vote juseyooo
trimakaciiii
Happy Reading
༻୨♡୧༺
Terlihat seorang gadis masih menggeliat di atas ranjangnya yang empuk, perlahan gadis itu mulai membuka matanya. Sinar matahari yang masuk ke dalam celah jendela kamarnya membuat gadis itu terbangun.
Tara merubah posisinya menjadi duduk bersandar pada kepala ranjang, gadis itu melamun. Ia masih tidak percaya dengan percakapan bersama orang tuanya semalam. Tentang perjodohan nya itu.
"Ish nyebelin banget sih, emang nya ini jaman Siti Nurbaya apa ya? Pake acara dijodoh-jodohin," gerutu Tara sebal.
"Ck, bego nya lagi kenapa gue malah iyain aja ya? Cuma perkara tuh cowok ganteng. Gimana kalau ternyata ganteng-ganteng brengsek? Ah, yaudah lah, nurut apa kata orangtua aja deh gue mah," lanjut gadis itu, sudah pasrah.
Tara melirik jam weker berwarna putih miliknya yang berada di atas nakas, jam menunjukkan pukul 09.20 pagi. Gadis itu bangkit dari ranjang lalu keluar kamar, berniat menuju meja makan karena perutnya sudah keroncongan.
Dengan malas, Tara menuruni anak tangga sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sedikit gatal. Mungkin karena sudah dua hari ini ia tidak keramas.
Terdengar suara berisik dari ruang tamu. Seperti ada seseorang yang sedang tertawa dan berbincang-bincang di sana.
"Ada apaan, sih? Pagi-pagi gini rumah udah ramai aja deh," gumam Tara.
Dengan rasa penasaran yang ada dalam dirinya, ia urungkan niatnya untuk pergi ke dapur dan memilih menghampiri ruang tamu.
Saat sampai di depan ruang tamu, Tara tercengang karena di sana sudah ada Farah dan Dion serta seorang wanita paruh baya dan pria yang nampak tidak asing bagi nya. Hening. Semua mata menatap ke arah gadis itu.
"Aduh... Tara sayang. Kamu kok belum mandi sih, Nak? Ini ada calon mertua sama calon suami kamu lo, nggak malu apa penampilan kamu kayak gitu?" Farah menepuk jidatnya seraya menghampiri putrinya yang masih berdiri mematung.
Tara menyengir lebar menyembunyikan malunya saat Farah menghampiri dirinya.
Sedangkan wanita paruh baya itu tersenyum melihat tingkah calon menantunya yang terlihat sangat lucu.
"Tidak apa-apa, Nak Tara, kayak gini aja cantik nya sudah kelihatan apalagi nanti kalau sudah mandi, iya kan, Ga?" goda Mira terkekeh kecil seraya menyenggol lengan pria di sampingnya yang dipastikan itu adalah anaknya.
Pria itu hanya mengangguk dan menyunggingkan senyumannya, sangat tipis bahkan hampir tak terlihat.
"Buset ganteng bener! serius ini calon laki gua? Eh tapi kok mukanya nggak asing yaa?" batin Tara.
"Err-- hehehe." Tara tersipu malu.
"Yasudah sana, kamu mandi dulu, nanti setelah mandi turun lagi kebawah ya. Cepat jangan lama-lama loh," perintah Farah pada putrinya itu.
"I-iyaa, Mam." Tara langsung berlari ke dalam kamarnya dengan pipi yang sudah merah merona seperti tomat.
Dion yang melihat anak gadisnya itu hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya heran.
༻୨♡୧༺
"Anjir Tara, lo bodoh banget! Sumpah malu banget gue kalo di inget-inget lagi tuh kejadian. Rasanya pengen langsung ganti kulit aja deh," gerutu Tara merutuki kebodohannya.
Gadis itu bercermin melihat penampilannya yang berantakan dengan masih menggunakan piyama tidur, sendal bulu - bulu dan rambutnya yang sedikit acak-acakan. Tara terlihat sangat cantik dengan bare face nya.
Tara tersenyum miring menatap dirinya di cermin, gadis itu pun segera beranjak ke kamar mandi menjalankan ritual mandinya.
Beberapa menit kemudian Tara keluar kamar dengan setelan menggunakan atasan kaos dan celana jeans. Perempuan itu berjalan ke arah ruang tamu.
