HALU(Completed)

By MartabakKolor

606K 99.5K 2.9K

Ini menceritakan tentang kisah percintaan seorang gadis yang memiliki tingkat halusinasi tinggi. Dirinya perc... More

Prolog
1 ||JODOHKU!
2 ||HANA YANG PERTAMA?
3 ||HANA CINTA LUKAS
4 ||KECEWA
5 ||LUKAS YANG MANIS
6 ||HANA SI DORA
7 ||BERKUNJUNG
8 ||PUISI CINTA
9 ||KEKOSONGAN
10 ||MULAI TERBIASA?
11 ||HANA LAGI
12 ||DERITA LUKAS
13 ||PERHATIAN LUKAS
14 ||AJAKAN NGEDATE
15 ||NGEDATE
16 ||PELUKAN TIBA-TIBA
SMA Cakrawala Spesial Malam Tahun Baru
17 ||TEROR
18 ||LAGI?
19 ||MULAI MENJAUH
20||JADIAN?
22||HARI PERTAMA
23||Spent the Whole Day With Lukas
24||TERUNGKAP?
25||SANDARAN LUKAS
26||KENYATAAN MENGEJUTKAN
27||PERMINTAAN MAAF
28||FIRASAT BURUK
29||MEMBAIK
30||LUKAS
31||RENCANA
32||DI UJUNG TANDUK
33||INGIN MENYERAH
34||KESEDIHAN
35||PENYESALAN
36||LUKA YANG BEGITU DALAM
EPILOG
Extra Part?
EXTRA PART
PENGUMUMAN
EXTRA PART 2
LEO

21||RESMI

11.2K 2.1K 87
By MartabakKolor

"Masih nggak yakin?" Tanya Lukas.

Hana mengangguk ragu, "Kalau lo ngerasa kasihan sama gue gara-gara teroran itu, mending nggak usah. Gue masih bisa berjuang buat lo suka sama gue."
Ujar Hana. Ia menundukkan kepalanya sedih. Cairan bening kembali menggenang di pelupuk matanya sebelum meluruh kembali menghiasi wajahnya.

Terdengar helaan napas panjang dari Lukas. Cowok itu mengangkat dagu Hana agar gadis itu kembali menatapnya. Tangannya memegang kedua pundak Hana dengan tatapan  yang selalu membuat Hana lemah.

"Untuk saat ini, gue nggak tau perasaan gue ke lo ini apa. Jadi, bantuin gue buat mastiin. Siapa tahu gue beneran suka sama lo, kan?"

Hana menatap Lukas kagum. Cowok itu ternyata mempunyai sikap yang manis di balik wataknya yang galak.

"Lalu, soal peneror itu?" Tanya Hana.

"Nggak usah dipikirin. Kalau gue jadi pacar lo, semuanya bakal aman." Jawab Lukas mencoba meyakinkan.

Hana menatap Lukas ragu,  "Kalau makin parah, gimana?"

"Ya jangan jauh-jauh dari gue."

Seketika pipi Hana merona. Mendadak suasana menjadi panas. "Ih manis banget. Takut kehilangan gue, ya?"

"Ngawur. Baperan lo." Lukas mendorong kening Hana menggunakan telunjuknya.

"Baperan itu karena gue terlalu peka tau!"

"Sotoy lo." Jawab Lukas. Setelahnya, ia memegang kedua tangan Hana yang memar. "Gue obatin di UKS, ayo."

"Gendong."

"Ogah."

"Gendong, Lukas."

"Nggak, Hana."

"Pokoknya gendong!"

"Nggak ya nggak!"

Hana menghentakkan kakinya kesal disertai dengan cebikan di bibirnya. Lukas yang melihat itupun gemas lalu dengan tiba-tiba Ia membopong Hana dengan bridal style hingga membuat gadis itu terpekik kaget.

"Manja."

Tanpa mereka berdua sadari, sepasang mata bernetra coklat itu memandang dengan penuh kebencian.

"Salah langkah lo, Hana. Liat apa yang bakal gue lakuin setelah ini." Sejurus kemudian, seringaian licik terulas di bibirnya.

                            ****

Hana tak lagi bisa menahan senyumnya. Bibirnya merekah sempurna tanpa mau kembali seperti semula. Matanya melirik malu-malu Lukas yang berdiri di depanya dengan wajah datar. Tangan Hana yang diperban bergerak memilin baju.

"Aawww...." Pekik Hana saat tangannya terasa sakit. Lukas berdecak malas.

"Udah tau tangannya lagi sakit." Cibir Lukas.

"Iya-iya."

Lukas berdiri lalu mulai berjalan meninggalkan UKS. Melihat gerak-gerik Lukas, Hana pun ikut berdiri dan berjalan meninggalkan UKS. Langkah lebar Lukas membuat gadis berlesung pipi itu kesusahan untuk menyamakan langkah.

