Clarity; Liskook

By lightasteria

28.3K 1.3K 117

Pernah merasakan jatuh cinta? Atau jatuh cinta pada sahabat kau sendiri? Sayangnya Jeon Jungkook bukan laki... More

Prologue
Chapter 2 | Dongeng yang menyebalkan...
Chapter 3 | Yang selalu ada
Chapter 4 | Kesukaan Jungkook

Chapter 1 | Mereka itu Jungkook dan Lalisa

3.1K 282 17
By lightasteria

📌picture : from Pinterest

-CLARITY-

"JUNGKOOK!!" Teriakan itu menggelegar di kelas tak lama disusul oleh suara tawa yang kencang.

Tenang saja, seluruh penghuni kelas juga sudah terbiasa dengan itu. Layaknya kegiatan sehari-hari yang wajib dilakukan dan terulang kembali dimana Jungkook menjahili Lisa sampai Lisa marah.

Lisa mengebrak mejanya keras, menatap Jungkook tajam dengan mukanya yang sudah memerah, pertanda kekesalannya yang sudah diujung tanduk, tinggal menunggu beberapa detik sebelum perang dimulai.

"Kembali ke kandangmu sana. Jangan ganggu aku," pekik Lisa. Kini tangannya terulur untuk menjambak rambut Jungkook sekuat tenaga. Ya, Lisa tidak ragu untuk memberikan tenaganya sepenuh jiwa.

"Kemarikan benda itu," teriak Lisa di telinga Jungkook.

"Aduh, Li hentikan hentikan. Lepaskan jambakanmu," pekik Jungkook. Rambutnya bisa rontok jika dibiarkan, Lisa menariknya sekuat tenaga. Membuat kulit kepalanya berdenyut.

Lisa melepaskan jambakannya, kembali ke bangkunya dan duduk dengan melipat tangannya di dada. Ekspresinya berubah jadi dingin.

Jungkook mengusap rambutnya pelan dan menghampiri Lisa. "Li, kau marah?" tanyanya polos.

Lisa menggeram kecil, dan memalingkan wajahnya. Pura-pura tak melihat Jungkook.

"Li, hei, halo, Lalisa." Jungkook berusaha menatap wajah Lisa yang terus tak mau menatapnya. Tangan Jungkook melambai-lambai di depan wajah Lisa.

"Jangan marah, aku hanya bercanda," Ucap Jungkook yang berusaha membujuk Lisa agar tidak marah.

Lisa masih diam dan mempertahankan ekspresinya yang dingin, padahal dalam hatinya sudah panas dan menyumpah separahi Jungkook.

"Li, maaf. Ayo kita hapus, aku antar," ajak Jungkook. Lisa tetap tidak mengacuhkannya.

"Maaf ..." sekarang Jungkook yang bingung karena tak tahu harus bagaimana lagi. Jungkook tak tahan jika Lisa diam selama beberapa menit saja.

Lisa menggeram kecil, bangkit dari duduknya. Jungkook hanya mengikutinya dari belakang. Lisa seperti memungut sesuatu, lalu berbalik ke arahnya. Jungkook menatapnya heran.

Seketika Lisa langsung memegang wajah Jungkook, tangan yang satunya lagi memegang pulpen yang sudah di arahkan ke wajah Jungkook.

"Nah, rasakan, rasakan semuanya. Kau akan aku buat kapok ya. Lihat saja, aku pandai menggambar," maki Lisa. Tangannya membuat beberapa coretan di wajah Jungkook, seperti di pipinya, dahi, dan dagu. Setelahnya Lisa tertawa kencang.

Jungkook langsung memekik kencang, tangannya menahan tangan Lisa, tapi sayang coretan itu sudah ada di wajah tampannya.

Ini tidak adil, Jungkook hanya mencoret garis tipis di pipi Lisa. Tapi Lisa membalasnya banyak sekali. Sampai-sampai Jungkook harus menyembunyikan mukanya. Ingin marah tetapi takut Lisa marah kembali.

"Silahkan nikmati hasil karyaku. Jungkook." Lisa tertawa kencang, sangat-sangat kencang. Hasil karyanya di wajah Jungkook patut diacungi jempol, benar-benar abstract.

"Li, kau jahat sekali. Wajah tampanku," pekik Jungkook, tangannya menutupi wajahnya. Hilang sudah harga dirinya, mau disimpan di mana wajah tampannya ini.

"Lisa, Jungkook kenapa?" tanya Jiho tiba-tiba saat melihat Lisa tertawa kencang.

"Siapa, oh, Jungkook. Hihi, Jungkook itu wa-hump." Jungkook buru-buru menutup mulut Lisa.

Satu kelas langsung terpekik melihatnya, ada yang tertawa kencang dan ada yang bertepuk tangan. Apalagi Jiho yang membulatkan matanya saking terkejut melihat wajah Jungkook.

"Wah, Jungkook."

"Haha, Jungkook sedang bermanja dengan Lisa."

"Waduh, bahaya ini!"

