PACARKU PRESIDEN MAHASISWA

By Maisa_risa

15.9M 376K 31.7K

#Peringkat 1 teenfiction 16 Maret 2020 # Peringkat 1 Cinta 23 Maret 2020 # Peringkat 1 Remaja 3 April 2020 #... More

AWAL OSPEK
Sampai kapan?
Farrel dah Raffael
Aku lagi yang salah.
Menyebalkan
Malam yang ditunggu
Alista!!
Farrel marah
Makan siang?Omong kosong
Siapa yang marah?
Asalkan mau mengerti saja
Minggu!!!!
Break!!
Naif!
Putus?
Pandu sakit!
Promo PPM

Ha! berlebihan katanya.Gila!

261K 19.5K 2K
By Maisa_risa

Selamat datang didunia orange, selamat merasakan jatuh cinta didunia kampus...

***

Sekitar jam dua siang rapat dengan beberapa senior dan ketum berbagai fakultas akhirnya selesai. Mereka membahas tentang persiapan PKM nanti atau pekan kreativitas mahasiswa. Mulai dari membicarakan panitia yang akan dibentuk nanti sampai lomba apa saja yang akan dilombakan. Sering terjadi perselisihan pendapat dalam rapat kali ini. Itulah yang membuang waktu cukup lama, terlebih lagi ketika menunjuk siapa yang akan menjadi ketua panitia, sekretaris panitia dan bendahara panitia.

"Jadi kapan rapat kedua dilakukan Ndu?"

Diruangan yang tadinya digunakan sebagai tempat rapat sekarang hanya tersisa Pandu, Alista, Vina sebagai bendahara umum Dema U, dan Raffael sebagai demisioner yang ikut diundang kali ini. Ya walaupun Raffael sebagai demisioner Presma, tapi dia diminta datang sebagai memberikan arahan. Bukan berati dia ikut campur.

Lalu bagaimana dengan Farrel? Dia sekarang berada di sekretariat senat mahasiswa. Karena Farrel dibagian legislatif yang membuat undang-undang, dia tidak berhak ikut rapat bagian eksekutif. Selagi kegiatan eksekutif tidak melanggar aturan, dia tidak berhak ikut campur di program kerja eksekutif.

"Belum tau bang, nanti saya bicarakan lagi dengan teman-teman yang lainnya."

"Ya sudah, abang tunggu perkembangannya."

"Oke bang."

"Gue cabut dulu."

" Makasih ya bang udah mau datang,"ujar Alista.

"Nggak masalah, kalau butuh apa-apa bilang saja."

"Sekali lagi makasih bang,"tutur Pandu.Raffael memberikan satu jempolnya berlalu pergi.

"Vin, dana kita tinggal berapa?"Tanya Pandu.

"Sekitar sepuluh juta lah Ndu, tapi kalau kita gunakan dana itu untuk acara ini. Program kerja kita selanjutnya nantinya takut keteteran karena minimnya dana. Kita harus cairkan dana dari kampus buat acara ini."

Pandu mengangguk, memang kalau setiap program yang akan dijalankan pasti ada kendalanya. Terlebih lagi kalau itu masalah finansial, lancar atau tidaknya program kerja mereka tergantung dana yang masuk.

"Ta, nanti bantu sekretaris panitia buat proposal dana. Supaya dananya cepat cair."

"Oke Ndu, tapi masalahnya sekretaris panitia kan belum tau siapa orangnya."

Benar juga, sekretaris panitia belum tau siapa. Tidak mungkin juga itu dari pengurus,"besok pagi aku pastikan."

Vina mengscroll layar ponselnya dirasa ada satu pesan yang masuk, seulas senyumnya langsung terbit.

"Pesan dari siapa sih Vin? Sampai senyum kayak gitu,"ujar Vina.

Vina tersenyum kecut lalu menoleh kearah Pandu,"Ndu masih ada yang mau dibicarakan nggak? Kalau nggak ada gue duluan ya."

Pandu sudah paham kenapa Vina mendadak minta pergi seperti ini, pasti sih Raffael sudah menunggu diluar. Mungkin tidak banyak yang tau tentang hubungan mereka, tapi Pandu pernah melihat mereka bersama disebuah Cafe.

"Udah nggak, kamu boleh pergi."

Jangan heran kalau Pandu itu berbicara dengan perempuan dengan embel kamu. Dan dengan sesama lelaki lo gue. Karena Pandu tidak terbiasa berbicara dengan Perempuan embel lo gue.

"Makasih ya Ndu. Ta! Gue duluan ya."

"Iya ati-ati."

" Ayok ta, pulang."

" Ndu, aku lapar. Kalau makan dulu gimana?"

"Hmmm, oke,"lagian Pandu juga belum makan, cuman sarapan roti tadi pagi.

Sial! Seharusnya dia bawa mobil sendiri saja. Kalau tau mau mengajak Vina jalan, dan alhasil sekarang dia harus merengek memohon meminjam kunci mobil kepada Farrel.

