NATA [Selesai]โœ“

By trajec70ries

904K 96.8K 6K

Versi novel tersedia di Shopee Firaz Media. *** Adinata Emery Orlando merupakan pemuda yang tidak bisa mengek... More

PROLOGUE
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
CHAPTER 31
CHAPTER 32
CHAPTER 33
CHAPTER 34
EPILOGUE
For you...
Sequel?
๐Ÿ“ŒSkema Nestapa
ยฐโ€ข Elegi & Tawa โ€ขยฐ
MAU TANYA
INPO TERBIT MAZEHHH
VOTE COVER
PILIH BONUS NOVEL
OPEN PO

CHAPTER 19

15.1K 2.2K 56
By trajec70ries

#19

Nata sungguh-sungguh dengan ucapannya untuk mengantar Elzi pulang. Elzi pun tak memberi penolakan kepada Nata. Gadis itu masih belum bisa mencerna semua kejadian yang terpampang di depannya. Bahkan, Elzi seakan tuli oleh teriakan Nelly yang terus memanggil namanya.

Yang jelas, isi kepalanya hanya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan mengenai Nata.

Sungguh, Elzi masih tak mengerti.

Kenapa dia sampai bertengkar seperti ini?

Sejak kapan Nata melihat keberadaan dirinya di tempat ini?

Kenapa tiba-tiba sikap Nata seperti ini?

Dan, sebenarnya ada apa dengan Nata?

Ini sangat aneh. Satu minggu lebih mereka sama sekali tak berinteraksi. Jangankan berinteraksi, bertegur sapa saja tidak pernah. Dan sekarang, Nata justru bertingkah seakan semuanya baik-baik saja. Bukan, bukan maksud Elzi bahwa hubungan mereka berdua tidak baik. Tetapi, siapa yang tidak merasa aneh apabila di hadapkan oleh tingkah Nata yang terkesan mendadak seperti ini

Elzi tau jelas, Nata itu dingin tak tersentuh. Bahkan, tatapan dinginnya tadi pun membuat nyali Elzi meluruh. Tapi, saat Nata menggenggam tangannya, gadis itu merasakan tangan hangat Nata yang seakan menenangkannya. Mungkin itu hanya perasaan Elzi saja. Tapi, genggaman Nata tadi, benar-benar nyaman.

Ah, sudahlah. Memikirkan Nata dan hatinya sendiri sungguh membuat kepala Elzi bertambah pening.

Jujur saja, Elzi juga masih shock melihat kejadian tadi. Apalagi, ia tidak pernah di hadapkan oleh pertikaian menyeramkan seperti itu. Bahkan jika ia melihat adegan kekerasan di film pun, gadis itu akan men- skip -nya. Tapi tadi? Justru ia menyaksikan langsung dengan mata telanjang.

Terlalu banyak berspekulasi membuat Elzi tak sadar bahwa mereka telah berhenti di pekarangan rumahnya.

Merasakan tidak ada pergerakan dari gadis di belakangnya, Nata pun membalikan tubuhnya untuk melihat Elzi. Gadis itu masih bergeming dengan tatapan kosong. Nata menghela nafas, bisa ia tebak Elzi masih ketakutan. Dilihat dari tangan gadis itu yang masih gemetaran.

"El?"

Elzi masih bergeming.

"Elzira?"

Elzi menatap Nata cukup lama. Kemudian, "gu- gue baru pernah liat kayak tadi."

Nata kembali menghela nafas, tentu saja perasaan bersalah dalam hatinya itu ada. Tak seharusnya Elzi melihat sisi dalam diri Nata yang tadi. Tapi, ia sama sekali tak menyesal telah menghajar keparat itu. Bajingan yang sudah merendahkan harga diri gadis yang kini bersamanya.

Terlihat Nata turun dari motor lalu memberikan uluran tangannya kepada Elzi. Namun, gadis itu tak menerima uluran tangan Nata, ia merasa masih bisa turun dari motor sendiri.

Nata yang tadi akan menarik uluran tangannya pun akhirnya urung juga kala melihat Elzi hampir terjatuh. Sepertinya kaki Elzi masih lemas.  Alhasil tangannya itu ia gunakan untuk menahan bahu Elzi, agar gadis itu tidak luruh.

Merasa lebih baik, Elzi memberikan isyarat tangan pada Nata, menunjukan bahwa ia sudah bisa berdiri sendiri. Jadilah Nata menjauhkan tangannya dari bahu Elzi.

"Maaf, kalo perbuatan gue tadi buat lo takut."

Elzi tidak menjawab, bola matanya justru terfokus pada tangan Nata. Dilihatnya tangan Nata yang gemetaran. Bukan gemetar karena takut sepertinya tadi. Elzi yakin pasti tangan pria itu sakit. Hal itu terlihat dari beberapa memar yang disertai darah pada punggung tangan Nata.