"Ih Lukas, pelan-pelan dong."

"Lemot." Meskipun begitu, Lukas akhirnya memelankan langkahnya hingga membuat Hana bisa menyamakan langkah mereka.

"Lukas."

"Hm?"

Hana menggigit bibir bawahnya. Dengan jantung yang berdebar tidak karuan, Hana mencoba bertanya tentang sesuatu yang sedari tadi hinggap di otaknya.

"Jadi, kita ini apa?" Tanya Hana hati-hati. Takut semisal Lukas tiba-tiba kembali berubah seperti macan.

"Apanya?" Tanya Lukas yang merasa bahwa pertanyaan Hana terlalu ambigu untuk dimengerti.

"Hubungan." Jawab Hana pelan. Lukas mengangguk-anggukkan kepalanya merasa sudah mengerti apa yang Hana maksud.

"Pacaran, lah."

Hana menatap Lukas takjub. Bagaimana lelaki itu bisa dengan gamblangnya mengatakan bahwa mereka sudah pacaran?

"Ih nggak romantis."

Ucapan Hana membuat langkah Lukas berhenti. "Kalau mau yang romantis, jangan pacaran sama gue." Jawabnya hingga membuat Hana melotot tak terima.

"Kan lo yang minta gue jadi pacar lo!" Sengit Hana.

"Tapi seneng, kan?"

Walau godaan Lukas bernada datar, tetap saja Hana merasa baper. Bahkan sekarang, pipinya benar-benar tidak bisa diajak kompromi hingga membuatnya seperti kepiting rebus.

"Jangan blushing. Jelek." Ujar Lukas lalu melanjutkan lagkahnya.

"Ihhhh Lukas kalau ngomong suka nyakitin!!!" Cecar Hana lalu kembali mengejar Lukas yang sudah beberapa langkah di depannya. Matanya tak sengaja menangkap postur tubuh seseorang dengan rambut pendek yang begitu Hana kenali.

"RAHEL!"

Teriakan Hana itu membuat Rahel menoleh. Ditatapnya Hana terkejut saat gadis itu berlari menghampirinya mengabaikan Lukas yang sudah semakin jauh.

"Lo ngapain masih di sekolah?" Tanya Hana.

Rahel terlihat gelagapan. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Itu, anu-a-anu, habis BAB. Iya habis BAB." Jawabnya gugup, "Gue duluan ya, Hana. Bye!" Setelah mengatakan hal itu, Rahel segera pergi dari hadapan Hana.

"Habis BAB? Maksudnya BAB di loker, gitu? Aneh." Gumam Hana saat melihat sekelilingnya adalah tempat para loker siswa yang jauh dari toilet. "Mungkin habis BAB langsung naruh sesuatu ke loker kali."

Hana mengedikkan bahunya cuek. Ia menepuk keningnya saat melupakan Lukas begitu saja.

"TUNGGUIN GUE, JODOHKU!"

                          ****

Hana merasa bahwa dirinya benar-benar sudah berubah menjadi orang gila. Bukannya sirna, senyumnya malah semakin terbit sempurna. Bahkan sekarang, sepiring pasta dan segelas jus tomat kesukaannya Ia anggurkan begitu saja. Bi Sarmi yang melihat anak majikannya seperti itupun menggelengkan kepalanya.

"Mikirin jodohnya non Hana?" Tebak Bi Sarmi yang tepat sasaran.

Hana mengangguk malu-malu. "Coba cubit Hana yang keras Bi."

Bi Sarmi terlihat bingung namun tetap melakukan apa yang diperintahkan Hana. Ia mencubit keras lengan Hana.

"Aww...sakit, Bi." Pekik Hana.

Bi Sarmi terkekeh, "Kan non Hana sendiri yang minta."

Hana nyengir, "jadi, Hana nggak lagi mimpi, kan?"

Bi Sarmi tersenyum lalu menggeleng. Dielusnya kepala Hana lembut. "Enggak, Non. Dimakan atuh makanannya, kasihan dianggurin."

Hana mengangguk antusias lalu mulai menyendokkan sesuap pasta hingga membuat lidahnya bergoyang saking nikmatnya. "Masakan Bi Sarmi emang yang paling enak."

Setelah mengatakan itu, kunyahan dibmulutnya mendadak berhenti. Memori saat dirinya, ayahnya, juga maminya pada saat itu muncul di pikiran Hana.

Hana tersenyum lebar. Tangannya bertepuk riang saat melihat sepiring pastanya sudah jadi. Ayah yang melihat itupun menggelengkan kepalanya heran karena anaknya itu tidak ada bosan-bosannya memakan pasta.

"Kamu nggak bosen makan itu terus?" Tanya Ayah. Ditatapnya Hana geli karena cara makannya yang begitu rakus.

"Uhukkk......uhukkk.." Hana tersedak. Melihat itu, Ayah segera mengambilkan gelas berisi air yang berada di meja lalu memberikannya kepada Hana.

