NATA [Selesai]✓

trajec70ries

904K 96.8K 6K

Versi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengek... Еще

PROLOGUE
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
EPILOGUE
For you...
Sequel?
📌Skema Nestapa
°• Elegi & Tawa •°
MAU TANYA
INPO TERBIT MAZEHHH
VOTE COVER
PILIH BONUS NOVEL
OPEN PO

CHAPTER 23

15.4K 2.4K 209
trajec70ries

#23

Seperti dua hari yang lalu, sore ini Kota Jakarta kembali diguyur hujan. Bedanya, hujan kali ini tak membawa kilat dan petir. Hanya ada linangan bening yang terus berjatuhan. Membangkitkan potongan-potongan kejadian manis. Memori singkat yang mengusik ketenangan. Seperti yang di rasakan oleh gadis berkucir kuda di meja sudut kafe; Elzi. Menatap linangan air yang terpampang jelas dari balik kaca besar. Otot-otot bibirnya mulai tergerak, membentuk lengkungan di sana. Elzi tersenyum.

Entah mengapa, ia teringat anak kecil yang dulu memberinya permen jahe. Sosok yang ia rindukan hingga detik ini. Anak kecil yang membuatnya memiliki semangat hidup. Konyol memang. Tapi, itulah kenyataannya. Dulu, Elzi benar-benar rapuh. Bisa dikatakan ia jatuh terjerembab ke titik paling rendah. Sangat rendah hingga rasa-rasanya Elzi ingin ikut pergi bersama Ayahnya.

Elzi tersenyum kecut. Kilasan manis tadi terendam oleh memori pahit di hidupnya. Gadis itu teringat sang Ayah. Kenangan tentang Ayahnya masih sama. Membawa luka jiwa dalam dirinya. Rasanya menyakitkan. Sesak. Seakan rasa itu telah membeku dalam jiwa Elzi. Tertanam sedari Elzi kecil, menyiksa batin.

Dulu Ayah Elzi mengalami kecelakaan mobil. Bukan, bukan di mobil Ayah, melainkan di mobil milik seorang wanita seumuran dengan Bundanya. Elzi masih mengingat jelas. Di rumah sakit itu, bukan hanya ada mayat Ayahnya. Masih ada dua mayat lagi. Seorang wanita dan anak perempuan kecil sepertinya.

Jeritan histeris dari Bunda masih bisa Elzi dengar hingga saat ini. Jeritan pilu itu sungguh terasa menyakitkan dan melukai Elzi. Luka basah itu semakin menganga lebar kala sosok pria menyeramkan datang menghampirinya dan Bunda yang masih menangis pilu.

Lelehan air mata akhirnya lolos kala Elzi mengingat kata-kata pria menyeramkan itu.

"Semua gara-gara suami kamu! Karena dia, saya kehilangan istri dan anak saya!"

"Kamu tau! Lelaki bajingan itu telah berselingkuh dengan istri saya. Itu semua pasti karena kamu tidak becus mengurus suami! Dasar keluarga pembawa sial!"

Berbagai cacian dan bentakan terus dilayangkan lelaki itu. Bahkan suara kasar itu terus berdengung di telinga Elzi. Menyusup masuk dan menghunuskan belati tajam ke hati Elzi. Kata-katanya sangat kasar dan menakutkan hingga membuat kepala Elzi terasa akan pecah. Benar-benar menyiksa batin Elzi.

Elzi yang kala itu tak terima karena Bundanya dibentak, akhirnya mencoba mendorong pria itu. Berharap dia segera enyah dan tak membentak Bundanya lagi. Tapi yang terjadi, pria itu justru menampar Elzi dengan keras. Bahkan tubuh ringkihnya sampai terhempas jauh. Pria itu sangat kasar. Elzi membencinya. Sekarang pun perasaan benci itu masih ada. Walau Elzi juga tak bisa berbohong bahwa dirinya masih trauma atas perlakuan buruk pria itu. Pertama kalinya dalam hidup Elzi, ada seseorang yang berani memukulnya. Bermain tangan kepadanya. Dan itu pun oleh orang yang tak Elzi kenal. Rasa benci dan takut begitu kental dan nyata dalam diri Elzi kala mengingat semua itu.

