πŸ†ƒπŸ…°πŸ…ΌπŸ…°πŸ†ƒ Sangat Membenci Me...

Von iu3a17

130K 6.9K 1.2K

[WARNING: TERDAPAT CERITA EXPLISIT BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN JANGAN MEMBACA. DISARANKAN UNTUK PENGGEMAR C... Mehr

Kata Pengantar Penerjemah Abal-Abal
Curhatan Mimin Selama Menerjemahkan
Introduction
Chapter I Katanya Semakin Membenci Sesuatu, Semakin Sulit untuk Menghindar
Chapter II Perang Dimulai
Chapter III Keduanya Memanas
Chapter IV Cara untuk Membalas
Chapter V Menyaksikan Sendiri
Chapter VII Menempelkan Daun Emas ke Belakang Patung Buddha
Chapter VIII Perubahan Sudut Pandang
Chapter IX Di Waktu Malam
Chapter X Perasaan yang Menuntun
Chapter XI Dibawah Guyuran Air Dingin
Chapter XII Mati Akibat Ucapan
Chapter XIII Di Tengah Situasi Buruk
Chapter XIV Perasaan yang Terucap
Chapter XV Menelan Kata-Katanya Sendiri
Chapter XVI Sekali Saja Tidak akan Cukup
Chapter XVII Kedua Kalinya Telah Dimulai
Chapter XVIII Mulut yang Berkata Tidak...
Chapter XIX ...Tapi Setiap Waktu Selalu Selesai
Chapter XX Sebenarnya, Hanya Merasa Takut?
Chapter XXI Beginikah Teman?
Chapter XXII Aku Tidak Akan Berbaikan!
Chapter XXIII Status Hubungan
Chapter XXIV Saat Memutar Sumbu yang Hampir Terlepas
Chapter XXV TTM Bukan Pacar, Tidak Berhak Bertindak Posesif
Chapter XXVI Berhenti Di Tempat yang Sama
Chapter XXVII Tiba Pada Titik Memutuskan Hubungan
Chapter XXVIII Menyalahkan
Chapter XXIX Ketika Type Telah Memiliki Status Hubungan
Chapter XXX Pulang ke Rumah
Chapter XXXI Harus Berpikiran Terbuka
Chapter XXXII Cara Berpikir Pria Buruk Itu
Chapter XXXIII Seseorang yang Egois
Chapter XXXIV Ulang Tahun Bersama Seseorang di Masa Lalu
Chapter XXXV Tidak Terlihat akan Dicampakkan
Chapter XXXVI Harga untuk Menahan Sebuah Kenyataan
Chapter XXXVII Ketika Dia Meminta Putus
Chapter XXXVIII Cerita Kala itu
Chapter XXXIX Sungguh, Seseorang yang Lebih Tinggi
Chapter XL Milikku!
Chapter XLI Huft, Dia Benar-benar Jahat
Chapter XLII Menghimpun Tentara, Jangan Gila...
Chapter XLIII Rasanya Benci, Bagaimanapun Juga, Aku Mencintainya
Chapter XLIV Di Atas Panggung
Chapter XLV Bercinta di Malam Hari
Chapter XLVI Kebahagiaan Ini Akankah Berlanjut ?
Chapter XLVII Di Belakang Cintanya
Chapter XLVIII Ketika Sang Mantan Kembali
Chapter XLIX Tolong, Kembalilah
Chapter L Harga Sebuah Kebohongan Merupakan Awal Masalah Besar
Chapter LI Mantan VS Pacar
Chapter LII Karena Cinta, Sehingga Takut
Chapter LIII Penyebab Berjanji
Chapter LIV Penyebab Sebenarnya
Chapter LV Kebenaran Di Bawah Dusta
Chapter LVI Investasi yang Tidak Terbayarkan
Chapter LVII Menghancurkan Topeng
Chapter LVIII Pernyataan yang Tidak Sesuai Harapan
Chapter LIX Api di Atas Sekotak Es
Chapter LX Pertarungan Panas di Lautan antara Mertua dengan Menantu
[END]Chapter XLI Akhir Pertempuran Tak Terduga

Chapter VI Seseorang yang Sok Kuat

1.8K 130 10
Von iu3a17

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Saat ini, suasana di dalam ruangan menjadi hening. Keheningan yang terjadi ini disebabkan karena keterkejutan antara dua orang, mereka sampai benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa.

Karena merasa sangat malu tubuh Type berubah menegang, bagaimanapun juga, pada saat ini dia sedang melingkarkan tangan untuk melakukannya. Baru saja dia hampir sampai ke puncaknya, tapi orang yang baru saja pulang malah memergokinya sebelum dia menyelesaikan tugasnya.

"Sialan, enyah dari hadapanku!!!"