"Pelan-pelan aja. Ayah nggak bakal minta, Na." Ujar maminya yang baru saja selesai mencuci piring. Kedua orang tuanya bersamaan mengelus kepalanya.
Senyum di bibir Hana semakin lebar. Merasa beruntung mempunyai orang tua seperti mereka.

"Masakan Mami emang yang paling enak, deh." Ujarnya yang membuat sepasang suami istri itu terkekeh.

Tak Hana rasa, butiran kristal bening itu meluruh begitu saja. Jika boleh memilih, Hana ingin kembali ke masa lalu. Walaupun Hana tahu bahwa hal itu hanya kemustahilan saja. Takdirlah yang berhak mengatur jalan hidupnya. Dan hanya Tuhanlah yang mampu mengubah takdir. Hana sadar, hidup di dunia ini hanyalah sementara. Semua orang pasti mengalami yang namanya kematian.

"Keinget ya, Non?"

Hana mengangguk pelan. Diusapnya pipinya yang basah, lalu menghirup udara banyak-banyak. Bibirnya Ia tarik kembali untuk tersenyum tegar.

"Nggak papa, Bi." Jawab Hana yang membuat Bi Sarmi menghembuskan napas lega.

Sama halnya dengan Hana, Lukas pun memikirkan kejadian tadi sore. Ia bahkan tidak dapat mengerjakan tugas karena masih terbayang wajah menggemaskan milik Hana. Saat Lukas memutuskan untuk tidur, matanya sama sekali tidak bisa diajak merem. Adel yang melihat itupun memutar bola matanya malas. Dot susunya yang sudah kosong masih Ia sedot.

"Kakak ngapain sih?" Tanya Adel jengah melihat Lukas yang berguling ke kanan dan ke kiri.

"Nggap papa, Del. Kamu balik aja ke kamar." Ujar Lukas mengusir Adel secara halus. Berhubung Adel sudah mengantuk, akhirnya Ia pergi meningalkan Lukas menuju kamarnya.

Lukas kembali duduk setelah Adel menghilang. Ia menjambak rambut depannya frustasi.

"Kenapa gue jadi kayak cewek begini, anjir."

                          ****

Berita resminya hubungan Hana dan Lukas membuat heboh seantero sekolah. Fans berat Lukas dan Hana sedang berduka cita. Ada sebagian siswi yang terang-terangan mulai menunjukkan ketidaksukaannya. Mulai dari memposting foto Hana di akun instagram khusus para nyinyirers. Banyak pula yang mendukung hubungan mereka berdua.

"Makasih." Hana memberikan helm kepada Lukas. Mulai sekarang, yang antar jemput Hana ke sekolah adalah Lukas.

Lukas menangguk lalu turun dari motor. Disugarnya rambut hitam miliknya ke belakang. Mata tajamnya melirik sekitar. Baru diparkiran saja mereka sudah menjadi pusat perhatian.

Lukas tidak peduli, diraihnya pundak Hana menggunakan tangannya lalu menggiringnya menuju kelas. Kelakuan Lukas yang seperti itu tidak luput dari penglihatan siswa-siswi lain, bahkan banyak yang mengabadikan momen ini.

Sesampainya mereka berdua di kelas Hana, Lukas melepas rangkulannya. Ia menatap Hana datar.

"Belajar yang bener, jangan mikirin gue mulu." Ujar Lukas tenang. Kedua tangannya beralih masuk ke saku celana membuat dirinya semakin mempesona.

Pipi Hana bersemu merah. Ia menggigit pipi bagian dalamnya. Setiap mendengar Lukas berbicara, Hana selalu merasa baper walaupun perkataan Lukas sama sekali bukan termasuk jenis gombalan.

"Jangan baper terus. Overdosis baru tau rasa, lo."

Dengan santainya Lukas meninggalkan Hana yang kini menangkup kedua pipi merahnya.

"Tuh kan, guenya baper lagi."

Dasar Hana.

******

Vote commentnya jgn lupa, wkwkwkw.

Salam,

Ia♡

Continue Reading

You'll Also Like

323 184 14
Aku Rania, Rania putri anaya, adalah salah satu anak dari Ayah Indra Ariwibawa dan Ibu Dinda safitri. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara ad...
40.5K 4.2K 58
Sepasang rasa yang tidak akan pernah bisa disatukan. Semesta hanya mempertemukan kita bukan untuk mempersatukan...
8.3K 670 38
/Follow dulu sebelum baca/ Kisah klasik seorang gadis manis. Bagi Diana mencintai tak segampang membalikkan telapak tangan, tak semanis rainbow cake...
8.4M 1M 48
"𝙷𝚞𝚓𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚗." -𝓐𝓶𝓮𝔂𝓼𝓲𝓪𝓪, 01.00 ••• "Kematian yang mencintai kehidupan." - 01.00 ...