Dulu Elzi tak mengerti apa maksud ucapan pria yang seumuran dengan almarhum Ayahnya itu. Sebelum akhirnya, Elzi tau makna semuanya dari kejadian pahit yang kembali menimpanya. Setelah pemakaman Ayah, Elzi melihat Bundanya terkapar di kamar dengan obat-obatan yang sudah berserakan. Bundanya mencoba mengakhiri hidupnya sendiri kala itu. Beruntung Bunda masih bisa diselamatkan, walau harus terbaring di rumah sakit cukup lama.

Sejak saat itu Elzi tau. Pria menyeramkan di rumah sakit adalah monster. Dia membawa luka yang begitu dalam untuk Bunda lewat kata-katanya, yang saat itu Elzi kecil tak mengerti akan maknanya. Kata-kata iblisnya hampir membuat Elzi kehilangan lagi sosok penting dalam hidupnya. Sosok Bunda. Wanita yang paling ia sayangi.

Selama Bundanya memejamkan mata di rumah sakit. Elzi selalu datang menemui makam Ayahnya. Elzi takut. Elzi kecil sangat takut kala itu. Elzi tak mau Bundanya pergi. Gadis kecil itu tak mau mimpi buruknya datang lagi. Ia hanya bisa menangis tersedu. Terus berfikir, apakah Bunda tak sayang lagi padanya? Hingga berniat pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Lalu alasan kepergian Ayah karena apa? Apakah Ayah pergi karena Elzi nakal? Elzi tak menurut kepada Ayah? Elzi selalu makan coklat dan es krim? Atau karena Elzi sering menangis ketika Ayah akan berangkat kerja. Itukah alasan Ayahnya pergi? Sungguh, Elzi kecil akan berjanji tak akan melakukan kesalahan-kesalahan itu lagi. Elzi kecil akan jadi anak penurut, Elzi kecil akan berhenti makan coklat dan es krim, Elzi kecil tak akan menangis saat Ayah berangkat kerja. Elzi akan melakukan semuanya asal Ayahnya kembali.

Itulah pemikiran Elzi kecil. Pemikiran seperti itu terus datang beriringan bersama air mata dan isak pilunya. Rasa sakit ini nyata. Berbaur dengan hidupnya. Menjadi parasit yang tak terlihat oleh pelupuk mata. Hingga akhirnya Elzi menemukan cahaya di dalam labirin gelapnya. Sosok anak kecil yang memberikan uluran tangan padanya. Membawa secercah harapan. Meruntuhkan spekulasi negatifnya. Karenanya Elzi tau, di dunia ini masih ada yang peduli padanya. Masih ada yang mau tersenyum bersamanya.

Elzi rindu sosok kecil itu. Jika Tuhan mengizinkan Elzi bertemu lagi dengannya, maka Elzi akan mengucapkan kata singkat yang belum sempat terucap dari bibir Elzi. Terima kasih. Terima kasih telah menghiburnya. Terima kasih sudah peduli kepada Elzi kecil. Elzi ingin terus berteman dengannya. Elzi rindu.

Elzi masih mengingat jelas senyuman manisnya yang kala itu menenggelamkan keresahan Elzi. Mata hitamnya menyorotkan kehangatan kepada Elzi. Bola mata itu mengunci Elzi dalam rasa bahagia singkat namun bermakna. Mata itu... Seketika kening Elzi menampakkan kerutan-kerutan halus, kala mengingat mata bocah kecil itu. Entah kenapa nama Nata tiba-tiba muncul di benaknya.

Akhir-akhir ini, Elzi bisa merasakan kehangatan itu dari bola mata Nata. Seakan, mata Nata menampilkan bayang-bayang yang amat Elzi rindukan. Bayangan bocah cilik pemberi permen jahe, Elzi merasakan kehadirannya di manik hitam Nata.

Akh, mengingat soal Nata. Dua hari ini Elzi tak bertemu Nata di sekolah. Tadi ketika ia akan mengembalikan baju Nata. Teman-temannya memberi tau Elzi bahwa Nata tengah sakit. Lebih tepatnya, terakhir Nata datang ke sekolah sebenarnya ia sudah sakit, bahkan setelah bermain basket cowok itu izin ke UKS-- tidak mengikuti KBM. Itu berarti, saat di halte bersamanya,  Nata sedang sakit? Mungkin karena itu juga Nata masih mengenakan baju olahraga sore itu. Nata sakit dan Elzi tak menyadarinya? Ck Elzi akui dirinya memang payah.

