Bahadur Ulung

By deantamadz

297 19 5

Di lautan awan yang indah, sinar matahari yang menusuk manis ke kulit, ia akhirnya tidak kuat menahan tangisn... More

Preambul
Perdana
#2
Meninting
#2
Berabal
Peralihan
Sedu

Mengembara

27 1 3
By deantamadz

bepergian ke mana-mana tanpa tujuandan tempat tinggal tertentu.


Hari Sabtu tiba membawa liburnya sekolah. Hari ini, Bahadur sudah berencana untuk membeli beberapa peralatan untuk bepergian ke alam bebas. Awalnya Ibu khawatir tentang dirinya yang mengikuti ekstrakurikuler pecinta alam. Namun, dia tetap mencari akal untuk membuat Ibunya setuju. Bukan karena keinginannya, tapi dia takut akan terjadi hal yang buruk jika tidak mengikuti ekstrakurikuler itu. "Kakak kelas sialan!" keluhnya.

Sebelum pergi bersama ayah, Bahadur terlebih dahulu mencari kamera pemberian kakeknya di gudang. Setelah membuka tangga tambahan di lantai atas, dia menaiki tangganya dan mengipas-ngipaskan tangannya untuk menjauhkan debu dari wajahnya. "Kotor sekali tempat ini," keluhnya, lalu mencari kamera pemberian kakeknya yang lupa ia simpan di sebelah mana gudang itu. Sudut-sudut ia telusuri, tumpukan kardus ia berantaki, isi lemari ia cari, membuka tumpukan gambar Sasuke lalu berkata, "chidori". Tubuhnya yang sudah bersih karena mandi pun kotor kembali, sudah cukup lama dia memutari tempat itu, tapi hasilnya tetap nihil. Anak kotor itu pun menyerah, lalu turun kembali melewati tangga dan menutupnya kembali. Dia pun meminta ayahnya menunggu kembali dirinya untuk mandi, agar terhindar dari bakteri. Bahadur seketika menyadari, ternyata dirinya terlalu banyak mengamburi air untuk satu hari. Namun, ia berpikir kembali, daripada ia terkena difteri dari barang yang terkontaminasi, lebih baik ia pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih kembali.

Bahadur pun sudah bersih dan rapi kembali. Ketika ia sedang memakai sisirnya untuk merapikan rambut, ia melihat ke arah kotak besar di bawah kasurnya. Dia pun mendatangi kotak tersebut dan menariknya agar dapat terbuka tutupnya. Kotak tersebut merupakan tempat di mana barang-barang yang dahulu ia anggap tidak berguna disimpan. Dia punya firasat bahwa ada sesuatu yang ia cari di dalam kotak tersebut. Benar saja, kamera lama kakeknya ternyata berada di dalam kotak tersebut. Bahadur pun bingung harus merasa bersyukur atau merasa disulitkan.


****


Jalanan kota hari ini cukup lancar dibandingkan hari-hari sebelumnya. Di mobil, Bahadur duduk di belakang sembari rebahan di atas jok mobil. Terdengar suara klakson mobil menemani tawaan Indah yang duduk di jok depan sebelah Ayah. Anak dengan kamera di lengannya itu pun bangun dari rebahannya yang menyakitkan mata. Ia amati kamera tersebut yang berwarna hitam dengan perpaduan silver yang klasik.


"Itu apaan sih kak?" tanya Indah yang penasaran sembari melihat ke belakang.

"Ini kamera yang waktu itu kakek kasih ke kakak, tapi kakek gak pernah kasih tau cara pakainya. Kakak jadi bingung," Bahadur menjelaskan sembari memutar-mutar kamera tersebut.

"Itu kamera analog kak, kamera itu butuh gulungan film untuk mengambil gambar. Pengalaman kamera itu lebih banyak daripada kamu, jadi kamu harus hormati kamera itu, apalagi itu pemberian kakekmu. Lagian buat apa kamu bawa-bawa kamera itu? Kan kita mau belanja alat mendaki," ayah menjelaskan sembari fokus menatap ke depan jalan agar tidak kehilangan arah.

"Oh iya, aku lupa bilang kalo aku juga ikut ekstrakurikuler fotografi di sekolah. Tadinya aku ingin memotrey jalanan yang dilewati, tapi aku ga ngerti cara pakainya dan ternyata harus pake dulu gulungan film, duh."