Type langsung tersadar, saat kawan sekamarnya menginjakkan kaki ke dalam ruangan, dia terlambat memasukkan tangannya, tidak perlu menyebutkan, dia telah membiarkan si brengsek itu melihat adik kecilnya secara langsung.

"Heh~"

"A...apa yang kamu tertawakan!"

Setelah dua detik, Type langsung tersadar, dia segera menarik selimutnya untuk menutupi tubuh bagian bawah dengan ekspresi yang benar-benar malu. Selama dia menempati ruangan ini, dia memang tidak pernah mencuri waktu untuk melakukan masturbasi. Saat dia pada akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melakukannya. Rasanya dia ingin memasukkan dirinya ke dalam gentong tanah liat, kemudian membuang gentong itu ke dalam air.

Berhati-hatilah, bagaimana mungkin dia melewatkan ini begitu saja? Sebelum ini dia telah melewatkan kesempatan, kali ini si brengsek itu harus gagal juga.

"Ee..."

Tharn mengangkat bahunya terlihat seperti tidak perduli, tapi pandangan matanya masih menatap ke arah tubuh yang tertutup oleh selimut, membuat Type tidak tahan untuk mengumpat.

"Memang apa yang kamu lihat? Keluar!"

"Kenapa harus keluar, seharusnya kamu sadar kalau ruangan ini ruangan umum, ditambah lagi dengan adanya gay sepertiku, hehehe, benar-benar. Berpikir seperti ini jangan-jangan ingin aku ikut juga"

"Ikuti saja Bapakmu. Aku begitu jijik padamu sampai sulit bernafas satu ruangan denganmu! Sialan, kenapa aku harus satu ruangan dengan gay sepertimu? Banyak sekali sekelompok orang yang mau hidup normal, kenapa pria dan pria harus bersama. Apa ini artinya kurang kehangatan keluarga, orang tuamu tidak saling mencintai ya, apa ayahmu tidak mengajarimu, atau ada masalah lain? Menempel pada pantat sesama pria, benar-benar, apa itu penyakit keturunan, kalau begitu kamu..."

"JANGAN LIBATKAN AYAHKU!!!"

Type terkesiap dengan ucapannya, dia sama sekali tidak memikirkan ucapannya karena merasa begitu malu. Ucapannya ini membuat Tharn melompat ke depan tubuhnya, kemudian merebut kedua bahunya dan mencengkram dengan erat, setelah itu meneruskan perkataannya dengan suara rendah, menggunakan seluruh kesabarannya;

"Aku sudah cukup bisa menahan diri berhadapan dengan orang yang memiliki kebiasaan buruk sepertimu"

Tharn berbicara dengan nada yang ditekan setiap kata. Mata Type terbelalak melihat sikapnya, dia segera berseru;

"Lepaskan aku, dasar brengsek"

"Kalau kamu mendorongku, akan kupastikan membelah barangmu menjadi dua"

Dalam kondisi terkejut seperti ini Thiwat tidak tahu apa yang harus dilakukan, bagaimanapun juga saat ini dia bisa merasakan kalau adik kecilnya sedang menegang.

Sebuah tangan sudah menghidupkannya, saat tubuhnya bereaksi dengan mengangkat satu kaki untuk menendang, suara ancamannya jelas sekali terdengar lebih pelan. Matanya menatap ke arah tangan yang sekarang sedang mengenggam dengan erat adiknya...dia bersungguh-sungguh.

"Le...lepaskan aku!"

Telapak tangan yang terlihat besar saat ini menggenggam daging yang menegang, membuat Type menggertakan giginya, berusaha untuk berdebat dengan mulutnya. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya, jantungnya berdetak sangat cepat, ini bukan karena merasa bergairah, tapi disebabkan rasa takut yang membuat seluruh tubuhnya gemetar hebat.

"Aku seharusnya tidak melakukan apa yang kamu katakan 'kan"

Sambil berbicara Tharn telah membuka selimut, kemudian meremas daging yang rasanya panas, membuat Type menahan diri sekuat tenaga.

"Lepaskan... Aku"

Tentu Phi

Telapak tangan yang kuat itu sama sekali tidak menuruti perintah, malah mulai bergerak naik turun. Ujung jarinya menekan ujung daging dengan gerakan memutar, memperlihatkan si pelaku tahu apa yang harus dilakukan.

Tindakan Tharn sekarang jelas bukan untuk menyenangkannya, sebaliknya, dimata anak muda itu hanya ingin membuat orang lain yang ada di dalam ruangan ini takut dan mundur. Jadi dia bertindak sesuai dengan ucapannya, dan tindakannya ini terlihat bersungguh-sungguh

"Tolong lepaskan... Lepaskan... Ah!"

