Himoya

By rpwpcy

15.6K 2.6K 729

(On Going) Chandika Moesta, berprofesi sebagai auditor selama 4 tahun lamanya. Karena sudah jenuh dengan dram... More

Nol
Satu
Dua
Tiga
Empat
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan

Lima

1.1K 254 75
By rpwpcy

Play MulMed🎵

"Halo, Princess kuda pony. Mau dibelikan apa hari ini?" Tanya Kaila yang sedang melakukan video call dengan Delia yang dibantu oleh Bibi Yuti.

Kaila baru saja memasuki mobilnya bersiap untuk membelikan sesuatu untuk Delia, dan setelahnya ia menjemput putrinya pulang ke Himoya.

"Delia mau es krim, Ma!" Kaila bisa melihat wajah berseri Delia di layar ponselnya.

"Siyap, nanti Mama belikan. Mau rasa apa?"

"Stroberi!"

"Okeee, Mama berangkat dulu yaaa. Tunggu Mama jemput bawa es krimnya. Siyap?"

"Siyap!"

"Dadah, Mama!" Tangan Delia digerakan oleh Bibi Yuti untuk melambai pada Kaila di layar.

Setelah mematikan sambungan, ponselnya kembali berbunyi. Namun kali ini sebuah pesan, itu dari Dika.

Chandika Himoya:
Lain kali, aku aja yang jemput. Biar berangkat sama pulangnya kita barengan.

Kaila hanya membaca lalu ia matikan layar ponselnya. Sepertinya Kaila tidak perlu membalasnya, atau.. nanti? 

Kaila mulai menjalankan mobil kecilnya membelah jalan raya. Selama di perjalanan ia menyalakan musik yang tenang dan santai.

Rasanya begitu aneh jika Kaila akan bertemu dengan Dika setiap hari untuk 3 bulan ke depan. Dan ia merasakan sedikit menggebu jika di dekat Dika. Mungkin ia harus menahan emosi saat Dika mulai melontarkan kata-kata rayuannya. Tapi Kaila tidak benar-benar marah, emosinya hanya sebentar.

Sesampai di mini market, Kaila menghentikan mobilnya di area parkir lalu keluar untuk membelikan es krim Delia.

Seorang pria yang baru keluar mini market tersebut berpapasan dengan Kaila. Sepertinya Kaila tidak mengenalinya. Pria itu berniat menunggu Kaila keluar, duduk di atas motor besarnya sambil memantau setiap pergerakan Kaila. Dari mengambil es krim sampai ke depan kasir untuk bayar.

Baru Kaila di depan pintu, pria itu langsung menghampirinya lalu menarik tangan Kaila dengan kencang.

Kaila yang terkejut hampir saja berteriak. Tidak, hal ini terkejut yang berbeda setelah mengenali siapa yang menariknya, ia mulai ketakutan. Sudah satu tahun yang lalu Kaila tidak melihat pria ini.

Jantung Kaila berdegup dengan kencang sambil meronta minta dilepaskan tangannya. Pria itu membawa Kaila ke samping mini market yang begitu gelap, yang hanya ada sedikit penerangan untuk mereka bicara.

"Lepaskan!" Pria itu melepaskan tangannya setelah mereka berdiri berhadapan. "Untuk apa anda menemui saya lagi?"

Jika bertemu dengan pria ini, ada suatu hal yang Kaila takutkan.

"Menurut lo, gue nemuin lo buat apaan? Ya buat nagih hutang suami lo lah!"

"Mantan suami!" Tekan Kaila.

"Terserah lo mau bilang dia mantan atau apa pun, yang penting dia bilangnya elo yang bayar semua hutangnya!" Pria itu mulai emosi karena Kaila begitu mengulur waktunya.

Kaila menghela nafasnya dengan pilu, kenapa semua ini harus terjadi sama gue. "Berapa hutangnya?" Tanya Kaila pelan, matanya mulai berkaca-kaca.

"200 juta."

Saking terkejutnya, kaki Kaila mendadak lemas dan berpegangan pada dinding di belakangnya. Uang yang Kaila bayarkan ke pihak Himoya saja masih seperempat dari hutang si brengsek itu. Apa lagi tabungannya yang begitu menipis sekarang?

"Jangan bilang, lo nggak bisa bayar hutangnya sekarang?" Mata pria yang bernama Elang itu mulai menatapnya tajam.

Kaila meneguk liurnya sendiri membayangkan apa yang akan terjadi setelah ia melontarkan perkataannya. "Bisa kasih waktu tempo sampai awal bulan depan? Saya janji akan bayar lunas."

Tidak ada yang bisa Kaila lakukan selain membayar hutang itu sampai lunas agar bisa bebas dari rentenir langganan si brengsek.

Elang mulai mencekram pipi Kaila dengan kuat sampai Kaila meringis merasakan sakitnya. "Lo tau dari dulu gue nggak suka nunggu, bangsat!"

Tanpa sadar air mata Kaila turun melalui pipinya. "T-tapi saya memang belum ada uang sebanyak itu hari ini."

Bug!

