Shitty Black | Kuroo Tetsuroo

By alyhani

63K 4.7K 2.5K

Fanfiction by ©alyhani Kuroo Tetsuroo X Reader Haikyuu belongs to ©Haruichi Furudate sensei ... More

ⓟⓡⓞⓛⓞⓖⓤⓔ
①. ⓗⓘⓜ
②. ⓗⓔⓡ
③. ⓗⓔⓡ&ⓗⓘⓜ
④.ⓣⓗⓔⓜ
⑤.ⓟⓐⓘⓝ
⑥. ⓤⓝⓔⓐⓢⓨ
7. ⓒⓗⓐⓝⓒⓔ
⑧. ⓣⓔⓛⓛ
⑩. ⓗⓐⓟⓟⓘⓝⓔⓢⓢ

9.ⓤⓢ

5.5K 360 181
By alyhani

🕘

' Lemme be better for you '

🌹

Matanya terasa berat. Ia paksa kelopak mata untuk terbuka, menerima secercah cahaya matahari dari balik tirai yang tertutup. Rasa pening menyergapnya seketika. [Name] mengaduh sembari memegang kepala. Tak lama rasa pening itu menghilang.

"Kenapa rasanya lelah sekali? Padahal aku baru kembali dari rumah sakit," gumamnya sambil meregangkan tubuh.

Didapatinya sebelah kasur yang telah kosong. Tak ada siapapun di sana. [Name] menghirup napas dalam-dalam, memenuhi rongga paru-parunya dengan oksigen. Setelahnya ia menghembuskan napas perlahan, mengulum senyum dengan garis mata menurun.

"Yah, tapi tadi malam aku tidur sangat nyenyak, sampai memimpikan Tetsuroo. Apalagi itu adalah mimpi terindahku dua tahun belakangan." [Name] beranjak dari kasur. Membenahi selimut dan bantal sebelum melangkah menuju kamar mandi.

Kantuk masih menggantung. Dibasuh wajahnya pelan-pelan, dan menggosok gigi secara merata.

Ia letakkan cangkir untuk berkumur dan sikat giginya. Menumpu seluruh beban tubuhnya pada tangan yang kini bersandar pada washtafel. Ia pandang sekali lagi wajahnya dalam pantulan cermin. Tak nampak gurat lelah. Hanya ada satu yang cukup mengganjalnya.

"Apa aku menangis saat tidur? Mataku sembab begini." Jemarinya meraba lembut area sekitar mata. Masih menatap pantulan diri. Ia hela napas sekali lagi sebelum beranjak dari washtafel. "Tetsuroo sudah sarapan belum, ya? Aku tak menyiapkan apapun untuk sarapannya."

"Aku belum sarapan," sahut seseorang dari balik tubuh [Name].

Wanita itu tersentak di tempat. Ia balikkan tubuh secepat mungkin, mendapati sosok lelaki dari bilik ruang bilas. Matanya melebar tak percaya, jantungnya berpacu begitu cepat.

Tetsuroo mendekat, menempatkan tangannya di atas kepala [Name]. "Bagaimana keadaanmu? Ada rasa pusing atau semacamnya?" tanyanya dengan handuk yang terlilit di tubuh bagian bawah.

"Te--Tet--Tetsuu--" ujar [Name] terbata. Tetsuroo hanya berdeham, memperhatikan wanitanya sekali lagi. "Ku--kupikir kau sudah berangkat ke kantor."

Tetsruoo mengernyit heran. "Ada apa? Apa ada yang terjadi? Hari ini aku tidak akan ke kantor, aku harus memastikan kondisimu pulih sepenuhnya."

Wajah [Name] memerah tiba-tiba. Semua ini terasa mendadak. Perhatian Tetsuroo, begitu mendadak.

Melihat istrinya yang kelimpungan, Tetsuroo membawa wanitanya dalam pelukan besar. [Name] dapat merasakan tubuh Tetsuroo. Kehangatan yang terpancar padahal lelaki itu baru saja mandi. "Jika ada yang ingin kau sampaikan, katakan saja. Aku tak ingin ada sesuatu ynag membatasi kita lagi. Tolong, biarkan aku menjadi suami yang baik bagimu."