"Lisa sangat beruntung."

Satu kelas langsung ricuh karena kelakuan Jungkook kepada Lisa.

Jungkook masih membekap mulut Lisa dengan tangannya, sedangkan wajahnya Jungkook sembunyikan di ceruk leher Lisa.

"Li, hidungmu akan memanjang kalau kau mengatakannya."

Hih, Lisa merasa geli. Ingin memukul kepala Jungkook dengan keras saat itu juga, apalagi Jungkook berbisik kecil. Tapi kasihan juga, pikir Lisa.

"Tapi aku mengatakan yang benar, bukan berbohong," balas Lisa. Keduanya sama-sama berbisik.

"Tapi berarti kau jahat."

"Sudah, singkirkan wajahmu. Geli tahu," geram Lisa. Satu kelas masih melihat kelakuan mereka berdua, tetapi tidak ada yang berkomentar.

"Ambilkan dulu hoodie hitam milikku." Lisa merotasikan matanya.

"Bodoh, mau mengambilnya bagaimana. Aku mau berjalan saja susah. Asal kau tahu ya, tubuhmu itu besar."

"Kalau begitu jalan bersama. Oke, mulai." Jungkook menarik tubuh Lisa dengan memegang bahunya. Pelan-pelan tubuh keduanya mundur, sampai di tempat duduk Jungkook yang ada di sebelah Lisa.

"Jungkook manja."

"Wah, romantis sekali."

Kelas ricuh kembali. Lisa menghelakan nafasnya, ini juga salahnya.

Dengan jengkel Lisa mengambil hoodie milik Jungkook. Memberikannya kepada Jungkook. Buru-buru Jungkook memakainya, dan menggunakan kupluknya untuk menutup wajahnya.

"Antar aku cepat." Tangan Lisa gatal ingin meninju wajah Jungkook. Tapi itu semua tidak terjadi, Lisa menarik tangan Jungkook kasar, meninggalkan kelas yang masih ricuh membicarakan mereka.

...

Lisa menatap geram Jungkook yang sibuk menghapus tinta dari wajahnya. Beberapa laki-laki menatap Lisa heran, mengapa ada seorang perempuan di dalam toilet laki-laki.

Lisa tidak ambil pusing buru-buru memelototi mereka membuat mereka ketakutan sambil bergumam, "perempuan gila."

"Bantu aku." Lisa terpaksa membantu Jungkook. Membasuh wajah Jungkook dan menggosoknya agar tinta itu hilang.

"Ish, merepotkan," keluh Lisa.

Jungkook menatapnya tajam, "Hei, ini semua merepotkan karena kau. Kalau kau tak membalasnya pasti tadi baik-baik saja."

Mata Lisa membola, "Heh, baik dari mananya. Wajahku ada tintanya karena kau. Ya sudah aku balas," bela Lisa tidak mau kalah, dia salah diletak mananya coba?

"Tapikan aku hanya segaris tipis, kau sebesar gajah," bantah Jungkook masih tak terima.

"Apa, masih kurang besar. Ayo aku bisa membuatnya lagi," tantang Lisa yang tak mau disalahkan.

"Sudahlah." Jungkook mengacak surainya kasar, galak sekali Lisa. Jungkook kapok, kapok untuk mencoret wajahnya ya bukan kapok untuk menjahili Lisa.

Jungkook bukan Jungkook jika tidak menjahili Lisa.

"Ya sudah, aku minta maaf," sinis Lisa. Hatinya mulai merasa bersalah melihat bekas-bekas tinta di wajah Jungkook.

"Yang benar kalau mau minta maaf."

"Kau juga harus minta maaf ya," alih Lisa.

"Yang benar Lisa. Cepat minta maaf," tekan Jungkook.

"Ish, maaf."

"Li."

"Iya iya, Jeon Jungkook, aku Lalisa Jung yang cantik dan manis mau meminta maaf. Sama-sama."

"Cantik dan manis Hongkong." gumam Jungkook. Tangannya reflek menoyor kepala Lisa pelan.

"Yang penting sudah minta maaf, sekarang giliran kau."

Jungkook mengusap wajahnya dengan hoodie hitamnya. Dan menatap Lisa serius.

"Lalisa Jung, Jeon Jungkook yang tampan, manis, imut, lucu, kesayangan semua orang-"

"Berlebihan ya," potong Lisa.

"Ingin meminta maaf," lanjut Jungkook.

"Bodoh, Jungkook bodoh," ejek Lisa malas.

"Ayo kembali, kita sudah telat," ajak Lisa.

"Ini semua gara-gara kau ya."

Mulut Lisa hendak terbuka, ingin membalas ucapan Jungkook tetapi terpotong oleh teriakan.

"LALISA, JUNGKOOK! SEDANG APA KALIAN BERDUA!!"

Dengan gerakan patah-patah keduanya menegok ke sumber suara, suara yang mereka berdua sudah tidak asing sekali, saking tidak asingnya mereka hafal pemilik suara itu. Di ujung pintu sana, terdapat guru mereka yang sedang menatap mereka tajam dengan nafas yang menggebu-gebu.