Elang menampar wajahnya lalu menendang paha dan kaki Kaila sampai terjatuh. Kotak es krim yang tadinya ada di tangannya, kini tumpah di atas tanah. Kaila berteriak kesakitan, padahal ia sudah sekuat tenaga agar tidak berteriak jika hal ini terjadi.

Ya, setiap pria ini datang ke hadapanya. Kaila akan mendapat sebuah tamparan atau tendangan yang ia terima jika tidak memberikan apa yang pria itu inginkan.

"Kalo lo nggak kasih gue duit beserta bunganya tanggal 25 ini, lo bakal tau akibatnya. Dan gue juga tau rumah keluarga yang lo tumpangi." Tunjuk Elang pada wajah Kaila yang terkapar.

Rumah Bibi Yuti.

Air mata Kaila tidak bisa berhenti keluar merasakan empat titik yang begitu nyeri. Wajah, paha, kaki, dan terutama hatinya yang begitu pilu memikirkan bagaimana ia harus mendapatkan uang sebanyak itu sebelum tanggal 25.

Jika tidak Bibi Yuti akan terkena imbasnya.

☆☆☆

Ting tong

Dengan jas dan dasi sudah terlepas dari tubuhnya serta lengan kemeja yang digulung sampai bawah siku, Dika menekan bel kamar 27 sambil melihat layar ponselnya.

Kaila hanya membaca pesannya tanpa dibalas. Entah kenapa perasaanya tidak enak. Ia lihat juga sekarang sudah hampir jam 8 malam, tapi pintu kamar Kaila tidak kunjung terbuka.

Ia kemari ingin mengembalikan--yang sepertinya --anting milik Kaila jatuh di mobilnya tadi siang.

"Kak Dika? Ngapapin ke sini, Kak?"

Prili, mahasiswi penyewa kamar platinum 26 sepertinya  ingin keluar dengan celana panjang, jaket berwarna merah muda serta rambut diikat dengan sembarang.

"Hai, Prili. Lagi nunggu teman, kamu mau ke mana?" Tanya Dika ramah.

"Aku mau beli nasi goreng di depan komplek, Kak. Kak Dika sudah makan malam?"

Dika mencium bau-bau Prili akan mengajaknya makan malam bersama.

Bagaimana cara menolaknya ya?

Dika mulai berpikir untuk menjawab agar tidak salah langkah. Baru Dika ingin menjawab, ia mendengar suara langkah kaki dari tangga.

Itu Kaila. Tapi.. jalannya kenapa setengah pincang begitu?

"Kaila?" Dika langsung menghampiri Kaila dan melupakan pertanyaan Prili.

Merasa terpanggil, Kaila mendongak padanya dan langsung kembali menunduk menutupi pipinya yang sedikit memar.

"Kaki kamu kenapa?" Tanya Dika bingung bercampur khawatir. "Ya ampun, kamu jatuh di mana?" Dika terkejut melihat kaki kanan Kaila berwarna biru cukup besar lalu meraih kedua bahunya membantu berjalan.

"Aku bisa jalan sendiri." Tolak Kaila mencoba menepis tangan Dika, tapi pria itu menulikan perkataannya dan tetap menggiring Kaila sampai ke kamarnya.

Mereka berdua sampai lupa ada seorang gadis berdiri melihat keduanya berjalan sampai pintu kamar 27 tertutup.

Sesampai di dalam, Dika mendudukan Kaila di sofa. Dika semakin kaget melihat ada lebam di wajah Kaila dan mata wanita itu sembab seperti habis menangis.

"Kamu jatuh atau.. ada seseorang yang melakukan ini sama kamu, iya?" Kaila hanya diam menatap lantai dan itu membuat Dika semakin khawatir, terlihat jelas dari wajahnya.

"Cuma jatuh biasa. Terimakasih sudah membopoh saya ke sini, dan sekarang anda boleh pergi, Tuan Moesta." Usir Kaila.

Dika berdiri dari duduknya. Bukannya pulang, Dika berlalu mengambil sesuatu di kulkas, ia mengambil beberapa es batu dan memasukkan ke dalam plastik lalu memberikannya pada Kaila untuk mengompres lebab di wajah dan kakinya.

Rok kantor Kaila yang seatas lutut sedikit terangkat, dan itu tertangkap oleh pendangan Dika. Ada sebuah memar lagi di sana.

"Di paha juga? Ya ampun Kaila, kamu--"

"Kamu bisa pergi sekarang, Dik? Aku capek, pengen istirahat dan aku bisa urus diri aku sendiri." Usir Kaila lagi, tapi air matanya yang sekuat tenaga ia tahan kini keluar dengan derasnya di depan Dika.

Tanpa perkataan apapun Dika langsung meraih tubuh Kaila dalam pelukannya, membiarkan wanita itu menangis sampai membasahi kemeja kerjanya.



















20-03-09

ELANG, ELANG, KEBANGETAN BANGET LU LANG!
😅

Nggak nyangka byk juga yg nungguin work baru ini :")

Enjoy♡
Jan lupa kritik, saran, kasih tanda typo, vote dan komen ya guyssss :3

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 266K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1M 13.9K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.2M 18.8K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1M 48.3K 38
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...