"Ooohh begitu, yasudah nanti kita sekalian mampir ke toko kamera klasik aja. Ayah tau banyak toko-tokonya ada dimana."

"Oke yah!"


Akhirnya Bahadur puas membeli segala macam kebutuhan ekstrakurikulernya. Setelah kembali ke rumah, dia tidak sabar untuk mencoba kamera analognya yang baru diisikan gulungan film. Setelah diberitahu tentang cara menggunakan kamera tersebut oleh penjual gulungan film, ia langsung mempraktikkannya di rumah dan menjadikan Ibu sebagai objek pertama yang ia abadikan di dalam gulungan tersebut. Gambar itu akan terus terabadikan dan tidak akan pernah bisa dihapus sebelum gulungannya dicuci terlebih dahulu, lalu dibakar.


****


"Kring... Kring...," Seperti biasanya, bunyi lonceng itu selalu membuat perasaan semua orang di sekolah ini berubah. Lonceng tersebut sudah berbunyi enam kali hari ini, membuat para murid berbahagia bersama. Tidak lupa Bahadur memasukkan kembali buku-bukunya yang di atas meja ke dalam tas selempangnya. Sore ini, anak itu sudah harus berkumpul di kantin sekolah untuk membicarakan rencana kegiatannya bersama ekskul pecinta alam. Kawan-kawan ekskulnya berangkat terlebih dahulu meninggalkan Bahadur di kelas, alasannya karena anak bertas selempang itu ingin pergi ke toilet terlebih dahulu, setelahnya barulah ia pergi menuju kantin.

Bangunan tua yang sekarang merupakan tempat Bahadur menuntut ilmu sudah kehilangan banyak penghuninya, meski di hari yang baru mereka kembali, tapi tetap saja membuat pohon-pohon dan beton yang tersusun rapi itu kesepian. Lorong demi lorong Bahadur lewati demi sampai menuju kantin dari kamar mandi sekolah. Dilihatnya kresek-kresek kusut berterbangan di usir bayu, sampah-sampah berserakan di bawah tempat sampah, sampai kakak kelas manis penjaga meja ekstrakurikuler berjalan melewati lapang sekolah sendirian. Wanita itu terlihat menawan dan ditakuti menggunakan pakaian serba hitam dengan rok SMA-nya yang panjang. Melihat gayanya, membuat Bahadur berspekulasi bahwa kakak kelas itu merupakan wanita yang tomboy, meski rupanya yang sangat elok. Keelokan itu membuatnya terus dilihat oleh bocah tengil yang sedang berjalan melewati lorong. Merasa diawasi, wanita tersebut akhirnya membelokkan kepalanya sampai melihat Bahadur yang sedang memperhatikannya. Bocah itu kaget dan langsung salah tingkah.


"Hey, kamu Bahadur kan?" teriak kakak kelas cantik kepada Bahadur yang berada di lorong.

"Iya, kak," balas Bahadur sembari tersenyum.

"Sini!"

"Ada apa kak?" bocah di lorong kebingungan.

"Udah cepet sini!"

Bahadur pun mendatangi wanita tersebut dan keluar dari lorong yang gelap.

"Kenapa kak?"

Wanita yang berada di hadapan Bahadur itu tidak menjawab pertanyannya, lalu menjulurkan tangannya seraya memperkenalkan diri, "aku Dina, kelas 8 b."

"O-oh iya kak, aku Bahadur kelas 7 b. Ada apa sih kak?"

"Iya udah tau, haha. Kamu ke kantin kan?" tanya Dina.

"Iya, kak."

"Yaudah ayok bareng."

Mereka pun berjalan bersama menuju kantin sekolah melewati kelas-kelas kosong yang berantakan. Di jalan menuju kantin, Dina menyeritakan tentang Bahadur yang terkenal karena sudah berani mengusik amarah Pak Rumlah, dia berkata bahwa adik kelasnya itu terlalu bodoh sebagai murid baru yang sudah berani menantang Harimau di hutan, lalu mereka tertawa bersama.

Kantin sekolah, tempat dimana para warga sekolah berbincang, menghabiskan uang, dan membaham. Mereka sudah bisa melihat kantin itu beserta para anggota pecinta alam yang lainnya, Bahadur seketika tersipu malu melihat para anggota yang berada di kantin menatapnya dengan tatapan yang tajam.