"Eh, anak Mama udah selesai mandinya? Tumben cepet, biasa kamu lama banget kalo dandan," celetuk Farah terkekeh geli. Mamanya itu memang senang sekali menggoda anak gadisnya.
"Ihh Mamaa... tadi katanya disuruh cepet-cepet," rajuk Tara mengerucutkan bibirnya.
"Iya-iya sayang, jangan cemberut gitu dong nanti cantiknya hilang loh," goda Farah. "Udah sini duduk," lanjutnya mengajak Tara untuk duduk di sampingnya dan berhadapan dengan pria bermata tajam itu.
"Tuh kan, Nak Tara makin cantik deh kalau udah rapih begini. Jadi nggak sabar tante pengen punya menantu kayak kamu," goda Mira, membuat gadis bersurai panjang itu salah tingkah.
"Eh? Ehehehe, tante bisa aja deh, Aku kan jadi malu," kata Tara tersipu malu, sedangkan Mira hanya tersenyum menanggapinya.
"Oh iya, kenalkan nama tante Mira, ini anak tante yang mau dijodohkan sama kamu, dia baru pulang dari Aussie dan akan melanjutkan kuliah di sini." Mira menatap putra tampan semata wayangnya itu. "Nak, ayo salaman dulu dong," gemas Mira karena putranya masih terdiam.
Arga melirik Tara sekilas dan mengulurkan tangannya.
"Arga," ucap cowok itu dengan senyuman tipis.
"Wait! Kok namanya nggak asing ya di telinga gue? Arga? Siapa yaa?" batin Tara bertanya-tanya.
Tara kembali menatap wajah pria dihadapannya lamat-lamat dan Ah, ya! Tara ingat, jadi Arga adalah cowok yang dulu semasa SMP pernah ia jadikan secret admirer dan sekarang adalah calon suaminya? Bentuk wajahnya, suaranya, matanya, tidak berubah masih sama. Tara yakin itu pasti dia. Oh tidak!
"Omaigat! Serius ini jodoh guee??" batin gadis itu histeris.
Tara tersadar dari lamunannya karena Farah menyenggol lengan sebelah lengannya.
"Kok malah bengong sih, sayang? Kasian tuh tangannya Arga pegel, salaman dulu dong," ujar Farah gemas dengan tingkah putrinya itu.
"Eh i-iya. Taransya Calista Vellycia, panggil aja, Tara," ucap Tara memperkenalkan dirinya dengan membalas uluran tangan Arga seraya tersenyum manis.
༻୨♡୧༺
Jam menunjukkan pukul setengah satu siang. Mira dan Farah masih sibuk berbincang-bincang. Dion sudah pamit keluar sejak beberapa jam lalu karena ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu, sedangkan Arga, pria itu tengah fokus dengan benda pipih di genggamannya.
Tara yang bosan pun berniat untuk keluar rumah dan ingin mencari makanan di luar karena perutnya yang sudah sangat keroncongan, menahan lapar sejak ia bangun dari tidurnya.
"Eum... Ma? Tara izin keluar sebentar ya, mau beli makanan nih laper," ucap Tara seraya berdiri memegangi perutnya.
"Oh, yaudah, diantar sama Arga aja, ya," sahut Farah.
"Eung-- nggak usah Ma, Tara bisa pergi sendiri kok," tolak Tara dengan lembut.
"Sudah tidak apa-apa Nak Tara, biar diantar Arga aja, dia kan calon suamimu," timpal Mira. "Arga? Kamu antar Tara beli makanan gih," perintah Mira yang langsung diangguki oleh Arga.
"Iya, Ma," jawab pria itu, "Ayo Ra, biar gue anterin beli makanan," lanjutnya dengan nada bersahabat.
"I-iya sebentar, gue ambil tas dulu." Tara berlari kecil masuk ke dalam kamar untuk mengambil tasnya.
"Udah nih. Ayo!" Tara sudah bersiap, gadia itu tersenyum sumringah menatap Arga yang tetap memasang wajah datar.
"Permisi Tante, Ma, kita jalan dulu yaa," pamit Arga lalu beranjak keluar rumah diikuti oleh Tara.
༻୨♡୧༺
to be continued
vote juseyooo timakacii
follow my insta:
@writersan_
—sankaara