Type menggigit bibir bawahnya dengan kuat, membuatnya bisa merasakan rasa amis yang samar. Kedua tangannya terangkat dan memukul lemah tubuh orang dihadapannya, tidak mampu melakukan apapun. Ini bukan karena dia takut saat mendengar ancaman barang miliknya akan dibelah menjadi dua, tapi ketakutannya muncul dari kenangan yang telah lama terpendam beberapa tahun lalu, semakin lama ketakutannya berubah menjadi semakin besar.

"Tolong lepaskan aku...lepaskan..."

Meski dalam pikiran terus menerus berteriak 'Hentikan tindakanmu ini padaku, aku bukan seorang gay', tapi suara yang keluar hanya suara rintihan pelan yang menyayat hati, kedua tangan yang berada di bahu Tharn masih berusaha untuk mendorong tubuhnya agar dapat melarikan diri, sekujur tubuhnya sudah dibasahi oleh keringat dingin.

"Lepaskan... Hah... Hah..."

Rasa takut, ya, ini benar-benar perasaan takut

Type sekarang hanya mampu mengatakan pada dirinya seperti itu.

Saat ini dia melihat seorang pria bertubuh jangkung dan besar dihadapannya, wajahnya terlihat tampan dengan garis wajah yang tajam, sedangkan ekspresi wajahnya terlihat datar, kemudian dia melihat ke arah tangan yang ingin dia salahkan karena membangkitkan kenangan itu. Pria dihadapannya ini benar-benar hanya seorang remaja biasa.

Tindakan pria itu bukannya membuat tubuhnya mengejang, tapi sebaliknya telapak tangan itu hanya menyakitinya. Setiap perasaan sensitif itu menjalar ke seluruh tubuhnya, kenangan buruk itu mengikuti, seolah segala yang terlupakan mulai mengalir kembali.

"Seperti itu, anak baik. Ini tidak menakutkan, ini menyenangkan"

Wajah tampan seorang pria blasteran, sekarang tertutup oleh wajah seorang pria berekspresi janggal dengan jenggot berantakan yang terlihat di wajahnya. Pandangan matanya terlihat tengik, penuh nafsu, menatap ke arah seorang anak kecil yang tidak mampu untuk melawan.

Aku bukan anak berumur 12 tahun lagi. Kuatlah, Type lawan dia, lawan dia.

Meskipun dalam hati dia berbicara sekeras itu pada dirinya, tapi suara yang keluar dari bibirnya hanya rintihan...

"Lepaskan... Tolong lepaskan aku... Lepaskan aku... Aku... Minta maaf... Lepaskan..."

Suara isak tangis seorang bocah kecil terdengar, seolah berusaha untuk meminta orang jahat yang lebih tua menghentikan tindakan bejatnya. Kawan sekamar yang melepaskan amarah dengan berniat memberikannya pelajaran tiba-tiba saja mendongak, dia berjengit kaget melihat sikapnya.

Type tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya sekarang, dan tidak tahu seberapa merana penampilannya saat ini, dia hanya mampu terisak;

"Hik... Jangan lakukan... Jangan...."

Lepaskan aku

Lepaskan aku

Jangan lakukan apapun padaku

"Pergi kemana pria sok kuat yang baru saja menghina orang tuaku"

"Aku minta maaf... Jangan.. Jangan lakukan... Jangan..."

Type tidak tahu apa yang harus dilakukan kecuali meminta maaf. Saat meminta maaf, seluruh tubuhnya gemetar hebat, sedangkan keringatnya bercucuran, membuat orang yang sedang bekerja itu menghentikan tindakannya sejenak, tapi bukannya dia berhenti, malah menurunkan gerakannya.

"Tidak apa-apa... Tenanglah. Aku hanya akan membuatmu merasa nyaman"

Orang yang sedang menangis itu hanya menatap dengan pandangan buram, dia bisa melihat pandangan mata pria dihadapannya berubah menjadi lebih lembut, suaranya yang terdengar tegas dan kasar berubah menjadi lebih halus. Dia berusaha merangsangnya untuk sementara waktu, sambil menggenggamnya.

Fwip

"Tenanglah. Tidak apa-apa...jangan berpikir macam-macam"

Suara yang dikeluarkan orang yang sedang bekerja itu seperti nyanyian tidur. Sentuhan hangat bibirnya menusuk di daun telinga, membuat orang yang merasakannya berjengit, semakin lama tubuh yang gemetaran itu terasa semakin kuat Meskipun tubuh bagian atasnya memperlihatkan penolakan, tidak dapat tenang karena ketakutan, tapi tubuh bagian bawahnya merespon telapak tangan tanpa diketahui.

"Benar seperti itu, anak baik. Seperti itu"

Tharn berbisik, dia bisa merasakan hangatnya air mata yang jatuh ke bibirnya, sedangkan ujung jarinya masih memutar, menyebabkan sedikit cairan keluar, membuat tubuh orang yang merasakannya menegang.

"Engh... Aah... Haa..."