"Kok kamu bisa bareng sama dia, Din?" tanya seorang laki-laki tinggi berkulit coklat. "Bukannya kamu dari kamar mandi?"

"Aku kan tadi bareng sama dia ke kamar mandinya haha," wanita sialan itu tertawa sendiri.

"APAAN DAH?!" Bahadur menyangkal.

"Gak lah bercanda doang," lalu wanita itu duduk di kursi kantin. Bahadur pun mengikuti duduk bersama dengan teman-teman kelasnya.

"Kok kamu bisa bareng sama dia?" tanya Rani sembari berbisik kepada bocah bertas selempang yang baru duduk itu.

"Kita udah janjian ke kamar mandi yang sama tadi," sembari berbisik-bisik

"APA-APAAN KAMU DUR?" sahut Rizki, Tony dan Rani berteriak.

"Ya engga dong, tadi ketemu waktu lagi jalan ke sini."


Diskusi pun dimulai dan terpaksa mengorbankan sore. Diskusi tersebut bisa dibilang membuahkan hasil yang cukup bagus. Rencananya, pelatihan dasar ekstrakurikuler ini akan dilaksanakan dua minggu kedepan. Bahadur dan para anggota yang lainnya pun dihimbau untuk mempersiapkan diri baik barang yang harus dibawa, uang, juga mental. Ternyata ekstrakurikuler pecinta alam di sekolah ini cukup terkenal di komunitas alam lainnya. Meski berjalan di bawah lembaga sekolah SMP , ekstrakurikuler ini tidak pernah absen memberikan atlet panjat tebing untuk kota maupun provinsi.

Selain dari itu semua, Bahadur merasa aneh ketika bersama kakak kelas yang baru ia kenal itu di lapangan. Dia tidak merasa gugup berada di dekatnya, berbeda jika sedang dekat dengan Rani yang sebenarnya sudah beberapa minggu mereka saling kenal, tapi tetap saja Bahadur terkadang gugup jika bersamanya. Selama perjalanan pulang ke rumah, yang ada di otak Bahadur hanyalah tentang mengapa kakak kelas itu baik, cantik, juga lucu kepadanya. Mungkin wanita itu sudah masuk dan melukiskan banyak lukisan bagus tentang dirinya di hati Bahadur, sehingga membuat dirinya dipandang positif.

Akhir-akhir ini, Bahadur selalu datang ke rumah pada saat azan magrib dikumandangkan. Si Abal sudah menunggu Bahadur pulang sembari duduk di atas kursi depan rumahnya. Setiap anak sekolah itu pulang dan sudah terlihat oleh Si Abal, pastinya kucing itu akan langsung berlari mendekati dan menyerudukkan kepalanya ke arah kaki anak itu.


"Assalamualaikum!" sahut Bahadur setelah membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam," jawab Ayah dan Ibu dari ruang keluarga.

Anak yang baru pulang itu pun masuk ke rumah sembari menggendong kucing hitamnya. Membuka sepatu Conversnya lalu menyimpannya ke rak sepatu agar tertata rapi.

Ibu pun datang mendatangi Bahadur dari arah ruang keluarga, "kok sore banget pulangnya Kak? Ada kegiatan apa aja di sekolah?"

"Aku kan ada kumpul pecinta alam dulu, perasaan kemarin udah bilang deh ke Ibu."

"Oh gitu, Ibu lupa deh. Yaudah sana mandi dulu, sama itu ada makanan kesukaanmu di dapur." Ibu pun menutup pintu.


Anak dekil itu berjalan ke arah dapur dengan saragamnya yang masih ia pakai. Lalu, kucingnya ia simpan di lantai dan langsung mengambil makanan kucing di laci untuk di tabur di atas piring kesayangan Abal. Dengan rasa laparnya, anak itu langsung membuka tudung saji berwarna biru yang menutupi makanan untuk melihat ada makanan apa saja selain makanan kesukaannya. Memang, Makanan adalah hal yang paling seksi dikala lapar menguasai tubuh seseorang. Diambilnya piring putih yang mengilap itu di rak, lalu ia siukkan nasi putih panas dari penanak nasi yang di simpan sebelah kulkas. Ditusuk lah sebuah ikan mati yang sudah diberi bumbu khusus agar berasa nikmat jika dimakan, ia simpan ikan tersebut di atas nasi, lalu ia angkat piring berisikan kangkung hijau dan memindahkan sebagian kangkung yang ada di piring itu menuju piring yang sudah ia simpan nasi. Anak itu pun mulai memakan makanannya ditemani kucing hitam yang berisik ketika mengunyah.