Elzi bertopang dagu dengan lesu. Menatap jalanan dari balik kaca besar di sampingnya. Hujan sudah reda. Matahari sore pun mulai menampakkan siluetnya, melukiskan guratan jingga di ufuk barat yang menawan. Sangat indah. Keramaian jalanan mulai terlihat,  berderu bising oleh si kuda besi. Payung bermekaran yang lebih terlihat seperti jamur berjalan, kini mulai menguncup, menghilang, disimpan oleh tuannya. Elzi masih betah duduk menatap fenomena ini dengan ditemani secangkir kopi yang sudah tidak mengepul lagi.

Elzi menyipitkan netranya kala melihat sosok familiar yang keluar dari pusat perbelanjaan-- sebrang kafe. Itu, Omah Ola. Elzi langsung membayar pesanannya lalu berlari menghampiri Omah.

"Omah?" girang Elzi.

"Elzi?" sahut Omah. Terlihat Omah terkejut juga senang akan kehadirannya.

Elzi melihat belanjaan Omah. "Belanjaan Omah banyak banget."

"Iya. Mau Omah bawa ke tempat cucu Omah. Dia sedang sakit."

Elzi mengangguk mengerti. "Omah lagi nunggu Taxi?"

"Enggak. Tempat cucu Omah dekat dari sini. Tadi Omah ke sini bareng sopir Omah. Tapi Omah suruh dia pergi, Omah mau jalan kaki saja ke tempat cucu Omah." Jelas Omah.

Elzi sedikit terkejut. Pasalnya Omah membawa belanjaan yang tidak sedikit. "Kalo gitu, biar Elzi bantu bawakan, ya, Omah?"

"Elzi mau?" tanya Omah kemudian terlihat Elzi mengangguk semangat.

***

Dunia itu sempit. Penuh kejutan. Sungguh. Elzi membuktikannya sekarang. Elzi tak tau harus berekspresi seperti apa ketika sambutan pertama yang ia dapat adalah Nata tengah berpelukan dengan seorang gadis. Ralat, lebih tepatnya, di ujung tangga apartemen ini Nata tengah di peluk oleh seorang gadis cantik.

Elzi berdiri di ambang pintu apartemen Nata bersama Omah. Ya, Nata adalah cucu Omah Ola. Sungguh, ini sangat mengejutkan bagi Elzi. Kenapa selalu ada Nata dalam hidupnya? Seakan semesta selalu memihak mereka berdua.

Kedua tangan Elzi masih memegang tas belanjaan Omah. Keduanya masih bergeming menatap dua manusia di ujung tangga yang masih belum menyadari kehadiran Elzi dan Omah.

Omah berdehem. Terlihat keduanya berjengit kaget. Lalu, gadis itu tersenyum sumringah dan berlari menuruni tangga. Memeluk Omah.

"Omah, Marsha kangen." Ucapnya.

"Omah juga kangen sama Marsha." Balas Omah dengan sudut bibir tertarik ke atas. Omah tersenyum hangat.

Elzi memandang Omah dan gadis yang ia ketahui bernama Marsha, berpelukan dengan erat. Seakan mereka sudah lama tidak berjumpa. Sedangkan di ujung tangga, Nata masih belum merubah ekspresinya. Tak ada raut terkejut melihat Elzi. Tapi, matanya terus menatap Elzi.

Elzi tersentak dari lamunannya. Entah sejak kapan cowok itu sudah berdiri di hadapannya. Nata mengambil tas belanjaan dari tangan Elzi lalu membawanya ke dapur.

Manik Elzi terus mengikuti pergerakan Nata di dapur. Hingga suara Omah berhasil mengalihkan perhatian Elzi. "Elzi, terima kasih sudah bantu, Omah, yah?"

Elzi tersenyum manis. "Sama-sama Omah. Kalo gitu Elzi pamit pulang dulu Omah."

"Eh, jangan pulang dulu. Kita makan bersama dulu. Elzi mau 'kan?"

"Tapi... "

Ucapan Elzi terpotong kala Marsha menuntun Elzi, dan mendudukan Elzi di kursi-- meja makan. "Nggak papa, Kak. Jangan malu-malu gitu." Ucapnya seraya tersenyum.

Omah tersenyum. "Iya udah, kalian tunggu di sini dulu yah? Omah mau nyiapin makanan dulu." Pamit Omah yang dibalas anggukan oleh dua gadis itu.

"Oh iya kita belum kenalan. Nama aku, Marsha Putri Atmaja. Nama kakak cantik siapa?" gadis itu memberikan uluran tangannya pada Elzi.

Elzi pun menjabat tangan Marsha. "Nama kakak, Elzira Virgina Sandika. Panggil Elzi aja." Marsha pun mengangguk, mengiyakan.