"Ya, tetaplah tenang. Aku tidak akan menyakitimu"

Suara ini benar-benar menakuti Type. Tapi, semakin rasa takutnya menjadi, semakin rasa nyaman terasa dari sentuhan itu.

"Em... Egh... Ahh...Haa!!!"

Telapak tangan yang menggenggam bergerak beberapa kali, sampai pada akhirnya Type dapat melepaskan kebutuhannya, nafasnya terdengar memburu dan tubuhnya yang lemas bersandar.

Orang yang baru saja membantunya menyelesaikan misi, benar-benar dibuat terkejut ketika melihat sikap musuhnya ini terlihat sangat berbeda. Jelas sekali, kondisi yang ditunjukkannya ini bukan sekedar orang yang merasa benci pada gay.

"Kamu tidak apa..."

Brakk

Tapi sebelum Tharn menyelesaikan kalimatnya, orang yang tubuhnya masih gemetar hebat telah mengangkat kakinya dan menendang tepat di tengah-tengah badannya, membuat tubuh Tharn jatuh dari atas tempat tidur. Tiba-tiba saja pria yang baru saja gemetar di dalam pelukannya berdiri, matanya terlihat memerah sedangkan sinar matanya berkobar menyiratkan kebencian.

"Aku membencimu, dasar homo jahat!"

Penampilannya saat ini membuat Tharn tidak percaya bahwa orang yang sedang menangis dan menyuruhnya untuk melepaskannya ini merupakan orang yang sama. Jadi Thara perlahan-lahan berdiri, melihat ke arah anak yang menatapnya seperti seorang kanibal, kemudian mengangkat tangannya yang masih terkena cairan keruh dari tubuh teman sekamarnya, lalu bicara;

"Tapi seorang homo sepertiku bisa membantu pria jahat sepertimu sampai keluar... Bukankah seharusnya berterimakasih"

"Pergi mati saja kamu!"

Type berteriak dengan suara tertahan, dia merasa sangat malu saat melihat ke arah tangan yang terkena cairan keruh dari tubuhnya, tindakannya ini membuat Tharn tersenyum dingin.

"Sepertinya sebagai pria gay, aku tidak punya pilihan untuk membuat *Nong[1] yang suka bertindak kasar ini menjadi lebih baik... Benar-benar menyedihkan"

Saat berbicara, Tharn membungkuk untuk meraih ponsel yang terjatuh di atas lantai, ponsel itu masih memainkan video seorang wanita yang berparas seperti boneka, sedang jungkir balik sambil mengerang di atas ranjang. Kemudian dia mengambil tas yang dijatuhkan di atas lantai untuk diletakkan sambil mematikan ponsel itu, setelah itu pergi ke dalam kamar mandi.

Brakk

Klik

Sesaat setelah pintu kamar mandi di tutup, Type mencengkram dadanya dengan erat, tubuhnya terhuyung dan melorot di sebelah tempat tidurnya, dia masih berusaha untuk menghirup udara banyak-banyak untuk masuk ke dalam paru-paru, sedangkan tubuhnya masih gemetar hebat karena ketakutan;

"Hah... Hah...Tidak... Tidak apa-apa... Sudah selesai... Jangan pikirkan Type... Jangan..."

Kali ini, Type berusaha untuk menenangkan diri dari kenangan buruknya.

Ya

Tidak apa-apa

***

"Brengsek, sebenarnya apa yang terjadi padanya?"

Setelah meninggalkan ruang utama dan menginjakkan kaki di kamar mandi, Tharn yang bermaksud untuk mencuci tangan dan mukanya berbicara pada dirinya. Ekspresi wajahnya terlihat lebih dingin dari sebelumnya. Suasana hatinya sama sekali tidak membaik, membuatnya ingin mengumpat, dia menyalakan keran, kemudian mengulurkan tangan untuk membasuh tangan dan wajahnya dengan kasar di bawah air dingin yang airnya memercik kemana-mana.

Setelah selesai mencuci tangan, Tharn menyandarkan kedua tangannya di kedua sisi wastafel, menarik udara penuh-penuh ke dalam paru-parunya, dia sadar rasa frustasi yang berada di dalam hatinya masih belum sirna, dan yang paling penting... Dia merasa begitu marah sampai memicingkan mata pada dirinya sendiri dan tidak tahu penyebabnya.

Entah karena orang itu keterlaluan karena melibatkan orang tua saat mengumpat, atau karena dia menunjukkan ketidak-berdayaan seperti seekor burung kecil yang gemetaran, atau karena umpatan yang dilayangkannya padahal sebelumnya terlihat ketakutan, atau karena... Dia sekali lagi telah membuatnya menangis.

"Dasar tolol!"

