Zo Untuk Zia

Oleh ElisyaIcha

5.3M 94.8K 9.7K

"Kalau Abang sukanya Kak Bela, Zia bisa apa? Tapi kalau Zia yang jodohnya Abang, Pacarnya Abang bisa apa?" Se... Lebih Banyak

🌊PROLOG🌊
BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
PENGUMUMAN

BAGIAN 3

138K 11.7K 1K
Oleh ElisyaIcha

_______________________
_______________________

Kenzo mengacak rambutnya gusar, ia membanting kertas kertas ditangannya kearah laptopnya lalu mengubah posisi tidurnya yang tadinya telungkup menjadi telentang.

Ia menatap langit langit kamarnya yang berwarna putih bersih. Menghembuskan nafas panjang lalu menoleh kearah jam dinding.

Jam sudah menunjukan pukul 20.35 dan dia belum juga selesai mengerjakan tugasnya. Itu berarti sudah empat jam setengah dia berkutat dengan tugasnya.

Kenzo menghela nafas panjang, lalu memejamkan matanya.

TOK TOK TOK

Kenzo membuka matanya dengan kesal, baru saja ia ingin tidur sudah ada yang mengganggu saja. Ck, menyebalkan.

Dengan langkah malas, Kenzo berjalan menuju pintu lalu membuka pintu kamarnya, matanya melebar melihat siapa yang datang dengan membawa sepiring salad buah dan segelas susu diatas nampan itu.

BRAKK

Kenzo kembali menutup pintu kamarnya dengan kasar sama sekali tidak berniat menyuruh gadis diluar sana masuk. Tidak, gadis itu tidak boleh masuk ke kamarnya. Sampai kapanpun.

"Abaangg ihh Zia pegel pegangin nampan! Bunda Rahma bilang Abang belum makan dari sore."

"Abaaangg!!"

"Bangg Zoo!!"

"Abangg ihhh,"

TOKK TOKK TOKK

"Abaaanngg,"

TOK TOK TOK

Kenzo mengerang kesal ia kembali bangkit dari kasur lalu membuka pintu kamarnya.

Terlihat Kenzia yang masih setia memegang nampan dengan mata yang kini sudah berkaca kaca.

Kenzo mengambil dengan kasar nampan yang dipegang Kenzia mengabaikan susu nya yang tumpah setengah lalu berbalik dan masuk begitu saja meninggalkan Kenzia yang masih berdiri didepan pintu kamarnya yang terbuka.

Kenzia melongokkan kepalanya kedalam, matanya berputar mengamati setiap sudut kamar Kenzo yang berantakan. Ia melangkah masuk lalu duduk diujung ranjang milik Kenzo. Dan dari sini ia merasa semakin puas mencium aroma parfume yang biasa Kenzo pakai. Segar.

Kenzo menoleh lalu menatap kearah gadis kecil itu yang tengah duduk manis diranjangnya, matanya terpejam sambil hidung kecilnya mengendus sekitar, Kenzo berdecak, pemuda itu melangkah lebar kearah Zia lalu menarik kerah belakang baju Kenzia dan menariknya keatas.

"Gak ada yang nyuruh lo masuk!" Omelnya sambil menggiring tubuh kecil Kenzia tanpa melepaskan kerah belakangnya membuat Kenzia terlihat seperti anak kucing yang hendak dibuang.

"Aaaaa Zia pengen dikamar abang bentar, baunya wangi." Rengek Kenzia.

Kenzo mendengus, "Kamar lo bau apa emangnya? Bau bangkai? Makanya, kalau makan bangkai tu cepet cepet diabisin, jangan disisain."

Kenzia mencebikkan bibirnya saat Kenzo melepaskan kerah belakangnya, tepat didepan kamar pemuda itu.

"Abang pikir Zia bakteri apa makan bangkai segala,"

"Iya."

BRAKKK

Kenzo kembali membanting pintunya tanpa memikirkan Kenzia yang ada diluar sana, biarlah Kenzia pergi sendiri, waktunya terlalu berharga jika dilewatkan hanya untuk mengurusi bocah kecil itu. Meskipun ia penasaran kenapa anak itu ada dirumahnya malam malam begini. Tumben sekali.