Nata mengikuti arah pandang Elzi. Kemudian Nata memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.

"Dia nggak ngelawan aja tangan lo luka. Gimana kalo dia ngelawan tadi?" sarkas Elzi. Walau Elzi dapat merasakan ada sebagian dari dalam hatinya yang kini merasa khawatir.

Nata terkekeh. "Gue jago."

"Lo pikir berantem kayak tadi itu jagoan? Kelakuan bocah tau nggak!" entahlah, kenapa Elzi bisa merasa sekesal ini sekarang.

Nata mendengus, "lo yang bocah."

"Enak aja! Gue udah gede!"

Nata menyandarkan sebagian tubuhnya ke motor. "Kalo udah gede, keluar-keluar tuh pake celana." Cibir Nata yang terlihat kesal.

Jangan tanyakan pada Nata kenapa ia sekesal ini. Karena Nata pun tak tau jawabannya. Anggap saja Nata tengah meledakan bomnya. Ia sudah menahan rasa kesal ini sejak tadi. Apa lagi Nata kembali teringat dengan tatapan para bajingan yang seakan mendamba tubuh Elzi. Shit! Tempramen Nata sepertinya memang sedang buruk akhir-akhir ini.

"Iiihh ngaco! Gue pake celana tau!" Elzi tak terima. Gadis itu pun sedikit menyingkap bajunya ke atas, hingga menampakkan hotpants yang ia kenakan, "nih!" tunjuknya.

Nata melirik sebentar, "tetep aja. Nggak pake celana!"

"Iihh kok gitu sih!"

"Bodo." Kukuh Nata.

Elzi menatap Nata kesal, begitu juga dengan cowok itu. Nata menatap Elzi dengan datar hingga selang beberapa detik keduanya justru tertawa. Elzi tertawa renyah sedangkan Nata terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepala. Entah menertawakan apa, mereka berdua pun tidak tau. Karena yang mereka rasakan kali ini sama. Nyaman. Mereka hanya ingin tertawa lepas bersama.

Dan, agaknya perasaan takut yang sempat merayap di hati Elzi perlahan menguap entah kemana. Gadis itu mulai terbawa suasana santai bersama Nata. Ya, setidaknya begini lebih baik.

Elzi meredam tawanya kala dirinya terkesima oleh wajah Nata yang berpuluh kali lipat lebih tampan saat tersenyum.

Tanpa sadar Elzi bergumam pelan. "Ganteng banget si."

"Hem?"

Elzi tersentak kemudian ia menerjapkan kelopak matanya polos, apakah cowok itu mendengarnya. "Apa?"

"Tadi ngomong apaan?" ucap Nata. Sepertinya cowok itu tidak mendengarnya dengan jelas. Fiuh.

"Hah?"

"Ulang."

"Hah?"

"Yang tadi."

"Hah?"

Nata berdecak kesal. Kemudian cowok itu pun menyentil kening Elzi cukup keras. "Bego!" ucapnya.

Elzi mengadu kesakitan seraya mengusap keningnya. Tapi gadis itu tak memprotesnya. Hitung-hitung mengalihkan perhatian Nata, gadis itu pun memilih untuk melayangkan pertanyaan. Jujur, ia juga sudah penasaran sedari tadi.

"Kenapa tadi lo berantem?" tanya Elzi seraya meringis-- takut jika Nata marah karena pertanyaannya.

Melihat Nata masih terdiam, Elzi menggaruk tengkuknya. "Nggak jawab nggak papa kok, gue juga nggak kepo-kepo banget. Ini juga 'kan privasi lo. Tapi... kalo lo maksa jawab, gue juga tetep nggak papa, hehe." Ujar Elzi disertai cengiran lebarnya.

Nata terkekeh mendengar ucapan Elzi. "Dia nyenggol gue." Jawab Nata sekenanya.

Kening Elzi mengerut. "Nyenggol? Nyenggol kayak gimana?"

"Menurut lo, nyenggol itu gimana?"

Elzi mengerucutkan bibirnya. "Emm, nabrak?"

"Hm, semacam itu."

"Iihh. Harusnya tuh tanyain dulu, dia sengaja atau enggak. Jangan main hajar-hajar aja. Lo kira dia samsat tinju!" sungut Elzi.

"Samsak tinju." Koreksi Nata dengan bola mata yang berotasi. Cakep-cakep bego. Batin Nata.

"Iya itu maksud gue."

"Terus, kenapa tiba-tiba ngajak gue pulang bareng?" tanya Elzi hati-hati.

Nata menatap Elzi sebentar sebelum akhirnya menjawab, "bocah nggak pake celana. Kelamaan di luar entar masuk angin."

"Nat, serius." Elzi melayangkan protes dengan sedikit rengekan di dalam intonasinya.