****


Rembulan yang menawan itu sudah cukup tinggi dan terlihat bulat menghiasi langit gelap. Malam ini, Bahadur cukup sibuk mempersiapkan banyak hal untuk besok. Barang-barang yang diperlukan besok sudah ia masukkan ke dalam tas gunungnya yang berukuran 20 liter, dan sebagian lainnya ia simpan di atas meja belajarnya agar besok mudah dibawa. Anak itu merasa bahwa dirinya sudah cukup berlatih fisik di hari-hari kemarin dan benar-benar siap untuk besok. Namun, ia cukup banyak pikiran tentang apa yang akan ia hadapi besok, itu menandakan bahwa mentalnya belum cukup kuat untuk mengikuti kegiatan tersebut, tapi Bahadur yakin jika sudah bersama dengan teman-temannya ia akan selalu berani dan kuat. Ia pun beranjak pergi ke atas kasur dan menyelimuti dirinya menggukanan kain tebal yang hangat.

Manusia itu sombong, sering mengabaikan kehadiran bulan yang menjadi penolong dikala mereka ditimpa kegelapan. Membuat matahari marah, lalu mengetuk semua mata orang yang tertidur agar mereka terbangun dan bekerja. Untungnya, Bahadur adalah orang yang terbangun bukan karena ketukan matahari, ia selalu bangun sebelum kepergian bulan, pikirnya itu merupakan sebuah penghormatan yang cukup sulit kepada bulan.

Susu putih yang sudah disiapkan oleh Ibu lenyap seketika sebelum Bahadur berangkat untuk pelatihan dasar. Diangkatnya tas gunung kecil yang baru ia beli berisikan barang-barang yang dibutuhkan untuk pelatihan dasar; dimasukkannya kaki ke sebuah sepatu gunung baru berwarna coklat yang kuat; dan tidak lupa membawa topi bundar yang Bahadur lihat tergantung di kamar Ayah. Pagi ini, dia sudah berjanji dengan Rizki dan Rani untuk berangkat bersama ke titik kumpul: depan sekolah. Bahadur pun menunggu Rizki hingga sampai depan rumahnya dan memanggilnya. Selagi dirumah, Ibu benar-benar banyak bertanya tentang apa yang akan dilakukan dan banyak memberikan nasihat agar tidak banyak bermain-main atau melanggar peraturan alam. Memang wajar Ibu begitu khawatir kepada anaknya, karena memang ini adalah yang pertama kalinya Bahadur pergi cukup jauh tanpa diawasi oleh orang yang telah mengurusnya sedari janin. Berbeda dengan Ayah yang tidak banyak bicara dan membiarkan anaknya untuk pergi sejauh mungkin agar anaknya itu menjadi laki-laki yang kuat dan berpelangaman.


"Bahaduurr, Bahadurr," teriak seorang anak dari luar rumah.

"Iya tunggu sebentar," jawab seorang anak dari dalam rumah.

Pintu rumah pun dibuka dari dalam, "Oh Kiki, yuk langsung aja pergi kita berangkat."

"Bentar Dur, aku mau numpang pipis dulu boleh ga? Tiba-tiba kebelet lagi jalan, duh."

"Yaudah sini masuk dulu," Bahadur menyuruh.

"Oh iya."

Meskipun Rizki adalah tetangga Bahadur, dia belum pernah sekalipun masuk ke rumah Bahadur. Maka dari itu, ini merupakan hari pertamanya masuk ke rumah Bahadur dan berkenalan dengan orangtuanya. Di dalam, Rizki bertemu dengan Indah yang baru bangun tidur sembari membawa boneka kesayangannya. Ia lambaikan tangan kepada Indah dengan senyuman menghiasinya. Indah pun membalas itu dengan rasa malu dan masuk kembali ke kamar tidurnya.

Setelah Rizki lega mengeluarkan sisa cairan kotor di tubuhnya dan berkenalan dengan orang tua Bahadur, dia pun keluar dan langsung berangkat bersama Bahadur. Mereka pun menuju rumah Rani terlebih dahulu.