Mendengarnya membuat dada [Name] bergetar. Rasa sesak dalam dada menjalar ke seluruh tubuh. Tenggorokannya tercekat, tak dapat ia mengeluarkan suaranya. Rasanya begitu sakit. Rasanya sangat menyedihkan.

"Ke--kenapa baru mau berusaha sekarang, Tetsu? Kita... Kita sudah menikah sejak dua tahun lalu, bukan? Kenapa kau hanya menyakitiku dari dulu... Aku sampai sulit mengatakan jika aku hamil. Kenapa baru berusaha sekarang, Tetsu?" Tangis [Name] pecah.

"Ba--bagaimana jika saat itu aku tak tertolong? Apa kau akan berusaha jadi suami yang baik setelah kehilangan istrimu? Bagaimana jika telepon itu adalah kali terakhir aku mendengar suaramu? Tetsu bodoh! Sungguh bodoh! Bodoh banget!"

Tetsuroo hanya berdeham kecil, mengusap rambut dan punggung istrinya berulang-ulang, menenangkan sang wanita. Dia tak akan bicara. Dia tak akan mengelak. Dia tak akan mencari alasan. Dia mangakui kebrengsekan dirinya sendiri. Dia tak akan berusaha terlihat baik di depan istrnya. Karena sudah serusak itu citranya di hadapan sang istri.

[Name] masih menangis di sana, menumpahkan segala protes dan umpatan yang selalu tertahan dalam hati. Memeluk suaminya, hingga tak terasa melukai punggung Tetsuroo akibat cengkramannya. Lelaki itu meringis, tapi tak sekalipun ia mendesiskan suaranya. Luka cakar hanya sebagian kecil, satu per seratus juta rasa sakit yang [Name] tanggung selama menikah dengannya.

Tetsuroo terus membelai surai [h/c] [Name]. Menepuk punggungnya selembut mungkin. Mendekapnya semakin dalam, menelusuri dada bidangnya. Sementara Tetsuroo hanya bisa menunduk, meratapi semua kebodohan.

🌹

Channel-channel televisi menampilkan dorama, berita, dan kartun-kartun yang umum di tayangkan di sore hari. Tetsuroo menghela panjang, tak kunjung menemukan sesuatu yang menarik baginya. Tangannya masih setia bergerak, mengelus lembut surai [H/c] dalam pangkuan.

"Tidak ada acara yang ingin kamu tonton?" tanya Tetsuroo pada [Name].

Wanita itu menggeleng pelan, menghadap televisi dalam posisi tidur dengan paha Tetsuroo sebagai bantal.

Inilah definisi 'menghabiskan waktu bersama'. Melalui kecanggungan, keheningan, dan kebisuan antar sesama. Seharian ini mereka hanya diam, tetap berdekatan namun tak bersuara. Seharian ini mereka makan bersama, tanpa sapaan yang percuma.

Tetsuroo memijat pelipis, jengah akan kecanggungan yang tengah melanda. "[Name], mau jalan-jalan sebentar sekalian cari makan malam?" tawar lelaki itu.

[Name] tak langsung menjawab. Tak lama kepalanya mengangguk dan segera bangkit dari posisinya. "Aku ingin es krim yang ada di taman kota, Tetsu!"

"Eh?"

"Kok malah 'eh!?' sih! Ayo!" Entah dari mana semangat itu muncul. [Name] menarik paksa tangan Tetsuroo hingga mereka sama-sama ke kamar untuk ganti baju serta bersiap-siap sebelum pergi.

Wanita itu memilah bajunya dengan wajah gembira. Memilih rok selutut warna coklat serta sweater warna krem berpadu tas jinjing warna hitam. Sementara Tetsuroo memilih memakai celana jeans warna hitam dan kaos oblong warna hitam dipadu coat coklat tua kesayangannya.

"Oh tidak... Kenapa suamiku sangat tampan di pakaian serba hitam!" [Name] berseru heboh, mengelilingi tubuh tinggi Tetsuroo dengan mata berbinar. "Suamiku akan mencuri banyak perhatian~" Tiba-tiba saja wanita itu pergi keluar kamar, menuruni tangga dengan senandung riang tanpa peduli ekspresi aneh yang Tetsuroo buat.