"Farrel, ayolah pinjamin gue mobil. Masa lo tega lihat gue kayak orang miskin didepan doi."

"Kak, nggak usah. Kita kan bisa jalan nanti malam. Nggak harus sekarang juga,"Vina jadi tidak enak dengan Farrel kalau seperti ini.

"Nanti gue pulang gimana?"

"Ribet banget sih lo! Minta antar kek sama yang lain. Tuh sih Arga ada,"tunjuk Raffael kearah Arga didalam sekre yang sepertinya sedang bermain game.

Arga melirik sekilas kearah mereka, bising juga lama-lama telinganya mendengar Raffael merengek tidak tau malu seperti itu.

"Udah Fa, kasiin aja kuncinya. Nanti gue antar pulang lo. Bising ni telinga gue."

"Ni, hati-hati lo pakai mobil gue."

"Makasih saudara kembar gue yang paling ganteng."

"Ayok Vin, kita pergi,"dengan cepat Raffael meraih tangan Vina.

"Duluan ya kak,"ujar Vina sambil menunduk sedikit.

"Eh Rel! Saudara lo aja udah punya gebetan. Lonya kapan?" Tanya Arga yang masih asik dengan ponselnya.

"Yang nanya juga nggak sadar diri,"balas Farrel.

"Gue ma masa bodo, bentar lagi palingan juga ada. Nggak tau aja gue kayak apa. Satu fakultas anak ekonomi yang cantik-cantik ma udah gue pacarin kali."

Memang benar, walaupun  Arga merupakan cowok yang sering gonta-ganti cewek, bukan berati dia playboy. Alasan kenapa Arga sering mutusin mereka sangat klise sekali. Karena mereka  menuntut diutamakan, padahal Arga anak organisasi yang memiliki kesibukkan.

Mungkin itulah alasan kenapa Farrel tidak ingin pacaran dulu. Bukannya tidak memiliki rasa kepada perempuan, tapi ingin menjaga perasaannya. Tunggu sebentar lagi, dia akan mengejar gadis yang selama ini dia sukai.

***


Benar-benar menyebalkan, kenapa semua orang pada sibuk semua. Sarah juga, diajak main katanya malah sibuk bantuin mamanya di butik. Mau tidak mau dia hanya pergi ke mal sendirian, dari pada dirumah. Bikin bosan saja.

Setelah keluar dari gramedia, langkahnya terhenti ketika melihat ice skating. Sesaat dia tersenyum mengingat pernah bermain bersama dengan Pandu. Walaupun tidak lama, tapi sangat berkesan dihatinya.

"Kak Pandu lagi apa ya sekarang?"senyumnya langsung pudar, mengingat sekarang ini Pandu sedang rapat dan pasti bersama dengan kak Alista lagi.

"Hai,"lamunan Airin langsung buyar mendengar ada seseorang yang menyapanya,"nama lo Airin kan?"

Airin mengernyitkan dahinya bingung, ia memperhatikan penampilan lelaki ini, sepertinya mahasiswa juga, tampan. Tapi yang paling tampan itu tetap saja Pandu." Iya, aku Airin. Maaf kakak ini siapa ya?" Tanya Airin dengan sopan.

Lelaki itu menyodorkan tangannya,"kenalin nama gue Akbar."

Airin membalas jabatan tangan Akbar walaupun sedikit ragu,"iya kak Akbar."

"Lo pasti heran kan? Kenapa gue bisa kenal lo?"Airin tersenyum canggung,"dua hari yang lalu gue lihat lo ada di cafe sedang tidur disamping Pandu. Trus bang Farrel dan bang Raffael yang bawa lo pulang."

"Iya kak, aku ketiduran soalnya."Airin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo dari fakultas kedokteran kan?"

"Kok kakak tau?"

"Tebak aja, anggap aja gue cenayang,"lelucon seperti itu saja langsung membuat Airin terkekeh kecil.

Akbar yang melihat itu cukup terdiam dibuatnya. Kalau gadis ini tersenyum ternyata jauh lebih cantik dari waktu dia tertidur. Dan hal itu cukup membuat jantung Akbar berdegup kencang.

"Iya kak, aku dari fakultas kedokteran. Tebakan kakak benar."

"Kalau tebakan gue benar, berarti harus ada hadiahnya dong."

"Apa'an sih kak pakai hadiah segala. Emang kakak maunya apa?"

"Kalau jadi cewek gue gimana?"

Airin langsung dibuat terdiam sesaat,namun dia kembali terkekeh,"nggak mau, soalnya Airin udah punya kak Pandu."

"Gue udah tau, cuman bercanda gue ma."

"Kalau lo traktir gue makan gimana?"

Airin menggelengkan kepalanya,"nggak mau juga, soalnya Airin akan makan berdua hanya dengan kak Pandu. Kecuali kita bareng-bareng."