"Anak kecil dirumahmu itu, adikmu Dur?" tanya Rizki sembari berjalan.

"Iya, pasti dia lagi bawa boneka ya?"

"Iya, kok tau?"

"Emang kebiasaannya."

"Ohh, tadi aku senyumin kok dia malah kabur."

"Ga tau," Bahadur menjawab dingin. Dia merasa aneh, karena biasanya Indah tidak pernah merasa malu kepada siapapun. Urat malunya sudah putus pikirnya.

Setelah mereka berjalan cukup jauh dari rumah Bahadur, mereka sudah bisa melihat Rani yang berada di depan gerbang rumahnya bersama seorang wanita memakai baju tidur.

"Halo Rani, halo Tante," salam dari Rizki.

"Halo Rani, Tante," salam dari Bahadur yang baru tahu ternyata wanita yang dari tadi menemani Rani merupakan ibundanya dari salam Rizki.

"Halo juga," Rani menjawab.

"Iya halo Rizki. Oh halo juga, Bahadur ya?"

"Iya tante," jawab Bahadur.

"Oh ini tetanggamu yang suka kamu ceritakan ke mama Nak," Sahut wanita itu kepada anaknya.

"Ih apa sih mah," anaknya tersipu malu.

"Oh ya, kalian kan laki-laki. Jadi tolong jaga Rani ya, tante percaya sama kalian."

"Siap tante."


Mereka pun lanjut berjalan ke sekolah bersama-sama. Bertiga bersama saling tukar cerita tentang apa yang akan mereka lakukan setelah sampai di tujuan, mereka pun saling sepakat akan melakukan hal yang paling menyenangkan pada saat kegiatan pelatihan dasar berlangsung.

Setelah sampai di titik kumpul, mereka dikejutkan dengan pembina ekstrakurikuler yang ikut melaksanakan kegiatan. Awalnya, Dina bilang kegiatan ini merupakan kegiatan yang hanya akan dilaksanakan oleh anggota baru dan yang masih aktif saja, dia juga berkata pembina tidak akan ikut melihat kegiatan ini. Tapi mereka tetap bepikir positif dan akan tetap melaksanakan kegiatan itu. Setelah itu, Tony datang dengan persiapan yang luar biasa. Dia pun pernah bercerita bahwa dia sebenarnya sering melakukan hiking bersama kakak-kakaknya sebelum mereka bertemu dengan pasangan hidupnya.

Sesuai rencana, semua yang mengikuti kegiatan ini akan berangkat menggunakan angkot yang sudah disewa, kecuali pembina ekstrakurikuler ini, dia menaiki motornya sendiri. Pengurus kegiatan sudah menyewa tiga angkot dengan jurusan yang sama, angkot yang pertama pergi diperuntukan angkatan kelas 9; angkot yang kedua pergi diperuntukan angkatan kelas 8; dan yang terakhir berangkat diperuntukan anggota baru. Bahadur dan anggota baru yang lain pun masuk ke dalam angkot yang sudah disewa dan mereka ditinggal pergi dengan kakak-kakak kelasnya terlebih dahulu. Bahadur duduk di depan bersama sopir, dan delapan sisanya duduk di belakang bersama tas gunung mereka yang sudah tersusun rapi.

Mobil berisikan sebelas itu pun melesat pergi menancap gas. Tujuannya adalah kaki gunung yang berada di Pulau Jawa. Para anggota baru bernyanyi bersama menambah keakraban satu sama lain. Sopir mobil itu juga ramah sekali mengajak semua orang yang di dalam mobil berbicara dan sesekali melawak. Kemacetan mereka lewati dengan nyanyian, jalanan rusak yang bolong-bolong mereka lewati dengan lawakan, hingga akhirnya mereka sampai di gerbang masuk kaki gunung tersebut. Tak lupa para anggota baru berterima kasih kepada Pak Sopir yang telah mengantarkan mereka selamat sampai tujuan dan sudah membantu menurunkan barang-barang para anggota dari dalam mobil.

Dina dan para pengurus kelas 8 yang lain pun berkumpul menyuruh Bahadur dan kawan-kawan berbaris dan menyimpan barang bawaan di bawah pohon yang tinggi. Lalu, para pengurus memeriksa barang-barang bawaan anggota baru dan meraba-raba tas mereka satu persatu. "Aman!" kata para pengurus yang memeriksa tas anggota baru. Dina pun menyuruh membawa kembali tasnya dan langsung bergerak ke atas gunung. Namun, pengurus kelas 9 tidak ikut menaiki gunung dan hanya menunggu di "Punggung Gunung".

