Once In A Blue Moon [JAEYONG]✅

By gsilveryss

5.3K 789 95

FRIENDZONE Jaehyun dan Taeyong itu saling suka. Mereka sering bertukar pesan dan kadang kala memberi perhatia... More

Prolog
Halte
New!!!!!
Gerhana
The Story Never Ends

Di Ujung Pandang

728 140 21
By gsilveryss

Matahari bersinar terlalu terik. Menyengat kulit tanpa izin. Silau. Menusuk mata.

Keringat meluncur turun dari pelipis, menyusuri lekuk rahang pemuda rupawan di tengah hiruk pikuk lapangan yang sungguh luar biasa.

Napasnya panas dan tidak teratur, paru-parunya dipaksa mengambil dan menghembus nafas. Kedua tungkai kaki jenjang terus menopang berat tubuh, berlari menggiring bola sampai di depan garis lengkung three point. Point guard lawan menghadang tiba-tiba; memaksa Jaehyun berkelit melindungi bola sembari membuat kode pada temannya yang luar biasa peka—Johnny—power forward timnya itu mulai membuat gerakan aba-aba akan menangkap, Jaehyun dalam posisi pivot mengangguk.

Decit mengejutkan dari Jaehyun memecah konsentrasi point guard dan center lawan, karena Johnny bergerak seolah akan menerima bola, bersamaan dengan Jaehyun yang memantulkan bola di tangannya satu kali. Memanfaatkan konsentrasi lawan yang kini tertuju pada Johnny—yang sebenarnya hanya Jaehyun jadikan kambing hitam membuka jalan—Jaehyun bergerak lebih ke kanan menjauh dari jangkauan mereka, bersiap melakukan shooting dengan seorang power forward lawan berjaga satu meter di depan ring dan hadangan shooting guard lawan tepat di wajahnya tiba-tiba.

Set

Jaehyun melakukan pivot sekali lagi, dibarengi shooting guard lawan yang terkejut perebutan bolanya digagalkan Jaehyun. Lengah—membuat Jaehyun bebas menembak bola dan berbalik disertai wajah congkaknya. Itu bukan tembakan biasa, itu three point milik Jaehyun, sayang.

Peluit panjang mengudara, pertandingan set ketiga selesai, dan keadaan sementara dipegang tim sekolah Jaehyun dengan skor enam puluh tiga.

Dan dari riuh berpuluh-puluh suara,  hanya satu yang berhasil merebut atensi Jaehyun kini. Satu yang adalah pemuda pirang yang berada di barisan paling depan, yang mengepalkan kedua tangan dan bersorak kegirangan hingga kelopak matanya mengatup gemas.

Lee Taeyong

'Oh, Tuhan. Tolong Jaehyun, kenapa kakak kelasnya satu itu menggemaskan sekali?'

Kedua tim berjalan ke tepian mengambil nafas sejenak. Jaehyun merampas botol minum dari kawan di sebelahnya penuh paksaan dan menenggaknya rakus.

"Gah!" Jaehyun meminumnya terburu.

"Hei Jung! Ada titipan dari pacarmu," dan Jaehyun nyaris mati tersedak mendengar kalimat dadakan barusan, fyi tidak ada Jung lain di timnya saat ini.

'Apa-apaan, aku tidak punya pacar, dasar bodoh!' Jaehyun ingin berkata demikian, tetapi angannya itu harus ia telan bulat-bulat karena lawan bicaranya adalah manager tim basket sekolah yang mulutnya luar biasa nyelekit, Ahn Sora.

Manager Ahn melengos sedikit, "Yah katakan pada Lee Taeyong untuk jadi pacarmu sana. Ini, aku tidak tau kenapa kau masih mau-maunya mengejar manusia pemberi harapan palsu sepertinya, tapi mungkin karena ini," Sora melirik sedikit ke kantong plastik di tangannya sebelum menyerahkannya kepada Jaehyun.

"Karena apa?" Jaehyun mendadak bodoh.

"Karena dia begitu baik padamu. Kuharap kau tidak akan menyesal mengejarnya jika dia tidak berakhir menjadi milikmu Jaehyun," Jaehyun tersenyum miris menatap kantong plastik di tangannya.