"Abaangg Zia pengen masuk,"

Kenzo yang tadinya hendak menyuapkan salad kemulutnya langsung diurungkan setelah mendengar suara Kenzia. Ia pikir anak itu sudah pergi dari kamarnya. Kenzo menggidikan bahu tak acuh kemudian mulai menikmati salad yang dibawakan oleh Zia tadi. Setelah habis Kenzo segera meneguk susu yang tinggal setengah karena tumpah tadi, Kenzo mengernyit.

"Kok rasanya beda?" Herannya sambil mencecap sisa sisa rasa dilidahnya.

"Abangg ihh buka pintunya, Zia mau minum susunya Zia,"

Sontak Kenzo menoleh kearah pintu setelah mendengar suara Kenzia. Dengan segera ia membuka pintu lalu menunjukan gelas kosong digenggamannya.

"Ini maksud lo?"

"Ihhh kenapa susunya Zia diabisin! Zia juga kan mau,"

Kenzo menggaruk tengkuknya yang tiba tiba gatal, "Kalau susu ini punya lo terus kenapa dikasihin ke Gue?" Ucapnya membela diri.

"Yang buat abang itu saladnya aja, susunya punya Zia. Bunda Rahma bilang Zia sekalian minum susunya dikamar abang, sambil nemenin abang makan salad, sekarang malah susunya abang abisin! Trus Zia minum apa?,"

Perut Kenzo terasa tergelitik melihat Zia yang mengomel, pipi merahnya yang menggembung, alisnya yang berkerut, matanya yang menyipit, bibirnya yang mengerucut. Persis seperti ikan fugu. Menggemaskan!

Tanpa berkata apapun Kenzo menarik tangan Zia ke dapur sambil sebelah tangannya dengan masih menggenggam gelas kosong.

Kenzia hanya mengikuti tanpa memperotes, lagipula ia suka saat besar Kenzo menggenggam tangannya, rasanya nyaman. Tanpa sadar ia tersenyum senyum sumringah dan balas menggenggam tangan Kenzo.

"Ngapain lo mesem mesem? Mikirin yang jorok pasti."

Kenzia menghentikan senyumannya lalu menatap Kenzo yang kini tengah meliriknya, ia baru sadar kalau kini mereka sudah ada didapur.

"Emangnya gak boleh?"

"Nggak!"

Kenzia kembali mencebik, selalu saja, Kenzo ini berhasil membuat moodnya down, tapi entah kenapa rasanya ia tidak ingin jauh jauh dari Kenzo.

"Lepas ah! Mau nyebrang apa pegang pegang segala," Ketusnya, padahal tadi ia sendiri yang refleks menggenggam tangan Zia.

Kenzo menghempas tangan kecil Kenzia hingga membentur sudut meja membuat Kenzia mengaduh lalu mengusap punggung tangannya.
"Sakit Abang!"

Kenzo acuh kemudian tampak sibuk melakukan sesuatu, mengabaikan Kenzia yang memilih duduk dikursi meja makan sambil mengelus punggung tangannya yang nyeri. Memang cukup keras saat terbentur ujung meja tadi.

Kenzia menahan air mata dipelupuknya saat melihat Kenzo berbalik kearahnya sambil membawa segelas susu.
"Nih minum," ucapnya sambil menaruh gelas susunya kasar hingga tumpah sedikit.

Tanpa merasa bersalah pemuda itu pergi menuju kamarnya, meninggalkan Kenzia yang masih terdiam memandangi dirinya.

Air mata yang tadi ditahannya lolos. Gadis itu tersenyum manis lalu tatapannya beralih pada segelas susu dihadapannya. Tangannya memang masih terasa sakit, sangat malah.
Tapi rasa bahagianya karena Kenzo membuatkannya susu lebih besar dari rasa sakit ditangannya.

Gadis itu mengusap air matanya dengan punggung tangannya membuat rasa perih menjalar, ia melirik kearah tangannya lalu terkejut saat melihat sedikit demi sedikit ada darah yang merembes keluar. Dengan cepat diraihnya tissue lalu menempelkannya begitu saja, membiarkan darahnya merembes ke tissue, meninggalkan rasa perih yang mulai berdenyut. Huh, semoga saja tidak bengkak.

Kenzia meraih gelas susu dihadapannya, meminumnya sedikit demi sedikit menikmati susu buatan Kenzo. Meskipun rasanya berbeda dari susu yang biasa ia minum, tapi rasanya susu ini lebih enak dari susu manapun.

