang lain?"

"Belum, tapi dia bilang dia menyukai gue." Arga melepas sebuah gelang yang melingkar di tangannya dan ia melemparkan gelang itu pada gue. Gue menangkapnya dengan sigap.

"Itu gelang dari dia," kata Arga sambil mengitari ranjang dan menuju ke kamar mandi.

"Buat apa elo kasih ke gue?"

Arga berhenti di depan pintu kamar mandi. "Katanya dia mau menunggu gue membuka hati dan kalau gue sudah membuka hati buatnya, gue harus mengembalikan gelang itu. Gue sangat tidak berbakat menjaga barang, gue ingin elo menjaga benda itu dan saat gue berhasil jatuh cinta sama dia, gue akan meminta gelang iu dari elo dan gue akan mengembalikannya. Jadi bantu gue ya, Arka," jelas Arga sebelum tubuhnya menghilang dalam kamar mandi.

Dua tahun lalu gue mau menyimpan gelang itu karena gue pikir Arga akan cepat memintanya balik.

Dua tahun kemudian gue tahu kalau sampai Arga meninggal pun, ia tidak akan pernah meminta balik gelang itu sama gue.

Kalau Anjani benar menyukai Arga dua tahun lalu, lalu bagaimana dengan Aira? Apa Aira tidak pernah tahu kalau temannya juga menyukai cowok yang ia sukai?

***

2013

"Jadi, benar gelang ini dari elo, An?" ulang Arka.

Anjani masih terlihat terkejut. "Kenapa bisa ada sama elo, Arka?"

"Karena Arga menyuruh gue menyimpannya."

"Kenapa, Ka? Kenapa Arga tidak mau menyimpannya sendiri?"

Katanya dia mau menunggu gue membuka hati dan kalau gue sudah membuka hati buatnya, gue harus mengembalikan gelang itu. Ucapan Arga dua tahun lalu masih gue ingat. Bukankah sudah jelas jawabannya?

"Karena ... meskipun Arga bilang ia mau membuka hatinya untuk elo, dia tidak akan bisa membohongi dirinya sendiri kalau orang yang selalu ia pikirkan adalah Aira Talitha."

"Arga tidak benar-benar mencintai Aira." Anjani tidak suka kalau Arka bilang cinta Arga hanya untuk Aira. Sudah dua tahun berlalu dan dua tahun pula ia berusaha bersahabat dengan fakta itu, ia tidak akan bisa.

"Arga tidak pernah mencintai Aira karena kalau benar dia mencintai Aira, dia tidak mungkin menyakiti Aira."

"Terkadang saat elo sangat mencintai seseorang, elo hanya ingin melihat ia bahagia, dan menurut Arga kebahagiaan Aira tidak bersama dia. Lalu, satu-satunya hal yang bisa ia pikirkan adalah menjauhkan Aira sejauh-jauhnya darinya agar supaya Aira bahagia."

"...."

"Justru karena Arga sangat mencinta Aira, ia memilih untuk melakukan itu karena hanya itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan."

"...."

"Mencintai bukan berarti elo harus memilikinya. Justru membiarkan ia pergi adalah pilihan terbaik dari mencintai. Klise sih memang, tapi itulah yang dilakukan Arga pada Aira."

"Kalau memang itu yang Arga inginkan, bukankah keinginannya sudah terwujud? Aira amnesia, dia sudah melupakan Arga. Lalu, buat apa elo datang?"

"Karena ... sama seperti elo yang tidak bisa membohongi diri sendiri kalau elo masih mengharapkan Arga membalas cinta elo meskipun sudah dua tahun berlalu, gue juga sama."

Anjani mundur selangkah ke belakang. Benar-benar membuatnya terkejut. "Jangan bilang ... elo ... diam-diam ..., diam-diam menyukai Aira?" bahkan ucapannya terbata.

"Gue tidak mau bohong, An. Karena ... elo benar gue telah menyukai Aira saat Arga mulai menceritakan segala tentang Aira pada gue dua tahun lalu."