Mengingat itu, membuat semangat Jaehyun menurun. Ugh, apa kabar dengan babak selanjutnya nanti?

Padahal, tadi Jaehyun sudah menetapkan bahwa semangatnya telah mencapai ubun-ubun hanya karena melihat kakak kelasnya yang luar biasa menarik itu bersorak kegirangan untuk shoot sombong terakhirnya di quarter ketiga, ditambah dengan kantong plastik ini beserta isinya. Tapi sayang sekali,  Ahn Sora yang luar biasa nyelekit, malah mencetuskan kalimat penghancur perasaannya langsung.

"Ahah, ya, aku mengerti manager."

Jaehyun memang harus mengerti. Namun untuk saat ini, Jaehyun tidak perlu menghadapi kekecewaan terlebih dahulu untuk mencapai kemenangan. Jaehyun meremat kantong plastik digenggaman, erat.

.

Ping!

Ping!

.

"Jae, pons-," Sora menggeleng maklum melihat Jaehyun sudah terlebih dahulu menyambar ponselnya.

.

.

Yongyongie<3
Jaehyunnie, aku menitipkan sesuatu pada managermu, apa sudah kau terima?

Yongyongie<3
Dan Semoga kalian menang! Semangat Jaehyunnie!😆✊

.

.

Jaehyun yang merasa penasaran akan isi dari kantung plastik digenggaman mulai membuka simpul tali sederhananya, kemudian menjumpai dua batang coklat besar, dua kotak susu vanilla, dan dua botol minuman isotonik.

Tipikal.

Tipikal kakak kelasnya sekali, susu dan sebatang coklat mana nikmat disantap pada istirahat pertandingan? Lucu sekali kakak kelasnya itu.

Diam-diam Jaehyun bertekad menghabiskannya, tapi setelah pertandingan. Barangkali dia kelaparan dan yang manis-manis bisa mengganjal perutnya.

Senyumnya mengembang, terbingkai apik di wajah rupawannya. Harinya menyenangkan ternyata.

Karena pesan Lee Taeyong yang manis. Dengan jantung Jung Jaehyun berdebar dinamis. Ditambah sebatang coklat sebagai pemanis. Menambal hati yang sempat teriris. Asik, akhirnya Jaehyun puitis.

Sepertinya Jaehyun memang tidak perlu menaruh khawatir dengan perasaannya pada si manusia cantik. Semoga si pujaan hati tidak lepas dari genggaman.

Jaehyun juga tidak perlu tahu, bahwa kakak kelasnya itu menatap dari jarak beberapa meter. Dalam diam, Taeyong tersenyum senang. Hatinya sudah berbunga sedari melihat Jaehyun meski puncak kepalanya saja.

Sama-sama bersemi rasanya, kenapa pula memilih hanya mendamba? Dasar anak muda

.

.

.

.

Pertandingan quarter terakhir telah berlangsung delapan menit, Taeyong masih setia memandang Jaehyun yang menggiring bola dan mencetak skor tanpa duga melalui mata indah bulatnya. Terpancar rasa antusias dari maniknya yang menangkap setiap gerak sang pujaan, menginginkan adik kelasnya itu tuk terus dalam jangkauan. Pandangan Taeyong melembut, menatap cengiran Jaehyun yang teramat bahagia di tengah ratusan sorot pasang mata disana.

Namun—

"Kitty-chan!!!" Taeyong reflek menoleh, melihat seorang gadis kucir satu yang lebih tinggi darinya berhenti dan menarik nafas rakus di hadapannya.

"A—ada apa Mayu-noona?" Tanya Taeyong khawatir, sifat penuh kasih tidak bisa tanggal dari dirinya terhadap siapapun. Ugh, manis sekali bukan?

Mayu mendongak, "G—giliranmu tampil! Dua puluh menit lagi!"

Lantas manik bulat Taeyong membelalak, dan mereka berdua berlari menuju aula secepatnya.

.

.

.

.