Mendengar hal itu Akbar tersenyum mengejek," segitunya ya, lo jagain perasaan Pandu. Tapi bagaimana dengan Pandu? Apa dia sama halnya seperti lo jagain perasaan dia?"

Sekarang ini Airin benar-benar tidak tau mau jawab apa. Mau jawab apa? Buktinya Pandu sering kali terlihat dengan sekretarisnya itu.

"Aku, aku,"tenggorokan Airin terasa tercekat ketika ingin mengatakan sesuatu. Bibirnya terasa keluh, ia juga tidak mau orang lain berpandang buruk tentang Pandu.

"Aku percaya sama kak Pandu, kalau dia juga melakukan hal yang sama."

"Lalu dimana dia sekarang? Buktinya lo jalan sendiri kan?"

"Kak Pandu lagi rapat."

"Airin, gue tadi juga ikut rapat. Dan rapat itu selesai pukul dua. Sekarang lo tau jam berapa? Jam tiga."

Jadi rapatnya sudah selesai dari satu jam lalu? Tapi kenapa Pandu belum menghubungi dirinya sama sekali?

"Kenapa? Lo belum dihubungi ya?"

"Mmm kak, aku pulang dulu."

Sekarang Akbar merasa bersalah sudah membuat Airin terlihat sedih seperti ini. Seharusnya dia tidak terlalu banyak bertanya dan akhirnya membuat gadis ini merasa tidak nyaman.

"Airin, gue minta maaf."

"Nggak apa-apa kok kak. Aku cuman mau pulang aja."

"Gue antar pulang."

"Nggak usah kak, aku bisa pulang sendiri."

"Gue antar lo pulang, atau nggak akan gue biarin lo pergi dari tempat ini!"Ujar Akbar.

Tidak menjawab setuju atau tidak, yang jelas Airin terus saja melangkah. Dan Akbar mengikutinya dari samping.

Langkah Airin tiba-tiba terhenti ketika pandangannya menangkap dari balik kaca disebuah tempat makan disana terdapat dua orang yang dia kenal. Karena Airin memberhentikan langkahnya, Akbar pun ikut memberhentikan langkahnya mencari tau kenapa Airin tiba-tiba berhenti.

Oh ternyata kekasih dari gadis ini sedang berduaan dengan sekretarisnya itu.

"Jangan nangis disini,"ujar Akbar saat melihat mata Airin sudah mulai berkaca-kaca.

"Antarin gue pulang kak."

"Bukan seperti ini caranya,"mata Airin melotot tak percaya disaat Akbar dengan tiba-tiba menggenggam erat tangannya dan menariknya. Bukan itu yang membuat Airin terkejut, tapi ketika Akbar membawanya kedalam sana.

"Kak Akbar mau ngapain?"Airin sudah mulai panik karena sebentar lagi mereka pasti akan bertemu.

"Hai,"dua orang itu langsung menoleh kesumber suara, terlambat Akbar sudah membawanya kehadapan mereka.

"Airin?"

"Hai kak,"sapa Airin sembari tersenyum kecut.

"Kamu kenapa bisa disini?"Pandu menatap tajam kearah mereka. Tapi tatapan itu saat ini tidak berpengaruh sama sekali bagi Airin.

"Kakak juga ngapain bisa disini dan berdua lagi."

"Mmm, maaf Airin. Kamu jangan salah paham. Kita hanya makan siang aja kok setelah rapat."Airin hanya beroria.

"Lepas tangan lo dari tangan dia!" Pandu memperingati Akbar. Dan Akbarpun menurutinya, ternyata membuat Pandu kesal seperti ini lumayan seru.

" Yaudah, kalian mau makan siang bareng kan. Lanjutin aja, aku juga mau pulang. Ayok kak, antarin aku pulang."

"Kenapa nggak sekalian aja makan bareng Rin?"Tanya Akbar.

"Nggak! Airin udah kenyang. Kalau kakak mau disini, Airin bisa pulang sendiri."

"Oke kita pulang."

"Kamu pulang sama aku."pintah Pandu.

"Nggak usah, kalian lanjut aja makan siangnya. Takutnya ganggu."

"Nggak ganggu kok Rin, yaudah Ndu kamu antar Airin pulang aja. Aku bisa pulang sendiri kok."

"Sayangnya aku yang nggak mau!"sekarang suara Airin sedikit mengeras, dia sudah sangat muak melihat Alista berpura-pura seperti ini. Entahlah, Airin merasa seperti itu.

"Airin Jangan berlebihan!"

Airin sungguh tidak menyangka, bisa-bisanya Pandu membentaknya seperti ini didepan banyak orang terlebih lagi apa dia dibilang? berlebihan? Gila kali ya? Siapa yang nggak akan marah melihat pacar sendiri pergi dengan orang lain, sedangkan menghubungi dirinya saja tidak.

Lalu dia ini apa? Pajangan?

***

Komen ya sesuai apa yang kalian rasakan.....aku tunggu loh.

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 136K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
255K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
540K 26.4K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...