"Ziaa ayo pulang nak,"

Kenzia menoleh cepat kearah dinding penyekat ruang dapur dengan ruang tengah, dengan segera ia meneguk susunya habis kemudian beranjak dari kursi dapur.

"Loh, tangan kamu kenapa?"

Kenzia meringis, padahal ia sudah mencoba menutupi tissuenya tadi, ternyata Bundanya tidak bisa dibohongi.

"Gak sengaja kebentur meja tadi Bun," lirihnya.

Rena menarik tangan kiri Kenzia lalu melepaskan tissuenya, membuatnya dapat melihat dengan jelas punggung tangannya yang memerah dengan beberapa bercak darah.

"Diobatin dulu yuk sama Bunda?" Tawar Rahma yang juga melihat luka Kenzia.

Kenzia menyembunyikan tangannya dibelakang tubuhnya, "Engga mau, nanti sakit," ucapnya.

Rena menghela nafas, "Udah ngga papa Ma, nanti biar aku aja yang obatin dirumah,"

"Oh iya yaudah ngga papa, makasih loh ya martabaknya,"

Rena tertawa, "Iya ngga papa kali santai, yaudah kita pulang dulu ya, salam buat Mas Reza sama Kenzo,"

"Iya nanti aku sampaikan."

Rahma mengantar Rena dan Kenzia sampai didepan pintu keluar, Rena masuk kedalam mobil dengan Kenzia lalu perlahan mobil itu melaju keluar dari gerbang.

______________________


"Pagi Yah, Bun,"

"Pagi,"

"Pagi sayang,"

Kenzo berjalan dengan semringah kearah meja makan dimana sudah ada ayah dan bundanya disana. Menarik sebuah kursi, Kenzo duduk dengan tenang sambil menaruh tasnya dikursi sampingnya yang kosong.

"Ayah gak sengaja lihat tissue ada bercak darahnya tadi di tempat sampah, siapa yang luka, Bun?"

"Oh, itu tadi malem Kenzia tangannya luka, katanya kepentok ujung meja, hiperaktif memang anaknya,"

"UHUKKK,"

Sontak Reza dan Rahma menoleh pada Kenzo yang sekarang wajahnya memerah karena tersedak, cepat cepat Rahma menyodorkan segelas air pada putranya itu.

"Pelan pelan dong makanya," tegur Reza menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra satu satunya itu.

Kenzo menetralkan nafasnya yang memburu lalu menoleh kearah Bundanya yang nampak tenang melanjutkan kegiatan makannya.

"Zia luka kenapa Bun?"

"Kepentok meja katanya, kenapa?"

"Ah en-engga ngga papa,"

Kenzo berpura pura kembali makan dengan tenang, padahal dalam hatinya ia merasa was was jika tangan Kenzia luka karena dirinya.

"Kenzo berangkat dulu Yah, Bun,"

"Lho sarapannya engga dihabisin??,"

"Udah kenyang bun, udah ya assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Reza dan Rahma bersamaan saat Kenzo dengan terburu buru menyalimi mereka dan keluar dari rumah dengan berlari kecil.

"Kenapa sih dia?"

Rahma menggelengkan kepalanya, "Udah telat kali,"

Reza mengangguk lalu kembali fokus menghabiskan sarapannya.

Kenzo mengetuk ngetuk jarinya dengan tidak sabaran dikursi kemudi, ia masih berada dipinggir jalan menunggu Bela melaksanakan ibadahnya. Berkali kali Kenzo menatap jam tangannya hingga akhirnya ia melihat gadisnya muncul diantara kerumunan yang keluar dari gereja disebrang sana.

Senyuman Kenzo terbit namun kali ini senyumnya berbeda kala mengingat kembali bahwa Ia dan Bela memiliki keyakinan yang berbeda. Bahkan Bundanya sempat tidak merestui hubungannya dengan Bella, namun Kenzo tetap bersikukuh hingga akhirnya Rahma luluh dan mengizinkan juga.

Padahal Kenzo pernah berangan angan menyebut nama Bela saat ijab qobul, memegang ubun ubunnya seraya membaca doa seperti Nabi Muhammad SAW dulu saat menikahi istri istrinya, menjadi imam sholat dengan Bela yang berada satu shaf dibelakangnya, mencium kening Bela setelah sholat berjamaah dan masih banyak lagi yang ingin ia lakukan dengan gadis itu.