Tamat sudah riwayat Lisa.

Jungkook juga.

...

"Kami tidak berbuat mesum, Miss," bantah Lisa tidak terima. Demi apapun, terkadang Lisa tidak habis pikir dengan pemikiran gurunya yang satu ini, tidak pernah punya sohib laki-laki kah?

Kedunya digiring ke ruang BK, dan Miss Patricia menuduh mereka berbuat mesum. Bagaimana tidak, mereka ditemukan berduaan di toilet khusus laki-laki.

"Miss salahkan Jungkook. Dia yang menarikku ke sana, Miss." Tangan Lisa mulai menunjuk-nujuk wajah Jungkook yang sama-sama kebingungan.

Jungkook melotot, "Tapi biang masalahnya Lisa, dia membuat wajahku kotor oleh tinta."

"Itu karena kau yang memulainya ya," pekik Lisa tidak terima disalahkan sepenuhnya.

"Tapi kau yang membalasnya berlebihan." Jungkook mulai menujukan wajahnya yang terdapat sisa-sisa bekas tinta.

"Itu semua salah kau."

"Kau."

"Kau!"

"Jungkook yang salah."

"Lisa."

"Jungkook."

"Lali-"

"DIAM!!"

Lisa dan Jungkook menciut seketika melihat Miss Patricia marah.

"Oke, Miss percaya. Tetapi kalian tetap salah karena kalian sudah membolos kelas."

"Ih, Jungkook gila," geram Lisa tertahan. Lisa buru-buru membisikan strategi rencananya ke telinga Jungkook. Keduanya asik berdiskusi dengan berbisik-bisik kecil.

Patricia yang melihatnya menggebrakkan penggarisnya ke meja. Jungkook dan Lisa menghentikan diskusinya dan mengangguk bersamaan.

"Miss, aku tahu Miss cantik. Baik lagi, berarti hukumannya tidak terlalu beratkan, aku korban Miss." Lisa melotot mendengarnya, kakinya menginjak sepatu Jungkook keras.

Patricia tersenyum manis mendengarnya. "Hukuman ini ringan, ringan sekali."

Lisa dan Jungkook terpekik senang. Jurus godaan Jungkook berhasil. Patricia tersenyum ambigu. Hatinya tertawa terbahak-bahak membayangkan hukuman yang sudah dia siapkan.

"Miss yang benar saja." Lisa memekik keras tidak terima.

Jadi yang dimaksud kecil itu, berlari di lapangan sambil berteriak 'Saya tidak akan membolos lagi'. Itu gila. Memalukan juga.

"Ayo cepat. Ini ringan bukan, tidak perlu lama-lama hanya 10 putaran?"

"Dimulai dari sekarang!" Patricia meniupkan peluit yang sudah dia siapkan entah dari mana dan kapan.

Jungkook dengan muka pasrahnya berlari sambil berteriak. Tidak mau menerima yang lebih parah lagi. Peduli setan dengan orang lain, semakin cepat dia menyelesaikan hukuman ini semakin cepat juga dia bisa kembali ke kelas.

"Ayo Lalisa. Fighting!" seru Patricia saat melihat Lisa hanya diam.

Lisa menatap bengis punggung Jungkook. Miss Patricia tersenyum manis kepadanya.

"Lalisa."

Lisa menggerang kecil dan mau tidak mau mulai berlari menyusul Jungkook yang jauh di sana sambil berteriak. Wajahnya dongkol sekali.

"Ayo Lalisa. Kata-katanya," teriak Patricia melihat Lisa hanya berlari.

"Wuhu, Lisa dan Jungkook." Beberapa orang mulai melihat Jungkook dan Lisa yang sedang di hukum, beruntung saat itu lapangannya kosong jadi tidak terlalu ramai.

Tanpa disangka semua teman sekelas Jungkook dan Lisa menonton mereka dari atas sambil meneriaki mereka.

"Ayo Lalisa," kata Patricia.

Lisa meringis malu, berkebalikan dengan Jungkook dan setia berlari sambil berteriak 'Saya tidak akan bolos lagi'. Lisa malah menutup setengah wajahnya malu karena banyak orang yang melihatnya.

"Jungkook, Lisa, semangat!" teriak salah satu temannya.

"Hei, kalian semua ingin dihukum juga. Ayo cepat masuk." Seketika sekumpulan anak-anak kelas Jungkook dan Lisa berlari masuk terbirit-birit ke dalam kelas.

"Lalisa. Kata-katanya," ucap Patricia lagi.

"JUNGKOOK GILA, JUNGKOOK GILA, JUNGKOOK GILA." teriak Lisa dengan keras, tidak mau kalah dengan suara teriakan Jungkook.

"Hei, aku tak gila."



-CLARITY-

to be continue

Continue Reading

You'll Also Like

308K 25.7K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
606K 60.6K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
123K 9.8K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
56K 5.9K 19
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG