Cerita untuk MeLan

By claraaadevii

2K 210 168

GENRE : ROMANCE, HUMOR Caramel Kay Liont, seorang gadis remaja SMA. Dia memutuskan untuk berpindah sekolah de... More

Prolog

1. Teringat Kembali

259 102 96
By claraaadevii


Dalam harapanku dan inginku
Kau ada disana
Di setiap langkahku dan mimpiku
Kau ada disana

Mungkin suatu saat nanti
Kau dan aku bersama
Berdua kita jalin kasih
Dalam satu ikatan cinta

Oh Tuhan tolong
Jaga dirinya disana
Aku disini kan menunggu
Hingga diriku dan dirinya
Indah pada waktunya

Now Playing
Rizky Febian - Indah Pada waktunya 🎧

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar setelah selesai membaca.

Selamat membaca ' Cerita Untuk MeLan '

CHAPTER SATU || TERINGAT KEMBALI.

Entah kenapa setiap kali aku mencoba melupakanmu. Pikiranku tentang dirimu seolah selalu muncul.

Happy reading❤

***

VISUALISASI ARKAN.

"Arkan..."

Suara panggilan lembut berusaha membangunkan Arkan. Gisella menghela napasnya perlahan, sudah berkali-kali ia membangunkan sang anak yang tak kunjung bangun. Namun nyatanya? Gisella tak kehabisan cara untuk membangunkan sang anak yang sangat susah diatur bahkan saat bangun tidur pun!

"Arkan bangun."

Gisella mencoba untuk kesekian kalinya, tetapi tidak ada respon dari sang anak. Namun, entah kenapa juga belum bangun-bangun. Apakah dia semalam tidur terlalu malam?

"Arkan bangun, udah siang."

Usaha Gisella akhirnya berhasil, Arkan perlahan membuka matanya pelan-pelan.

"Masih ngantuk, Ma. Bentar lagi." jawab Arkan malas.

Gisella sudah terbiasa membangunkan anaknya yang sangat butuh extra sabar. Baginya ini hal yang wajar, biar bagaimana pun sifat anaknya pasti dia tidak akan membangkang apa yang diucapkan olehnya.

Gisella menghela pasrah. "Mama bilang bangun!"

Arkan menghela napas pelan, "Iya."

"Kamu kemarin bilang mau main ke rumahnya Thalia, memangnya gak jadi?"

Mendengar kata nama Thalia, ia langsung terbangun sekaligus memposisikan untuk segera duduk. Arkan benci dengan nama itu. Kenapa lagi dan lagi harus mengingat nama yang seharusnya tidak perlu di sebutkan. Memang orang tuanya belum tau tentang akhir hubungan mereka. Kedua orang tuanya masih menganggap bahwa anaknya masih menjalin hubungan spesial dengan sang pacar!

Wajar saja Arkan belum menceritakan kronologis yang sebenarnya semenjak mereka putus. Arkan tidak mau menyakiti hati orang tuanya. Lebih baik ia memendam sendiri daripada orang yang didekat Arkan merasakannya.

Sungguh tidak ingin!

"Gak jadi." jawab Arkan dengan nada ketus.

Iya... Arkan adalah pria paling menyebalkan menurut teman-temannya, walaupun begitu dia memiliki alasan dengan perubahan sikapnya. Arkan akan bersikap manis dengan orang-orang terdekat. Bahkan Arkan sendiri jarang berkumpul dengan keluarga. Jangankan berkumpul, berbicara pada keluarga enggan jika itu bukan perkara penting atau hanya sekedar basa-basi.

Namun, kedua orang tuanya sama sekali tidak keberatan dengan sifat Arkan yang tertutup. Lebih tepatnya membiarkan Arkan menjadi kepribadian yang lebih baik.

"Yaudah kalau gak jadi, sekarang kamu mandi terus turun kebawah." titah Gisella yang sudah beranjak dari tempat tidur.

"Hm." deham Arkan singkat.

"Kamu mau dibikinkan sesuatu?" tanya Gisella saat sudah di ambang pintu kamar.

Arkan terdiam sejenak, kemudian dia menggelengkan kepala.

"Gak perlu."

Gisella mengangguk, meninggalkan kamar Arkan. Setelah Gisella sudah benar-benar pergi. Arkan mengusap wajahnya dengan frustrasi, tidak tahu harus menjelaskannya seperti apa dan mulai mana.

Dalam diri Arkan sebenarnya tidak mau menyakiti hati kedua orang tuanya dengan sifatnya yang pendiam. Jika cara seperti ini berhasil, maka dia akan rela berkorban untuk merubah sifatnya dari masa lalu, ingin bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Arkan bangkit dari tempat tidur lalu berjalan menuju meja kamar, membuka laci tempat tujuan dimana ia menyimpan foto dengan mantan kekasihnya. Arkan tersenyum tipis melihat foto itu, dimana ada luka dan kenangan yang harus di buang jauh-jauh dari kehidupannya.

"Kenapa lo nyakitin perasaan gue yang semudah itu lo hancurin, hm?" gumam Arkan yang masih menatap foto itu dengan rasa kecewa.

Arkan sebenarnya tidak ingin menangisi hal-hal yang tidak berguna, apalagi harapan yang sudah pupus saat mantan kekasihnya menyakiti kepercayaan sekaligus perasaannya. Sangat disayangkan menangisi seseorang yang sama sekali tidak berarti dalam hidupnya untuk saat ini.

Arkan termenung melihat foto itu untuk kesekian kalinya. Dimana Arkan dengan Thalia tersenyum, saling menatap satu sama lain. Jika di ingat-ingat kembali foto itu diambil saat perayaan aniversary mereka, moment sangat bahagia. Namun, takdir berkata lain. Arkan tidak bisa merubah semuanya sama seperti dulu. Sangat mustahil baginya.

Arkan menggut-manggutkan kepalanya.

"Oke. Gue gak mau ingat tentang lo, semua kenangan termasuk lo. Lo berhak bahagia begitu pun gue."

Arkan langsung merobek foto di tangannya hingga berkeping-keping dan membuangnya ditempat sampah dekat kamar. Sebelum Arkan berjalan menuju kamar mandi ia menghapus air matanya, harus kuat. Dia tidak boleh lemah karena cinta. Setelah dirasa sudah tenang Arkan berjalan menuju kamar mandi, membersihkan diri dan turun kebawah sesuai perintah Gisella---Mamanya.

Kelak kamu akan bertemu seseorang yang menjadi sebuah alasan mengapa hubunganmu di masa lalu tidak berhasil.

_MeLan_

Semenjak pagi, gadis itu menyiapkan sesuatu yang akan dimasak pagi hari. Terkadang saat hari libur, gadis ini menyibukkan diri melakukan aktivitas.

Sebelum menuju ke dapur gadis ini membersihkan kamarnya terlebih dahulu, ia paling tidak suka dengan kondisi kamar yang berantakan. Padahal ada pembantu yang siap sedia membantu. Tapi, dia tidak ingin, jika itu bukan hasil usahanya sendiri. Oleh karena itu, belajar mandiri adalah prinsipnya.

Tanpa disadari seseorang sedang mengamatinya dari belakang. Dia tersenyum lalu berjalan mendekat ke arahnya.

"Kamu kok yang masak. Nanti kan bisa disiapkan sama bibi." ujar Vanila saat berada disamping sang anak.

Caramel tersentak kaget, menoleh kesamping dimana Vanila sedang tersenyum ke arahnya.

Caramel tersenyum tipis.

"Gak papa, Ma. Pingin Masak aja."

Iya... yang dimaksud adalah Caramel. Dia memang rajin dalam aktivitas apapun dan tidak mau menunda pekerjaan. Toh, dia merasa senang jika harus melakukan seperti ini. Anggap saja ini sebagai aktivitas untuk mengisi waktu luang.

Vanila hanya geleng-geleng kepala mendengar jawaban Caramel, mengerti dengan sikap sang anak yang mandiri. Bukan dituntut, tapi dia sendiri yang menginginkannya.

Disisi lain Vanila merasa senang karena sudah mendidik anaknya yang tumbuh dewasa.

Vanila menatap Caramel lekat-lekat, menahan air matanya agar tidak terjatuh. "Kamu sudah tumbuh dewasa. Mama bangga punya anak kayak kamu."

Vanila tidak mau lemah didepan Caramel. Karena jika sampai terjadi ia merasa gagal menjadi ibu untuknya. Berusaha tersenyum adalah andalan untuk menutupi semua.

Caramel menghela pelan, "Mama gak seharusnya bilang gitu. Justru aku yang bangga dan bersyukur punya orang tua kayak kalian. Masih banyak diluaran sana yang butuh kasih sayang dari orang tuanya."

Caramel berjalan mendekat ke arah Vanila, memeluk sekaligus melepaskan air mata yang sempat mengalir. Sungguh, disaat kita berada diantara orang-orang yang kita sayangi seberapa besar kita menyembunyikan kepedihan maka disaat itulah kita berada dititik lemah, yaitu menangis di dalam lubuk hati.

Caramel mengurai pelukannya seraya mengerjapkan mata berkali-kali, agar tidak menangis. "Mama jangan bilang gitu lagi, ya."

Vanila tersenyum kaku menatap Caramel. "Sayang, Mama boleh tanya sesuatu?"

Caramel mengerutkan kening, bingung. Tidak seperti biasa Vanila menanyakan suatu hal harus meminta izin terlebih dulu, membuat Caramel berpikir yang tidak-tidak.

"Apa?" tanya Caramel setenang mungkin.

"Jake kemana? Mama nggak pernah lihat dia. Padahal dulu sering main kesini."

Degg

Kenapa harus nama itu yang harus Caramel dengar? Disaat Caramel sudah benar-benar ingin melupakan. Mengapa hati ini begitu sakit saat mengingatnya?

Caramel tersadar bahwa prinsip move on bukan sekedar melupakan tetapi juga harus mengikhlaskan. Dalam pikiran memang sudah melupakan lain dengan hati yang belum mengikhlaskan penuh tentang masa lalunya.

Jika mencintaimu itu begitu mudah, mengapa saat melupakan itu begitu sulit. Bukannya tak mampu melupakan, segala hal butuh proses bukan?

"Mu... mungkin dia lagi sibuk sama tugas kuliahnya. Udah ya, Ma. Gak perlu dibahas." jawab Caramel mengalihkan wajahnya dan kembali menyibukkan diri, menaruh satu per satu makanan ke atas nampan.

"Kamu baik-baik aja kan sama Jake? Ya... karena Mama merasa kayak ada sesuatu yang kamu sembunyiin." selidik Vanila yang membuat Caramel gelagapan untuk menjawabnya.

Caramel mengalihkan tatapan, menertralkan sebentar pikirannya.

"Mel...." panggil Vanila.

Caramel tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara dari Vanila.

"Aku mau taruh makanannya dulu keburu dingin." ujar Caramel mengalihkan topik pembicaraan.

Mengapa sulit sekali melupakan nama itu untuk selamanya? Apa perlu Caramel harus keluar negeri dahulu untuk menenangkan pikirannya. Apa perlu Caramel harus kedukun untuk membantunya? Jika perlu, apa Caramel harus membenturkan kepalanya berkali-kali ketembok supaya ia bisa hilang ingatan?

Omong kosong!

Caramel baik-baik saja, tetapi hatinya yang merasa tidak baik-baik saja. Dia tidak ingin mengingat, apalagi namanya. Sudah cukup ia merasakan di masa lalu.

Caramel terlalu berpikir jauh pada dunianya sendiri. Dia tidak ingin siapapun menaruh curiga pada masa lalunya. Caramel yakin jalan yang ditempuh sejauh ini sudah benar. Alangkah baiknya, Caramel terus melangkah mengawali suasana baru.

Caramel membawa makanan di bantu Vanila menuju ruang makan.

Semua keluarga sudah berkumpul di ruang makan. Putra, Vanila, dan Caramel duduk dengan tenang di kursi, menikmati sarapan pagi. Sendok dan garpu saling bertautan mengisi ruang makan. Hanya satu anggota yang belum lengkap di dalam keluarganya. Tentu mereka akan selalu menantikan kehadirannya!

Tidak ada yang kekal di dunia ini. Semanis atau sepahit apapun hidup ini, semuanya akan berlalu.

_MeLan_


TERIMA KASIH YANG SUDAH MAMPIR BACA CERITA INI.

SEE YOU NEXT TIME^^


Salam,

Clara

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 330K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
3.3M 26K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.8M 88.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...