Sangat lucu. Ini benar-benar komedi paling lucu yang pernah ia lihat. Anjani sampai tidak bisa berhenti tertawa; tertawa dengan penuh sarkas.

"Semesta jahat banget."

Arka diam dan tidak menanggapi.

"Jadi, dimana Arga sekarang? Kalau ini tentang Aira, kenapa bukan Arga yang berada di depan gue? Kenapa harus elo yang ada di depan gue?! Apa dia takut? Apa sekarang dia sudah berubah jadi pengecut?" Anjani maju ke depan sampai berdiri berhadap-hadapan dengan Arka. Ada amarah di mata Anjani dan Arka dapat melihat itu.

"An," Arka mencoba menangkan Anjani dengan memegang lengannya, tapi Anjani menepisnya.

"Ayolah, Ka! Jangan bohong sama gue! Percuma! Gue sudah tahu semuanya! Kalau Gesang tahu elo adalah kembaran cowok yang membuat Aira terluka dua tahun lalu, elo pikir Gesang bisa diam seperti sekarang?" Anjani menekan bahu Arka dengan kasar. Anjani tidak peduli kalau ia seorang peremuan dan Arka adalah sorang laik-laik. Anjani tidak peduli dengan fakta kalau Arka samapi membalasnya pasti ia akan kalah karena perbedaan tenaga mereka. Tapi, siapa peduli soal itu! Arga membuatnya marah! Arka juga lebih membuatnya marah! "Bodohnya gue, gue pikir elo Arga dan gue malah melindungi indentitas elo dari Gesang."

"An, plis."

"Plis juga, Ka, berhenti panggil gue An! Karena An cuma jadi panggilan Arga buat gue. Kalau elo terus panggil gue begitu, gue akan berpikir kalau Arga ada di dekat gue. Kalau elo panggil gue begitu, rasa benci gue pada Aira akan semakin memburuk. Gue tidak mau membenci Aira. Gue hanya ingin berdamai dengan masa lalu. Tapi, kadang apa yang gue mau tidak sejalan dengan apa yang hati gue mau. Jadi, plis, berhenti bermain-main dan katakan saja dimana Arga sekarang!"

"Fine!" Arka menaikkan nadanya. Arka sudah berusaha menahan diri, tapi kali ini ia lepas kendali. Anjani yang memaksanya.

Anjani terdiam dan tampaknya ia terkejut dengan nada tinggi Arka. Hal itu membuat Arka menghela nafas.

"Maaf ... gue—"

"Dimana Arga?" potong Anjani cepat. Meskipun Anjani sempat terdiam akibat terkejut tadi, tidak membuat pendiriannya goyah. Setidaknya Anjani terlihat sedikit tenang. Meskipun kedinginan itu masih ada di dalam tubuh Anjani.

Berbohong pada Anjani tidak ada gunanya. Lagipula, rahasia bagaimana pun dijaga dengan ketat, pada suatu saat pasti akan terkuak. Mungkin sudah saatnya rahasa kecil ini ia bagi kepada Anjani.

"Arga sebenarnya sudah meninggal dua tahun lalu."

"Apa?"

"Karena kecelakaan."

"Pembohong!"

"Buat apa gue bohong tentang orang yang udah mati?"

"...."

"Elo tadi nanya 'kan buat apa gue kesini kalau semua ini tentang Aira? Maka gue akan beri elo jawaban. Gue datang ke sini karena gue mau menyampaikan maaf Arga buatnya. Arga sangat mencintai Aira, An. Meskipun yang bisa ia lakukan adalah menyakiti Aira, Arga tetap saja tidak bisa melihat Aira terluka. Tapi, gue memang kembaran yang tidak berguna. Bukannya melakukan apa yang ia pinta, gue justru malah mendekati Aira karena perasaan gue sendiri."

"...."

"Gue kembaran yang sangat tidak berguna 'kan?"

[],

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 104K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
562K 27.3K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
4.8M 255K 57
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
3.5M 168K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...