Semua bercerita, saling kenal mengenal, dan ada juga yang saling mendekati. Pada awalnya Bahadur, Rani, Rizki, dan Tony berjalan bersama-sama dan terlihat sebagai kelompok yang memisahkan diri dari yang lainnya. Dina pun menyadari akan hal itu, lalu ia menyuruh semua anggota untuk berjalan berpasang-pasangan, satu pasangan terdiri dari dua orang. Rizki bersama Rani, Tony bersama Agi, Annisa bersama Lisa, Fajar bersama Zaidan, dan Bahadur yang disuruh berjalan sendiri paling depan suruh Dina. "Sialan!" keluh Bahadur dalam hati.

Setengah perjalanan sudah terlewati sebut kakak pengurus kelas 8, mereka pun beristirahat dekat batu besar menyerupai badan kuda. Semua pengurus yang menaiki gunung dan anggota baru beristirahat membuka makanan ringan mereka. Bahadur yang sedang berkumpul dengan yang lainnya, seketika dipanggil oleh Dina untuk mengikutinya. Bahadur pun terpaksa mengiyakan suruhan Dina dan berdiri menghampiri wanita bercelana hitam tersebut.


"Ada apa kak?" tanya Bahadur yang memegang roti di tangan kanannya.

"Jangan panggil kak, panggil saja 'Dina' gausah pake kak!"

"Tapi kan ga sopan kak."

"Ngeyel kamu ya! Sekali lagi panggil kak, dicubit."

"Hmm, ga mau. KAK!" Bahadur menantang.

Tangan kanan Dina pun meluncur mengarah ke arah pipi Bahadur, lalu menyubitnya.

"Aduuh, sakit kak!"

Sekarang giliran tangan kiri Dina yang meluncur mencubit pipi Bahadur.

"ADUUH. Iya, iya sekarang panggil Dina aja," Bahadur menyerah lalu Dina pun melepaskan cubitannya.

"Haahaa, lucu banget kamu. Sekali lagi panggil kak, aku cium kamu ya!"

"Iya serah, ada apa sih?"

"Sebentar." Dina pun mengodok tasnya mencari sesuatu. "Nah, ayo kita foto bareng. Buat kenang-kenangan," dikeluarkannya sebuah kamera bermerek Fujifilm yang merupakan kamera analog.

"Rey, tolong potoin dong. Pake kamera ini ya," Dina meminta kepada temannya untuk mengambil gambarnya bersama Bahadur.

Bahadur hanya bisa berdiam dan mengikuti apa yang wanita disebelahnya itu inginkan.

"Oh oke Din," Jawab teman Dina yang merupakan seksi dokumentasi di kegiatan ini.

Dina pun bersiap-siap bersama Bahadur untuk berfoto berdua.

"Satu...," tiba-tiba Dina mendekatkan kepalanya kepada kepala Bahadur dan memeluk Bahadur dengan satu tangan di atas bahu adik kelasnya. "Dua..."

"Jangan deket-deket dong Kak Dina," pinta Bahadur karena merasa malu.

"Tuh kan nyebut lagi," Dina pun mencium pipi Bahadur.

"Tiga."

Pipi Bahadur berubah warna menjadi kemerahan.

---

Continue Reading

You'll Also Like

191M 4.5M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
75.6K 2.4K 28
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
6.5M 179K 55
⭐️ ᴛʜᴇ ᴍᴏꜱᴛ ʀᴇᴀᴅ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ ꜰᴀɴꜰɪᴄᴛɪᴏɴ ᴏɴ ᴡᴀᴛᴛᴘᴀᴅ ⭐️ ʜɪɢʜᴇꜱᴛ ʀᴀɴᴋɪɴɢꜱ ꜱᴏ ꜰᴀʀ: #1 ɪɴ ꜱᴛᴀʀ ᴡᴀʀꜱ (2017) #1 ɪɴ ᴋʏʟᴏ (2021) #1 IN KYLOREN (2015-2022) #13...
226M 6.9M 92
When billionaire bad boy Eros meets shy, nerdy Jade, he doesn't recognize her from his past. Will they be able to look past their secrets and fall in...