Nata terkekeh samar. Namun alih-alih menjawab, Nata tiba-tiba malah melayangkan pertanyaan dengan sirat ketidaksukaan di sana. "Ngapain ke tempat kayak tadi?"

Elzi mengedipkan kedua matanya berulang-ulang. Kemudian, ia menjawab, "kata Nelly di sana banyak cogan."

Nata mendengus. "Mana ada cogan. Burik-burik iya." Ketusnya.

"Dih, sirik lo! Tapi emang tadi di sana ganteng-ganteng kok." Jujur Elzi yang mengundang dengusan dari Nata.

"Mata lo sliwer!"

"Lho, kok jadi gue yang sliwer?"

Nata jengah, "jangan ke tempat kayak tadi lagi."

"Dih, kenapa? Gue yang pengin. Suka-suka gue, lah!"

"Bahaya, El." Ucap Nata dengan intonasi datar namun terkesan lembut. Tak lupa mata elangnya yang menatap manik hangat milik Elzi.

"Di sana bukan tempat cewek-cewek kayak lo." Ujar Nata yang terdengar-- perhatian.

Elzi bersedekap dada. "Terus kalo gue nggak boleh, lo boleh gitu?"

"Hm." Nata mengedikan bahunya.

Elzi memukul lengan Nata, kesal dengan respon cowok itu. "Nggak adil namanya." Cibir Elzi.

Nata terkekeh. Kemudian, cowok itu membenarkan posisinya, menghadap Elzi sepenuhnya. "Dengerin gue. El, lo cewek dan gue cowok. Efeknya bakal beda kalo lo ke tempat kayak tadi."

"Dan, itu dunia motor, dunia balap liar, dunia anak-anak berandal kayak gue dan temen-temen gue. Dunia gelap Rasi dan geng motor lainnya. Kita semua berandal, El. Bahkan nggak cuma balap liar, kita juga tawuran."

Elzi terdiam. Gadis itu bingung harus memberi respon macam apa. Yang ia lakukan hanyalah terus menatap mata elang Nata, mata elang yang kini memberi kehangatan padanya. Benar, tatapan Nata tak dingin seperti biasanya. Tapi, mengapa pancaran hangat itu terasa tak asing bagi dirinya? Seolah Elzi sudah pernah melihat tatapan hangat Nata seperti sekarang. Apakah Elzi pernah bertemu Nata jauh sebelum mereka satu sekolah?

Aish! Sepertinya itu sangat mustahil.

Nata pun sama, masih menatap manik Elzi.  Satu hal yang kini Nata rasakan. Ia khawatir, atau bahkan sangat. Mengingat musuhnya telah mengetahui tentang Elzi. Ia takut, Leo akan menjadikan Elzi sebagai umpan.

Entah sadar atau tidak, Nata mengulurkan tangannya lalu mendaratkannya di puncak kepala Elzi. Cowok itu mengacak surai Elzi dengan lembut.

"Gue nggak minta lo ngertiin gue dan geng motor yang lain. Karena dari segi mana pun, geng kayak kita emang nggak bisa di toleransi. Gue cuma mau lo jaga diri lo sendiri. Lo lebih tau, mana yang baik dan mana yang buruk buat hidup lo." Ucapnya dengan senyuman tipis. Sangat tipis.

Nata kembali mengacak surai hitam Elzi. "Gue cabut." Pamit Nata, dan Elzi masih bergeming.

Sejurus kemudian lelaki itu langsung melesat bersama motornya-- meninggalkan pekarangan rumah Elzi.

Elzi meraba dadanya. Lagi dan lagi, laju jantungnya terasa sangat tidak normal. Terus berpacu dengan cepat, dan pelakunya masih sama. Nata. Cowok itu selalu memporak-porandakan isi hatinya. Selalu Nata.

"Lo lebih bahaya, Nat."

__________________________________________
TBC
KALO KALIAN SUKA BAB INI SILAHKAN TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN. TERIMA KASIH:D

MAAF KALO KURANG NGE FEEL😫 Maapin suwer, masih amatir. Maaf juga banyak typo dan kesalahan yang lainnya, ya:(

SEE YOU

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.9M 91.5K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.6M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2K 358 36
เผบAgmissionเผป -๐““๐“พ๐“ช ๐“๐“ฝ๐“ถ๐“ช ๐“Ÿ๐“ฎ๐“ถ๐“ซ๐“ฎ๐“ท๐“ฌ๐“ฒ ๐“ข๐“ฎ๐“ถ๐“ฎ๐“ผ๐“ฝ๐“ช- "Mengenal diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, 'kan?" Mita, gadis yang memiliki...
20.1K 2.9K 49
[SUDAH TERBIT] Untuk pemesanan buku hubungi WA : 081774845134 Dear Pembaca ... kisah ini bukan kisah edukasi yang bisa membuat wawasan kali...