Lelaki itu hanya ersenyum. Melihat sisi baru wanitanya yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. Bahwa [Name] wanita yang seaneh dan seceria itu.

Keduanya berjalan berdampingan. Di antara kebahagiaan yang menyelimuti taman kota, tawa canda anak-anak, bahkan derap lari para pejuang STAN--eh maksudnya pejuang kurus dan pejuang tubuh ideal. Tetsuroo menggamit tangan istrinya erat, mengikuti segala arah yang ditunjuk oleh [Name] dengan wajah cerah.

"Langit senjanya indah, ya, Tetsu! Aku selalu ingin jalan-jalan ke sini denganmu hehe..." kata [Name] sambil nyengir lebar. "Es krim di sini jadi langgananku saat pulang sekolah semasa SMA. Hampir setiap hari aku beli, jadi hampir satu bulan sekali aku demam, yang artinya hampir satu bulan sekali aku bolos."

Tetsuroo tertawa kecil, masih memerhatikan wajah istrinya yang begitu gembira.

"Padahal Keiji sudah memperingatkanku, tapi aku mengabaikannya. Hingga aku harus membuat Keiji kerepotan menjagaku. Waktu itu aku tinggal sendiri, sih, jadi aku hanya punya Keiji," lanjut [Name].

Mendengarnya membuat hati Tetsuroo mencelos. Rasa perih ia rasakan ketika nama mantan kekasih sang istri terucap dari mulutnya. Mantan satu-satunya yang membuat [Name] begitu bahagia semasa itu.

"Tapi kini Tetsuuro jadi suamiku. Saat aku sakit pun kau selalu meluangkan waktu untuk menjagaku di rumah sakit. Sekarang aku tidak khawatir lagi jika suatu hari kondisi tubuhku memburuk."

C T A K ! Satu sentilan kecil [Name] terima di dahinya. Ia mengaduh, memegang dahinya dengan kedua tangan sambil cemberut. "Sakit, Tetsu!"

"Jangan berkata begitu, [Name]. Kau tidak kasihan padaku yang akan kesepian jika kau sakit?" Tetsuroo mengajukan protes. Memang siapa sih yang ingin orang terkasih jatuh sakit?

[Name] terkejut kala membuka mata. Wajah Tetsuroo teramat dekat, membuat jantungnya kembali berpacu dalam lintasan kuda. "I--iya, iya! Jangan sedekat ini, dong!" Kedua tangan [Name] mendorong tubuh Tetsuroo menjauh. "Di sini banyak orang," ujarnya sambil mengalihkan pandang.

Jemari Tetsuroo yang kuat meraih dagu [Name]. Lelaki itu sedikit membungkuk, mensejajarkan tingginya dengan tinggi sang istri. "Memang kenapa? Kau, kan, istriku."

Mendengar itu membuat [Name] gugup setengah mati. Buru-buru ia cari alasan yang sekiranya masuk akal. "Ka--kalau orang lain mengira kita akan ciuman, kan, bahaya!"

Seketika [Name] merutuk dalam hati. 'Bodoh, kenapa malah kata-kata itu, sih, yang keluar!?'

Dan ketika wanita itu sibuk mengumpat dalam hati, Tetsuroo lebih dulu menempelkan bibirnya ke bibir sang istri. Kecupan itu tak terlepas selama beberapa saat. Tak peduli apa yang orang-orang katakan, dia hanya ingin perasaannya tersalur dengan baik. Menyentuh hati sang istri. Memberitahu bahwa ia sungguh-sungguh dalam menginginkannya.

"Ma, ma. Kakak-kakak itu berciuman. Mereka sudah nikah apa belum, ya?" Suara seorang anak menggema begitu saja.

"Ssst... Jangan bicara begitu. Itu bukan urusan kita, kan?" jawab mamanya sambil berusaha membuat anaknya berhenti bicara yang tidak-tidak.

Tetsuroo segera melepas ciuman dan menghadap anak yang tadi kelepasan bicara. [Name] pun juga ikut menoleh, wajahnya merah merona.

Tak lama suara mencicit terdengar, [Name] tengah menahan tawa mati-matian. Tak lama tawanya keluar, membuat suaminya ikut tertawa ketika menyadarinya.

"Ayo, [Name], kita harus segera beli es krimnya, kan?"

🌹


"Tetsuroo~!" seru seorang wanita dari arah lantai dua kediaman Kuroo. Lelaki yang dipanggil menjawab sekencang mungkin. "Aku mau sushi! Belikan dong!"

Tetsuroo menaiki tangga secara perlahan, menghampiri istrinya yang tengah tidur telungkup sembari membaca majalah mengenai fashion.

Lelaki itu mengamati lagi istrinya. Tidak habis pikir. "Kita baru makan sashimi pagi tadi, kau juga sudah makan mapo tofu dua jam lalu, kan? Kau serius mau makan sushi?"

[Name] mengangguk penuh semangat. "Tentu!"

Lelaki itu menghela napas panjang, sebelum kembali mendekat membelai surai [h/c] [Name]. "Baiklah, tapi berjanjilah untuk kau habiskan, ya?"

[Name] tiba-tiba murung. Menyembunyikan wajahnya di balik majalah fashion yang masih dipegang. "Tetsu, aku tidak bisa berjanji. Ini hanya dorongan dari lidahku."

"Satu ciuman, setelah itu akan kubelikan."

"Ayolah, aku lagi malas bergerak."

"Malas bergerak maka tidak ada sushi."

"Ah, baiklah, baiklah!"

[Name] bangkit dari posisinya. Menghadap sisi wajah Tetsuroo dengan lebih dulu meneguk salivanya. Di sana Tetsuroo sudah memejamkan mata, sisi mulutnya tertarik membentuk seringai tipis. "Kau curang sekali!" kata [Name] sambil memukul tubuh suaminya.

B R U K ! Pukulan itu membuat tubuh Tetsuroo oleng hingga jatuh di atas kasur. Namun ketika Tetsuroo membuka matanya, bibir [Name] sudah membekapnya lebih dulu.

Perlahan lidahnya mulai membelai bibir sang kekasih. Mencecap setiap yang ada di sana, membasahi bibir sang idaman dengan penuh rasa ingin. Sang wanita menyentuh permukaan dada suaminya, turun dan membuat lingkaran kecil yang makin membesar di perut berkotak empat.

Perlahan ia menjauhkan wajahnya, membuka mata dan melihat Tetsuroo yang kini ada di bawahnya. Matanya melebar sempurna. Menangkap pandang sang suami yang ternyata melalui ciuman tadi dengan mata terbuka. "Ke--kenapa kau membuka matamu? Ciuman itu, kan, harus sambil memejamkan mata!"

Tetsuroo menyipitkan pandang, menarik sebelah alisnya dengan senyum miring yang berbahaya. "Aku hanya ingin melihat istriku yang mesum. Tidak boleh?"

[Name] mengalihkan pandang, menggenggamkan tangannya di atas dada Tetsuroo. "Aku tidak mesum. Kau saja yang selalu mengeluarkan hawa 'hot'mu." Bibirnya memanyun kecil.

"Haha~ Ada ada saja..." Tetsuroo tertawa kecil. "Kemarilah, sepertinya keinganmu pada sushi sudah berubah." Tawa renyahnya terdengar.

Wajah wanita itu makin memerah. "Mou..." Perlahan ia memejamkan matanya dan memeluk sang suami.

"Mattaku..." Tetsuro menjadikan lengan atasnya sebagai bantal [Name]. Ia bawa [Name] ke dalam pelukan terdalamnya sekali lagi. "Aku mencintaimu, Kuroo [Name]."

Dada [Name] berdesir lembut. Ia hanya bisa tersenyum, menyisip lebih dalam di pelukan Tetsuroo. 'Akhirnya aku mendengar apa yang selama ini ingin aku dengar.'

"Wakatteru yo..."

🌹

[200301]

A.N

Makasih untuk kalian yang selalu baca cerita ini! Semoga ini bisa menghibur kalian, ya.

Salam,

Alyhani

Continue Reading

You'll Also Like

95.7K 8.5K 21
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
274K 23.4K 35
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
379K 39.3K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
34.7K 3.3K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...