Di ujung pandang Jaehyun, sudut matanya menangkap siluet Taeyong yang sedari tadi menarik atensinya berlari menjauh. Pikirannya mendadak melayang-layang, terbagi-bagi, dan lupa.

Jaehyun lupa akan bola yang digiringnya, lupa akan teman-teman yang mendengus kecewa dengan tembakan terakhir yang harusnya bisa didapatkan dan peluit wasit kembali mengudara setelahnya.

Menang telak kok.

Meski tidak mendapat poinnya yang ke delapan puluh tiga, toh mereka sudah menang, tidak ada alasan teman-temannya untuk memarahi Jaehyun.

Jaehyun ingat kompetisi tari yang dibicarakan Taeyong malam lalu dan juga tekadnya untuk menjadi orang yang menyaksikan penampilan sang pujaan di barisan paling depan.

"Pokoknya itu harus terlaksana! Tidak peduli bagaimanapun caranya!" serunya pada diri sendiri.

Jaehyun tersadar dari lamunan ketika mendapati pukulan pelan di bahu, ia mengedarkan pandang, kemudian mendapati dirinya diberi perhatian penuh dari ratusan pasang mata.

"Aku benci kau Jung! Kau dan sekolahmu! Bagaimana bisa kalian selalu menang?" pria yang menepuk bahu Jaehyun mengusap air mata dengan kasar.

"Tapi kalian berhak mendapatkan itu, selamat Ace!" setelah mendengus, pria itu berbalik meninggalkannya.

Kalimat yang keluar dari bibir orang itu sarat akan kekaguman. Jaehyun tahu; mengerti dengan baik bagaimana rasanya kalah telak dan jatuh—dulu—dulu sekali.

Lalu kedua tim melakukan salam damai, Jaehyun tersenyum sembari menerima gelang MVP dan mengangkat piala kemenangan tinggi-tinggi, mengabadikan momen dan berterimakasih kepada semuanya, melakukan high five dengan kawan seperjuangan, kemudian melarikan diri, alih-alih menerima puluhan ajakan foto bersama yang ditujukan padanya, ia memilih pergi karena tidak ingin ditahan lebih dari itu— demi kakak kelasnya yang cantik.

.

.

"Hufft.... Hufft...." Taeyong meniup-niup telapak tangannya, mencoba melupakan gugup yang dirasa.

Tubuhnya sudah dibalut pakaian putih dan celana bahan hitam, wajahnya dibubuhi riasan tipis ditambah helai pirang lembutnya yang membuat kesan indah pada dirinya melekat makin kuat.


"Kitty-chan?!" yang terpanggil tidak bisa menolak untuk terlonjak dari tempat duduk. Mayu mendekat mencubiti pipi Taeyong.

"A—aduh. Cukup noona, nanti jadi tidak karuan. Aw!" Taeyong tak kuasa mengelak, ia lemas menghadapi detak jantungnya yang tak kunjung membiasakan situasi.

"Eeehhh...," erangan kecewa terlontar—ingat jika penampilan juga termasuk dalam penilaian—Mayu menghentikan aksinya. Taeyong meringis kesakitan, dan merasa lega.

"Demi Tuhan! Sweetie, kau cantik sekali! Aku yakin bahkan si juri itu tidak akan berpaling dari wajah dan penampilanmu!" Taeyong tersenyum canggung, malu dipuji begitu, selebihnya karena Mayu bersuara terlalu lantang.

Taeyong membalas lirih, "Terimakasih, Mayu-noona."

"Uh'huh! Ah iya! Tadi aku lihat si tampan berlarian kemari, sekarang ia di depan backstage, apa ia mencarimu?"

Mengetahui maksud dari apa yang dikatakan Mayu membuat Taeyong mengernyit kecil, untuk apa Jaehyun mencarinya?

"Emmm.... Kami tidak ada janji bertemu kok?" Mayu yang mendengarnya jadi gemas sendiri, kenapa adik kelas lucunya ini tidak coba menemui pangerannya saja? Hhh.

"Aku tidak perduli! Sana hampiri dia! Tidak mungkin kan dia kemari selain untukmu?"

Memang benar. Kalau diingat-ingat, Jaehyun tidak ada kenalan selain Taeyong dari peserta-peserta tari lain di sini, tapi apa yang ia tau tentang Jaehyun?

Tanpa sadar, senyum miris terlukis di wajah si cantik. Mayu melihatnya—meski tak tega—tapi Mayu tidak mau tahu! Pokoknya manusia indah ini harus menemui pangerannya dulu, kalau-kalau saja hal itu dapat menutupi kegugupan Taeyong dengan perasaan baru, betul?

Taeyong pasrah dengan dorongan di kedua bahunya, ia mengikhlaskan diri diarahkan ke depan backstage untuk bersua dengan sang pujaan. Lagi pula dia akan tampil sepuluh menit lagi, masih ada waktu untuk berbunga dan menemui Jaehyun.

.

.

.

.

.

Namun yang terjadi adalah sebaliknya.

Taeyong tidak pernah menarik dan menyesal akan pilihan yang ia buat. Termasuk menjadikan Jung Jaehyun sebagai tambatan hati kisah cinta dimasa sekolah menengah atasnya yang tidak terlalu bahagia. Ia tidak pernah berusaha membuang rasa cinta kasih yang dilayangkan untuk sang pangeran. Setidaknya, sebelum sampai saat ini tiba—

Maka Taeyong menyesali keputusannya untuk memasrahkan diri pada arahan Mayu untuk kemari. Manusia lupa kelamin itu meninggalkannya setelah sampai di depan tirai backstage—yang Taeyong remat ujungnya—mengira ia akan bersenang hati jika diberi waktu berdua bersama sang pangeran.

Karena salah.

—Jaehyun berdiri di bawah pohon maple besar yang menaunginya, luar biasa tampan seperti Jaehyun selaiknya. Taeyong yang melihat eksistensi menawan itu tentu senang, si permata cantik ini rela berpanas ria melihat dan menunggui Jaehyun demi mengisi butuhnya akan sosok itu disetiap hembus napas dan kedip matanya—meski harus terhalang jarak—kapanpun itu.

Karena berbeda.

—dihadapan sang pangeran ada seorang putri berbalut gaun putih, menunduk malu-malu, dengan pipi yang bersemu, cantik. Taeyong akui itu.

Mematung, lantas memaksa Taeyong tuk terpekur dalam pikirnya bersama hati penuh lara di depan backstage dibarengi cengkraman lemah pada tirai yang terlepas—tirai telah tertutup.

Taeyong harusnya tau, dia bukan siapa-siapa. Harusnya dia sadar, harusnya.

"Haha," kekehan parau meluncur dari bibirnya, ada gelenyar sakit dari dada yang terseru melalui tawa.

"Erhh, ada apa denganku sebenarnya...," jemari Taeyong meraih ujung kemeja putihnya yang indah, memilinnya. Ada selaput tipis di manik memikat itu dan bersiap untuk jatuh, tapi seolah mengerti bahwa ikhlas tak diberi, maka genangan tidak jadi menganak sungai.

Taeyong mengerti.

Taeyong mengerti sekarang. Ia tak ayalnya hanya satu dari sekian orang yang menunggu atensi seorang Jung Jaehyun, yang mengantre sayangnya, yang mengemis cintanya, dan mendamba sosoknya.

Maka, sebenarnya Taeyong tidaklah lebih dari orang yang berhasil merebut secebis tatap dari Jaehyun. Tidak lebih.

Karena satu yang harus Taeyong ingat dan pikir lamat-lamat. Pangeran akan bersama seorang putri, kan?

"Kitty! Apa kalian sudah selesai? staf sudah memintamu ber—" kalimat yang terputus itu diiringi keterkejutan. Si cantik yang harusnya bergembira, bersenang hati bersama sang pujaan, malah berakhir bersama kemungkinan terburuk yang tidak pernah dia duga, yaitu—menyedihkan.

Air mata menggantung di pelupuk manik jelaga, menolak ingat akan larangan menganak sungai, namun akhirnya luruh setelah berpuluh kali menyeru tuk bebas.

"Ada apa, Mayu-noona?" Taeyong menoleh ke arah seniornya, senyum sakit menyambangi wajah indahnya. Ia berkedip bingung, total tidak mengerti lagi akan angkara yang bercokol dalam dada, mengundang raut khawatir Mayu yang buru-buru menarik Taeyong ke pelukan lalu mengiringnya memasuki backstage.

.

"Mayu-noona, dia tidak kemari untukku...."

Kalimat menyedihkan terakhir yang meluncur indah dari bibir merekah Taeyong dengan manik penuh air mata sebelum menuju stage.

.

.

.

.

.

Taeyong mengakhiri penampilannya. Hening meliputi sementara para penyaksi masih tertegun terhadap keindahan performa penuh kasih dan haru barusan. Taeyong menyatu bersama sosok indah Agape dalam instrumen pengiringnya, Agape bersemayam dalam Taeyong, terpadu dengan baik dan memaksa beratus pasang iris memuja untuknya—cantik, cantik, cantik—tidak bisa berhenti.

Keheningan dipecah bersama decak kagum serta tepuk riuh para penyaksi. Juri-juri berdiri menyeru namanya penuh dukung. Taeyong mengembangkan senyum termanis yang ia miliki, menyembunyikan gurat sendu di pahatan wajahnya yang indah.

.

Disamping itu semua, Jaehyun tersenyum bangga memperlihatkan lesung pipi yang menawan, ketika menyaksikan sang pujaan hati yang bersinar cantik di tengah ratusan tatap. 

Ia berdiri paling depan, tidak perduli menghalangi berpuluh pasang mata di belakang, karena Jaehyun tidak punya cukup waktu untuk mencari tempat duduk, sebab setelah ia berlari menghindari kawanannya, Jaehyun langsung kemari untuk menemui Taeyong di backstage, ia sudah mengiriminya pesan sebelumnya, tapi sepertinya si cantik belum sempat membacanya. Jaehyun hanya dapat memaklumi itu, karena ia yakin betul kalau kakak kelasnya itu terlalu sibuk bersiap dan menenangkan diri untuk tampil—tidak apa buatnya meski tidak berhasil memberi semangat secara langsung pada sang pujaan.

Namun yang tidak terduga, ketika Jaehyun menunggu dan berharap Taeyong menghampirinya, seorang perempuan datang untuk mengemis cinta padanya. Yang demi apapun! Jaehyun tidak sudi membalas perasaannya, sebab hatinya sudah menemukan pusatnya dan tinggal menunggu untuk diresmikan. Maka, saat itu Jaehyun hanya mengabaikannya—meski sebelumnya ia tercekat, diam tidak tau harus menjawab bagaimana—dan ia berlari menuju ke depan panggung ketika nama sang pujaan sampai ke telinganya berkat pengeras suara yang berdengung-dengung berisik.

Tatap

Jaehyun memperlihatkan lekungan menawan di kedua pipinya untuk kedua kalinya ketika Taeyong balas menatap padanya. Namun, senyum indah yang melekat di bibir merekah si cantik luntur. Jaehyun berkedip, total tidak mengerti melihat Taeyong meninggalkan stage tanpa ekspresi di wajahnya.

Rasa tercubit di jantung yang berdetak itu tak terelakkan, terdiam merunduk penuh sesak. Sedangkan masing-masing hanya dapat berbisik dalam hati meski miris dirasa. Tak ayal mereka dipaksa sadar akan status bukan siapa-siapa yang disandang.

.

.

.

Hatiku berusaha mengikhlaskan

Namun, setengahku

Menjerit tak terima

Menginginkanmu

.

.

.

.

.

.

Vommentnya kawan:)

Continue Reading

You'll Also Like

156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
116K 18.4K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
29.3K 3.9K 5
Judul Baru dari ff ' I need you in My Bed ' JaeYong
96.2K 8.1K 22
ENDING Kisah Taeyong dan Jaehyun yang terpisah akhirnya bertemu kembali Namun harus terpisah lagi karena hubungan dan dendam. Merelakan Taeyong deng...