"Emang kamu umurnya berapa tahun?" tanya Elzi.

"Aku masih imut-imut kak, baru mau 17 tahun. Kakak sendiri umur berapa?"

"Kakak mau 18 tahun." Jawab Elzi yang tak lupa memberikan senyumannya.

Marsha duduk di samping Elzi. Kemudian ia menatap Elzi dengan menampilkan deretan giginya. "Kakak cantik, deh. Bagi tips-tipsnya dong, kak. Marsha pengin cantik juga."

"Eh?"

"Kasih tau caranya, ya, ya, ya?"

Puk

Nata tiba-tiba menggeplak kening Marsha. "Nggak usah rese."

Marsha meringis, kemudian memberi tatapan garangnya kepada Nata. "Apaan si, Bang Nata jahat banget!"

Cowok itu mengambil tempat duduk berhadapan dengan Elzi. Ia tak memperdulikan kekesalan Marsha. Dengan santai Nata membuka minuman bersoda di genggamannya kemudian menenggaknya sampai habis.

Elzi memberikan senyuman kaku. Sepertinya hubungan Nata dan Marsha memang sudah terjalin dekat. Dilihat dari tingkahnya sedari tadi. Ya, walaupun hubungan seperti apa yang keduanya miliki, Elzi masih belum mengerti. Atau lebih tepatnya, Elzi tak mau tau.

"Kak Elzi, tau nggak? Cowok lempeng ini tuh ngeselin banget tau!" Marsha mengadu kepada Elzi.

"Kompor." Cibir Nata.

"Biarin. Wlee. Itukan fakta. Bang Nata emang nyebelin." Sungutnya.

Elzi lagi-lagi memberikan senyumannya. Jujur saja, ada rasa iri yang kini merayap di dinding hati Elzi mengenai kedekatan Marsha dengan Nata. Gadis itu pun bingung, kenapa ia harus merasa iri seperti ini. Toh, Nata pun tak mempunyai hubungan yang spesial dengan dirinya. Hubungan yang bisa mengatasnamakan perasaan iri di hati Elzi.

"Sejak kapan kenal, Omah?"

Elzi terhenyak. "Eh? Itu... Udah agak lama, kok." Terlihat Nata mengangguk, tanpa berniat memperpanjang percakapan di antara keduanya.

"Emm... Lo udah sembuh? Kata temen bobrok... emm... Maksud gue kata sahabat lo, lo lagi sakit." Ucap Elzi.

"Tunggu-tunggu." Marsha yang memang masih berada di tengah-tengah mereka pun akhirnya merasa bingung.

"Kalian berdua kenal?"

Nata mendengus. "Kepo."

Marsha memutar bola matanya malas. Kemudian ia menatap Elzi. "Kakak udah kenal sama Bang Nata?"

"Emm... Udah."

Elzi sempat menebak akan ada ekspresi kecewa dari wajah Marsha. Tapi perkiraannya melenceng amat jauh. Marsha justru berteriak heboh. Girang.

"Daebakkk! Bang Nata ternyata punya kenalan cewek. Cantik lagi. Aku kira Bang Nata gay, yang sukanya pisang sama pisang..."

Seketika mulut cerewet Marsha terkatup rapat kala Nata menatapnya dengan tajam. Demi apapun, Nata sudah sangat geram dengan Marsha. Nata ingin melakban mulut Marsha rapat-rapat. Kemudian menendangnya sampai kawah Gunung Bromo detik ini juga!

"Peace. Bercanda, Bang." Marsha memberikan cengiran pokernya. Berharap mendapat pengampunan dari Nata.

Elzi menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecil. Jika di perhatikan, Marsha ternyata memiliki kepribadian yang mirip dengan dirinya. Hiperaktif dan bar-bar. Melihat Nata yang selalu kesal dengan Marsha sedari tadi, membuat Elzi berfikir. Apakah Nata sama kesalnya jika Elzi tengah bertingkah menyebalkan?

"Kak Elzi kok bisa kenal sama Bang Nata?" tanya Marsha lagi.

"Kita satu sekolah." Jawab Elzi.

Marsha memberikan senyuman jahilnya. "Cuma satu sekolah, nih? Nggak ada yang spesial gitu?"

"Eh?" Elzi menerjap-nerjapkan kelopak matanya. "Enggak. Kita cuma temen, kok."

"Lagi cerita apa sih? Kelihatannya seru banget." Omah menyela.