Tharn mengumpat lagi, kedua tangannya mencengkram pinggir wastafel dengan erat. Kemudian dia melihat pantulan wajahnya yang basah di depan kaca dengan tetesan air yang jatuh. Sekarang ini, dia tidak memahami perasaannya sendiri. Dia benar-benar tidak mengerti. Perasaan marah dan benci karena pemikiran gila Type masih berada di dalam hatinya, dia berpikir melakukan semua itu untuk memberikan peringatan bahwa sebaiknya tidak bermain-main dengannya. Tapi segala pemikiran itu hilang hanya karena tangisan...

"Tangisan dari seseorang sama sekali tidak mempengaruhiku"

Tharn mengatakan pada dirinya sendiri, tanpa diketahui saat ini dia sedang membohongi dirinya sendiri. Dia benar-benar merasa marah, sangat marah karena bagaimanapun juga orang itu berani mengatai orangtuanya. Jika dia buruk, dia lebih baik dituding karena keburukannya sendiri, bukan karena orangtuanya. Dia sengaja menyelesaikan semua sampai akhir, agar setelah itu bisa menghinanya, bermaksud agar anak itu menyerah. Tapi ketika mendengar rengekan yang keluar dari tenggorokannya, seluruh amarah yang dirasakannya tanpa diduga benar-benar menghilang.

Thara menutup matanya, gambaran yang seharusnya tidak harus dipikirkan malah terbesit di benaknya.

Wajah khas orang wilayah selatan Thailand dengan garis wajah yang runcing dinodai oleh air mata. Kedua pandangan matanya yang tajam gemetar, matanya memerah sedangkan air mata terus menerus mengalir membasahi bulu matanya yang lentik. Bibirnya terkatup terlihat pucat pasi, padahal tubuhnya tegap, tapi gemetaran seperti seekor burung kecil di dalam sangkar.

Melihat penampilan Type yang seperti itu membuat Tharn benar-benar tidak tahan untuk...

Melindunginya.

"Dia bahkan sampai membawa-bawa orang tua, kenapa harus merasa kasihan padanya"

Tharn menatap ke depan, kemudian menghembuskan nafas panjang. Setelah itu melepaskan tangannya dari ujung wastafel. Berusaha untuk menghilangkan pemikiran yang mempengaruhi hatinya.

Pemuda itu membuka baju seragamnya, dia bisa melihat tanda memar di tengah-tengah tubuhnya, dia sekarang menghadap ke depan,

"Tharn kamu tidak akan mendapatkan apa-apa meskipun mengasihaninya. Huh, kenapa harus merasa kasihan"

Dengan memegangi bajunya, dia berbicara. Setelah itu dia menadah air dengan kedua telapak tangannya, dan mengguyurkan air itu ke wajahnya. Kemudian dia keluar dari kamar mandi. Untuk sejenak dia mengambil ponselnya untuk menemui sahabatnya.

"Long, apa kamu masih di kampus? Temani aku makan"

Dia tidak bisa berlama-lama di ruangan saat ini, atau sebaliknya, kemungkinan besar dia akan bertengkar dengan kawan seruangan-nya lagi.

Saat ini dia berjalan melewati ruangannya, dia hanya melirik sedikit, kemudian berjalan keluar gedung asrama begitu saja sambil membatin;

Tidak perlu merasa kasihan dengan seseorang sok kuat sepertinya

***

"Paman Paman, Paman benar-benar tahu lapangan sepak bola agar aku bisa bermain"

"Di belakang gedung itu. Ada sebuah lapangan tua yang ditinggalkan. Sangat besar lapangannya, ayo kita pergi bersama"

Jangan pergi, Type. Jangan pergi, jangan pergi.

Sebuah mimpi samar terlihat. Type hampir tidak bisa mengenali wajah seorang pria berjanggut dihadapannya. Dia hanya melihat bagian bawah wajahnya, sedang menatap ke arah anak laki-laki berusia 12 tahun sambil memperlihatkan senyuman palsunya. Anak laki-laki itu tidak tahu seberapa bahayanya dunia luar. Dia hanya terlihat gembira saat akan mendapatkan tempat untuk bermain sepak bola, pria itu memandang ke arah matanya.

Jangan pergi, jangan pergi, jangan pergi dengannya.

Type berteriak di dalam kegelapan. Dia berusaha untuk merebut tubuh anak laki-laki itu, tapi lengannya terasa begitu lemah, dia bahkan berteriak dalam keheningan. Hanya mampu melihat ke arah bocah kecil yang sedang berjalan bersama bolanya, terlihat begitu percaya pada pria yang bersamanya.

Anak laki-laki itu... Aku

Type sekarang terkejut dengan pemikirannya. Ketika dia berusaha sekuat tenaga untuk meraih anak itu, orang itu malah membawanya semakin lama semakin menjauh.

***

"Mau kabur kemana bocah?"

Hah!

Setelah maju beberapa langkah, pria berjenggot itu tiba-tiba muncul di hadapannya, sedang menyeringai memperlihatkan deretan giginya. Suara tawanya terdengar gila menggema di dalam kepala. Menyebabkan rasa takut yang lama terpendam bertahun-tahun kembali muncul bagaikan badai yang menerjang dengan gila.

Tolong... Tolong Lepaskan aku!

"Biarkan paman menikmati sedikit bocah, Cuma sedikit, sedikit..."

Type berusaha untuk melepaskan diri, dia bisa merasakan air matanya turun. Seluruh tubuhnya basah karena tetesan keringat. Dia menemukan tubuhnya begitu ketakutan, dan gerakan tangannya seolah terhenti

"Lepaskan aku... Lepaskan aku... Jangan lakukan apapun padaku"

Suara anak kecil itu benar-benar pelan, sama sekali tidak bergema. Ketika kedua tangannya berusaha untuk ditarik dari tali tebal yang mengikat kedua lengannya, dia terus bergerak sampai kulitnya terluka. Anak itu merasakan takut, seperti bertemu monster jahat yang siap untuk menyantap jantungnya. Tubuh kecil itu hanya mampu gemetaran dengan hebat, berusaha untuk melawan.

Sebagai hasilnya, dengan menyedihkan tubuhnya bisa merasakan rangsangan karena pengaruh emosional dari tangan kasar yang menyentuhnya. Pria itu terlihat begitu lapar sambil menggosok pahanya, sedangkan bibirnya bicara terus menerus berbicara;

"Anak baik, tidak perlu takut. Kita hanya bersenang-senang"

"Tidak, aku tidak senang, tolong lepaskan aku... Ah, tolong lepaskan aku"

Anak laki-laki itu masih terus memohon belas kasihan , tapi telapak tangan yang menjijikkan itu terus menerus menggosok di kakinya, kemudian menarik celana panjangnya. Dengan sikap yang menjijikan orang itu bernafas dan menyentuh bagian tengah tubuhnya. Sambil bersuara 'Oh'

Seseorang, tolong aku. Kumohon, tolong, tolong aku...

"BANGUN, TYPE!!!"

Siapa, siapa itu? Tolong, kumohon, tolong aku

"TYPE, KUBILANG BANGUN!!"

Suara ini, Tharn, ini Tharn 'kan? Tolong, kumohon Tharn, Tolonglah aku

"SUDAH KUBILANG, BANGUN TYPE!!!!!"

Suara teriakan terdengar, menyingkirkan gambaran wajah menjijikkan di hadapannya. Karena tiba-tiba terbangun, orang yang sangat ketakutan itu terlihat kewalahan saat membuka matanya. Saat mendapati bahwa orang yang membangunkannya ternyata orang yang telah mengganggunya. Dia menduga akan melihat ekspresi hinaan atau pandangan sengit seperti orang yang mau daging mentah. Tapi, yang Type lihat... Orang itu terlihat cemas.

"Tidak apa-apa, kamu sudah terbangun, kamu sudah terbangun"

Sepasang tangan yang kuat telah menarik tubuh lemah Type untuk masuk kedalam pelukan, untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya tahu satu hal... Saat ini dia sudah aman.

***

"Aku pergi dulu"

"Sebenarnya apa yang sedang kupikirkan?!"

Saat ini Tharn berbicara pada dirinya sendiri dengan nada marah. Setelah menelpon temannya yang baru saja pulang, dia pergi dan bertemu dengannya untuk makan bersama, tapi setelah selesai memesan makanannya, dia merasakan perasaan gelisah yang tidak dapat diungkapkan. Jadi setelah beberapa menit bertemu, dia berbicara pada Long untuk pamit, kemudian segera keluar dari kedai makanan.

Dia menangis, sialan. Dia menangis seperti anak kecil!

Kalimat itu terus berputar dalam kepalanya. Awalnya Tharn hanya mengira Type takut dengan ancaman akan membelah barang miliknya menjadi dua, tapi setelah suasana hatinya tenang dan berpikir sekali lagi, gejala yang terlihat itu bukan hanya ketakutan karena dia mengancam akan merusak barangnya, seandainya pun dia sangat membenci tindakannya sampai menangis, dia tidak mungkin terisak sambil memohon untuk meminta melepaskan dirinya.

Semakin dipikirkan, Tharn semakin tidak tahan untuk tetap duduk. Orang yang mengaku tidak perduli dengan teman seruangan-nya itu, sekarang buru-buru untuk kembali ke asrama secepat mungkin. Wajah basah karena peluh dan tangis teman sekamarnya benar-benar menghantui pikirannya, sehingga dia mempercepat langkah kedua kakinya.

"Hm? Tidak dikunci?"

Tidak lama kemudian Tharn yang tiba di depan pintu memasukan kuncinya, dan menemukan bahwa gagang pintu dalam keadaan tidak terkunci. Tentu saja Tuan Thara ini merasa terkejut melihat ini.

Type tidak pernah tidak mengunci pintu.

Saat ini, tidak ada cahaya di ruangan, suasana sekitar begitu gelap. Hanya terlihat bayangan hitam seseorang yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya. Untuk sesaat Tharn merasa lega dan bermaksud untuk berbicara pada Long, tapi saat dia melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam ruangan

"Hah... Hah... Hah..."

"Sialan! Sudah keluar sebanyak itu masih bisa bermain lagi?"

Tharn mengumpat dengan perasaan dongkol karena merasa sia-sia mencemaskan seseorang dan kembali ke ruangan dengan putus asa. Pada kenyataannya, orang yang sedang dicemaskan malah tertidur dengan bahagia di atas tempat tidurnya. Ditambah lagi, orang itu bahkan tidak takut melakukan hal seperti itu lagi setelah kepergiannya. Tapi saat Tharn bermaksud untuk memberi peringatan, langkah kakinya terhenti.

"Lepas... Lepaskan aku... Hah... Hah... Lepaskan.... Kumohon"

Suara orang itu terengah-engah, dia bergerak di atas tempat tidur terlihat tidak nyaman. Tharn segera menyalakan lampu dan datang untuk melihat kondisinya.

"Type, ada apa?"

Tharn terlihat sangat ketakutan, sehingga dia segera berderap untuk melihat kondisinya. Saat ini dia bisa melihat dengan jelas, orang yang biasanya terlihat sok kuat sekarang wajahnya basah karena keringat, ekspresi wajahnya terlihat janggal seolah sedang menerima siksaan, kemudian orang itupun berbicara dengan terbata-bata;

"Tolong... Jangan... Tolong... Hiks...."

"BANGUN TYPE!!!"

Kali ini ini kedua tangan Tharn memegangi bahunya dan dengan lembut menggoyangkan tubuhnya demi membangunkannya dari mimpi buruk. Tapi tubuh yang dicengkeramnya malah semakin terguncang, air mata anak itu jatuh, membasahi kedua pipi. Melihat ini Thara mencengkram erat satu bahunya, untuk mengguncangkan tubuh itu lebih keras, sedangkan tangan lainnya berusaha untuk menepuk dengan lembut wajah Type sambil berteriak;

"TYPE, KUBILANG BANGUN!!"

"Hiks"

Tapi anak yang sedang tertidur itu hanya mulai merengek lagi, membuat orang yang melihat tidak tahan melihatnya tersiksa.

"Tolong.... Aku... Tha....Tharn"

"SUDAH KUBILANG, BANGUN TYPE!!!!!"

Setelah dia mendengar namanya disebut, Tharn menggunakan kedua tangannya untuk mencengkram bahu Type, kemudian menarik tubuhnya dari tempat tidur dan mengguncangkan tubuhnya dengan kuat. Dengan suara teriakan yang keras dia berusaha untuk membangunkannya.

Teriakan itu pada akhirnya mampu membuat kelopak mata Type terbuka, sedangkan pandangannya kabur karena air mata. Di dalam hati Tharn tahu... Itu adalah perasaan takut

Perasaan takut yang dilihatnya, membuat Tharn bertindak tanpa berpikir panjang dengan mengulurkan tangan untuk memeluknya. Dia menarik tubuh itu, dan merekapun saling berpelukan dengan erat

"Tidak apa-apa, kamu sudah terbangun, kamu sudah terbangun"

Suara Tharn yang dalam berusaha untuk menenangkannya, salah satu tangannya sekarang menggosok punggungnya dengan lembut, Sedangkan tangan lain menepuk kepalanya. Seolah sedang menenangkan anak kecil

"Jangan cemas, Type. Jangan cemas. Itu semua hanya mimpi buruk"

Sebenarnya apa yang dimimpikannya?

Sang drummer muda itu bertanya dalam hati. Firasatnya mengatakan bahwa anak di hadapannya ini membenci gay bukan hanya sangkaan buruknya saja. Tapi dia memiliki alasan logis yang membuatnya bersikap seperti itu. Alasan itu membuat seluruh tubuhnya benar-benar gemetaran sambil terisak-isak, sama sekali tidak cocok dengan sikap sok hebat yang biasa di tunjukkan olehnya.

"Jangan cemas"

Jantung Tharn rasanya terhenti sejenak, saat tangan yang terkulai terangkat dan mencengkram erat seragamnya. Sederhana saja, jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Kemudian... Plak!

Ketika kedua tangan Tharn mendorong tubuhnya, dengan cepat sebuah kepalan tangan memukulnya, sampai orang yang sedang duduk di pinggir tempat tidur hampir saja jatuh. Belum sempat Tharn berpikir karena rasa sakit yang dirasakan, suara teriakan terdengar;

"JANGAN MACAM-MACAM DENGANKU!!!!!"