Bahkan Kenzo tidak yakin jika Bela mau ikut memeluk islam demi menikah dengannya, ia tahu betul bahwa didalam keluarga besar Bela sama sekali tidak ada yang satu kepercayaan dengannya, semuanya bahkan sejak kakek buyut Bela memiliki kakek, semuanya memegang teguh kepercayaan Nasrani.

"Sayang? Kenzo!"

"Eh hah iya apa?"

Kenzo terlonjak saat mendengar seruan Bela, entah sejak kapan gadis itu sudah duduk disampingnya bahkan sudah memakai seatbeltnya.

Bela mengerucutkan bibirnya, "Kamu ngelamunin apa sih sampe ngga sadar aku udah disini,"

"Engga ada, ehehehe, eh mampir ke rumah Kenzia dulu ya?"

"Hng? Ngapain?"

"Jemput dia, biasa disuruh bunda," Alibinya, padahal niat sebenarnya karena ia ingin melihat seberapa parah luka ditangan Kenzia karena dirinya tadi malam?

Bela hanya mengangguk anggukan kepalanya mengerti, dua tahun sudah ia berpacaran dengan Kenzo, dan ia sudah cukup hafal tentang kedekatan Kenzo dan Kenzia. Kenzia yang ceria dan polos, gadis yang suka sekali menempel dengan Kenzo, dan Kenzo yang selalu mengerjai bahkan tak segan melakukan hal kejam supaya Kenzia tidak menempel padanya terus.

Awalnya Bela memang cemburu, namun lama kelamaan tahulah ia bahwa Kenzo tidak akan mungkin jatuh cinta pada Kenzia sedangkan pemuda itu selalu saja mencoba mengenyahkan Kenzia dari kehidupannya. Sadis memang.

"Yang, ayo malah gantian kamu yang ngelamun,"

Bela menampilkan cengirannya lalu ikut turun dari mobil setelah tahu mereka telah sampai didepan rumah Kenzia.

"Assalamualaikum Tante," salam Kenzo ketika melihat Rena yang tengah menyiram bunga didepan rumah.

"Waalaikumsalam, eh Kenzo tumben kesini pagi pagi,"

"Iya hehe, Zianya ada?"

"Ada tuh dikamarnya, samperin aja. Eh ini Bela ya?"

"Iya, selamat pagi Tante,"

"Pagi cantik, yuk yuk masuk dulu,"

Rena menggiring Bela untuk duduk disofa, dan kedua perempuan berbeda generasi itu larut dalam obrolan membuat Kenzo tersenyum, ah seandainya Bundanya bisa setoleran Tante Rena.

Kenzo memilih naik kelantai atas, menuju kamar Kenzia.
Pemuda itu mengetuk pintu kamar Zia namun tak ada jawaban, cukup lama dan akhirnya ia memilih membuka kamar itu.

Sepi, Kenzo pikir Zia tidak ada dikamar, namun suara kecipak air didalam kamar mandi yang terbuka mengalihkan perhatiannya.

Pemuda itu masuk, tanpa menutup pintu kamar Zia, ia menghampiri pintu kamar mandi yang terbuka lebar.

"Zia---"

"AAAAAAaaaaaaaaa!!!!"

To Be Continued
_

_________________________

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

2.3K 637 58
Kelvin syahputra, seorang lelaki yang selalu bersikap hangat kepada orang terdekatnya. Dia mempunyai dua sahabat masa kecil bernama Nathalia aletta...
4.3M 340K 61
(SUDAH TERBIT, TERSEDIA DI GRAMEDIA) "Bisa gak sih kamu jangan cuek sama aku?!" "Ribet, mau putus?" Mengejar cinta pacarnya sendiri? Ini yang di alam...
333K 53K 39
Ini tentang Dilan Laksmana Wijaya ketua Genk Magenta. Terlahir sebagai anak haram, membuatnya di pandang sebelah mata. Dilan melakukan apapun agar di...
325K 20.8K 44
Kecelakaan yang menimpa Lion Andrian Prasma menjadi awal kehidupan baru baginya, ia tidak masuk ke akhirat, melainkan masuk ke dalam novel "NADIA IS...