Terlihat Omah membawa beberapa piring lauk di nampan. Elzi dengan sigap ikut membantu Omah menata makanan tersebut di meja makan.

Omah tersenyum lalu mengelus puncak kepala Elzi sebelum akhirnya Omah ikut duduk-- bergabung bersama keseruan mereka. Elzi pun tersenyum manis lalu ikut mendudukan diri.

"Ini Omah, ternyata Kak Elzi pacarnya Bang Nata." Celetuk Marsha.

Elzi hampir saja tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan ngawur Marsha. "Eh, enggak Omah. Elzi cuma temen Nata, kok."

Omah ikut tersenyum jahil. "Jangan-jangan si muka kaku yang dulu kamu ceritain itu Nata?"

Damn!

Elzi baru ingat, dulu saat pertama kali bertemu Omah. Elzi sudah menceritakan yang tidak-tidak mengenai Nata. Maksud Elzi, ia menceritakan segala kekesalannya terhadap Nata. Catat! Tak ada poin untuk memuji Nata di narasi Elzi yang disampaikan kepada Omah.

Elzi memejamkan mata rapat-rapat. Mengigit bibir bawahnya. Gadis itu tengah mengutuk dirinya sendiri habis-habisan. Situasi macam apa ini?!

Gadis itu memberanikan diri membuka mata-- melihat Nata. Secepat kilat Elzi mengalihkan lagi pandangannya ke Omah. Ia takut dengan Nata. Sungguh, Nata yang sebelumnya terlihat apatis dan lebih menikmati masakan Omah ketimbang berbaur dalam percakapan, kini justru tengah menatap Elzi dengan tatapan dingin-- tertarik kepada ucapan Omah. Err... Menyeramkan.

Elzi menggaruk tengkuknya. "Omah." Cicitnya.

Omah pun tergelak. "Udah, Nat. Jangan liatin pacarnya kayak gitu. Kasihan, nih, pacar kamu takut."

Marsha yang sedari tadi tertawa geli melihat Elzi dan Nata akhirnya bersuara lagi, "Bang Nata galak banget si sama pacar sendiri."

"Omah, Elzi beneran bukan pacar Nata." Ucap Elzi sedikit merengek.

"Bohong." Nata bersuara. Kontan semua pasang mata kini menatapnya.

"Siapa yang bohong, Bang?" Marsha antusias.

"Cewek gue."

"Uhukk uhukk." Dan akhirnya Elzi benar-benar tersedak ludahnya sendiri. Matanya melotot kepada Nata. Meminta penjelasan mengenai lontaran konyol cowok itu.

"Apa?" Nata menantang Elzi. Senyuman smirk muncul di sana. Dan itu, benar-benar terlihat menyebalkan di mata Elzi. Sangat menyebalkan! Sepertinya Nata kembali bermain-main dengannya.

"Lo 'kan emang cewek gue."

Blush! Siapapun tolong bawakan topeng untuk menutupi muka Elzi yang sudah memerah!

_____________________________________________
Tbc....
Kalo kalian suka bab ini, silahkan tinggalkan vote dan komen:D

Aku mau ngucapin makasih juga buat kalian yang udah mau mengapresiasi cerita ku yang nggak seberapa ini wkwk... Makasih semuanya🧡

Maaf ceritaku masih banyak kesalahan. Aku juga baru belajar dan masih amatir wkwk...

Intinya terima kasih atas dukungan kalian semua🧡aku sayang kalian🧡

See you

Продолжить чтение

Вам также понравится

Anvaller [END] IG : JOURNALASTT

Подростковая литература

302K 18.7K 73
[ Sebelum baca follow dulu ya] #1 wattpad (13/06/21) #2 basket ball (31/03/21) #1 Arista (16/02/21) #1 Fikar (23/01/21) Arista Kenzie alexis. Gadis...
CAKRA [On Going] ALLÉ PETRICHOR

Подростковая литература

1.2K 739 24
Cakra Buana ketua geng motor LASKAR, dengan berbagai cerita dan tragedi yang dialami, sehingga mengancam sampai bahkan merenggut nyawa. Cerita yang c...
Agmission Kanagara

Подростковая литература

2K 358 36
༺Agmission༻ -𝓓𝓾𝓪 𝓐𝓽𝓶𝓪 𝓟𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪- "Mengenal diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, 'kan?" Mita, gadis yang memiliki...
ALZELVIN Diazepam

Подростковая литература

6.1M 337K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...