Kalimat yang diucapkan tersirat sedikit kemarahan di dalamnya, membuat pikiran Tharn kembali. Dia langsung memutar kepalanya sambil memegang ujung dagunya dengan satu tangan untuk menahan rasa sakit karena pukulan.

"Apa maksudnya macam-macam?! Aku sedang berusaha membangunkanmu"

"Memang siapa yang mintamu."

Type berbicara sambil menggertakan gigi saat mengatakan kalimatnya, kemungkinan besar dia masih merasa sangat ketakutan karena tubuhnya terlihat gemetaran. Kedua matanya terlihat memerah sedangkan tangannya mengepal menahan tangis, melihat sikapnya yang sok kuat membuat Tharn berdiri dari tempatnya, menatap ke depan, dan bertanya dengan nada bicara yang dingin.

"Kamu memang tidak meminta... Tapi aku ini orang baik-baik, bagaimanapun juga aku harus satu ruangan dengan seekor kerbau yang ketakutan karena mimpi buruk, aku bisa apa..."

"Aku tidak merasa takut karena mimpi buruk. Kamu tidak tahu apapun, jangan mengacau!"

Type langsung menimpali ucapannya, dia terlihat mengepalkan tangan bersiap untuk melemparkan pukulannya sekali lagi. Karena cukup yakin kekuatannya sudah kembali, Tharn hanya menghela nafas lalu bertanya;

"Jadi apa yang membuatmu takut?"

"Aku tidak takut apapun, orang seperti aku tidak takut apapun"

"Kalau begitu, kenapa kamu menangis dan gemetaran sampai seperti itu. Ini bukan karena merasa takut kah. Hei, berhentilah bersikap sok kuat"

"Aku mau sok kuat, itu urusanku. Kuberitahu padamu, meskipun aku menangis sampai mati, aku tidak akan pernah memintamu, apalagi meminta pertolongan darimu! Camkan itu dalam otakmu"

Anak yang sok kuat itu masih saja memiliki lidah yang tajam. Meskipun begitu bulu mata yang basah karena air mata masih terlihat jelas. Membuat orang yang buru-buru kembali ke ruangan tanpa memakan makannya itu merasa marah. Ucapannya itu membuatnya semakin merasa frustasi.

"Kamu mau bersikap sok kuat sampai sejauh apa"

"Itu urusanku!"

Tharn mengepalkan tangannya dengan erat, dia berusaha untuk menahan amarah melihat tindakan orang yang ada dihadapannya. Dia tidak percaya orang itu masih saja mampu berbicara seperti itu. Ketika dia mendengarnya namanya di sebut saat orang itu bermimpi buruk, pandangan tentangnya berubah, sekarang dia bahkan bicara bahwa mimpi buruk yang menyakitinya itu bukan apa-apa.

Meskipun Tharn sekarang bisa sedikit tenang, tapi rasa kecewa mulai bergumul di hatinya.

Mungkinkah dia tidak meminta pertolongan, tapi ingin melarikan diri darinya.

"Kalau begitu aku minta maaf, saat aku masuk, aku tidak mengerti soal itu"

Sang drummer muda itu hanya berbicara begitu, dia melemparkan tas punggungnya di atas tempat tidur, kemudian berjalan untuk mengambil handuk dan baju tidur dari dalam lemari, lalu berjalan ke depan teman sekamarnya, memasang wajah sama sekali tidak perduli dan tidak melihat apapun yang terjadi di sana, meninggalkan ruangan untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Saat pintu kamar mandi ditutup, Type membenamkan kepalanya di kedua tangan, menutup matanya erat-erat. Perasaan malu dan takut saat ini bercampur menjadi satu.

"Tidak, aku tidak akan meminta bantuan. Tidak akan"

Meskipun dia berusaha mengatakan pada dirinya seperti itu, tapi saat dia membenamkan kepala di kedua tangannya ... Dia terlihat seperti sedang memeluk dirinya sendiri.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Penulis: M.A.M.E.

Thai-Indonesia: iu3a

*[1] น้องชาย(nóng chaai): Adik laki-laki. Untuk mempersingkat, Mimin pakai kata Nong(น้อง) karena biasanya seseorang yang lebih muda memang dipanggil Nong.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

576K 50.9K 84
Judul: Counterattack Bahasa version Cast: Feng Jianyu as Wu Suo Wei (uke) Wang Qing as Chi Cheng (seme) Chen Qiushi as Jiang Xiaoshuai (uke) Cai Zha...
12K 941 46
Auhor: Luo Yue Qian Genre: Romance Smut Yaoi Karena suatu kecelakaan, Chu Ling, seorang Omega, secara paksa ditandai oleh Alpha aneh bernama Han Gu...
133K 14.8K 124
Penulis : Shui Qian Cheng Penerjemah Inggris : 1. ShaoYeLoveBL 2. Rosy0513 Penyunting Bahasa Inggris : Beloved...
3.7M 54.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...