Naga, Jangan Bucin!
❖Bab 21❖
a novel by andhyrama
www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama// Shopee: Andhyrama
Instagram Naga: @nagaputramahendra
Kita boleh nggak terima sama cara orang ngelakuin sesuatu. Tapi ingat! Kita nggak boleh tuli sama alasan dia melakukan itu. Segala sesuatu ada alasannya.
Nama: Naga Putra Mahendra
Hal yang dilakukan: Ngebucin Kak Gadis
Cara melakukannya: Ngehalu dan stalking.
Apakah diterima? Boro-boro!
(。♥‿♥。)
Pre-Question
Absen dulu! Apa yang akan kalian rindukan dari tahun 2019 ini?
Hal apa yang sudah kalian lakukan di tahun 2019 ini?
Sedih, nggak tahu fakta kita bukan cuma pindah tahun tapi pindah dekade juga dari 10s ke 20s?
Komen hadir di tim kalian ya!
#BucinnyaNaga
#RakyatnyaBima
Bonus: #YayangnyaGema
Just random questions before you read the story!
1. #TimSetitikDebuLangsungBersihin vs #TimBeresinKalauUdahKotor
2. #TimBisaTidurDiManaAja vs #TimPilihPilihTempat
3. #TimTegurTemenLangsung vs #TimNggakEnakan
4. #TimUpdateStoriTerus vs #TimLebihSukaLiatinAja
5. #TimGalauMakan vs #TimGalauTidur
6. #TimBacaCeritaSatuSatu vs #TimBacaGantiGantian
7.Dari skala 0-100, seberapa unyu si Naga?!
8. Misal Naga tamat nih, kalian ada niatan untuk baca karya-karyaku selanjutnya nggak sih?
Karya yang kayak gimana?
Yang tokoh-tokohnya ada dari cerita Naga?
Sekuelnya Naga?
Ceritanya Bang Andhy, yang mana aja deh pokoknya?
9. Sejauh ini, ada yang udah baca ceritaku selain Naga? Kalau ada, apa aja itu?
Note: Kalau cerita ini sukses, kemungkinan aku bakal buat cerita lain yang ada hubungannya sama cerita ini. So, support terus, ya!
Happy reading, don't forget to vote , comment, and share!
(。♥‿♥。)
Gue saat menghadari acara Award.
Pemenang Penghargaan Cowok Bucin Paling Gans se-Dunia!
Naga Putra ...
Kurniawan.
Lho Kok bukan gue?!
(。♥‿♥。)
"Kapten!"
"Petro?"
"Ayo ke lapangan!"
Petro menarikku saat aku sedang berjalan ke gerbang untuk pulang. Aku tidak bisa menolak walau tentu saja aku sangat khawatir. Aku belum berkumpul dengan anak-anak klub sepak bola sejak kemunculan Bima. Apa yang harus aku lakukan?
"Itu ada anak-anak alumni futsal sama sepak bola pada main bareng, ikut aja Kapten!"
"Naga! Ikut main ayo!" seru seseorang yang ada di lapangan.
"Bang Rangga?"
"Ayo sini!" Bang Rangga memberi isyarat dengan tangannya agar aku mendekat.
Aku menggeleng, mencoba mencari alasan. "Gue nggak bawa baju ganti, Bang."
"Woy! Ayo main!" Dari belakang, muncul Erza yang menepuk pelan pundakku.
"Kalian aja," jawabku canggung.
Erza memperhatikanku, dia terlihat bingung. Lalu, dengan wajah penasaran dia menyentuh pipiku. "Kok balik lagi kayak yang dulu ya? Kayak squishy. Kemarin-kemarin udah lebih kencang," ujarnya.
Aku mengalihkan tangannya yang masih menyentul-nyentul pipiku. "Apaan dah! Sana main! Kapten mah nonton aja!" kataku.
"Oke, masih songong seperti biasa," jawab Erza yang kemudian berlari ke lapangan bergabung dengan yang lain.
Saat itu, Bang Rangga mendekatiku yang berada di pinggir lapangan. Dia tersenyum manis dan kemudian menepuk pundakku. "Gimana, udah dipraktekkan belum?"
"Udah kok, Bang," kataku.
"Walau nggak seganteng gue, lo tetep penerus generasi cogan Nuski, makanya lo kudu bisa taklukin gebetan lo!" Bang Rangga memberikan semangat. "Gue yakin lo bisa!"
Aku mengangguk. "Rasanya pas udah pacaran gimana sih Bang?"
Bang Rangga menampilkan ekspresi what, ucul! seperti tidak percaya aku menanyakan hal seperti itu. "Kok lo polos-polos pengin gue poles sih, Ga!"
"Soalnya terakhir pacaran pas SD, dulu paling kencannya mandi bareng, Bang."
"Anjay!"
"Mandi bola maksudnya."
Bang Rangga tertawa, terus dia seperti memandang langit di sore hari berwarna biru sebiru hatiku. "Pas gue pacaran sama Iyis, rasanya... kayak dunia gue udah dikuasai sama dia. Nggak ada waktu buat nggak mikirin dia, wajahnya, senyumnya, tingkahnya. Perasaan yang gimana ya jelasinnya," ungkapnya yang gemas sendiri. Dia kemudian memandangku. "Nggak ada yang lebih nikmat dari jatuh cinta. Oh, Iyis. Di mana jodohku itu?"
Aku mengangguk-angguk. "Oh gitu. Cara Abang nembaknya gimana?"
Bang Rangga kemudian bercerita soal objek bucin-nya itu. Soal kembang api dan taruhan kecil yang akhirnya membuatnya berhasil mendapatkan sang pujaan hati. Mendengarnya bercerita seperti itu membuatku tersenyum sendiri. "Lo serius udah mau nembak dia?"
"Be-belum kepikiran gimana caranya."
"Spontan aja," bisiknya. "Saat kesempatan memihak lo."
Saat kesempatan memihakku? "Kapan itu?"
"Saat lo punya kartu kesempatan lah!"
"Bukan dana umum ya, Bang?"
"Lo kira monopoli. Gue tampol nih! Esmosi banget ngomong sama Buntut Cancorang ini!" ujar Bang Rangga yang seperti kesal denganku. Akan tetapi, kami berdua kemudian tertawa bersama.
(。♥‿♥。)
"Sekarang, Pangeran yang keluar lewat belakang, ya. Soalnya gue mau bawa mobil lewat depan," suruhku pada Bima saat dia juga ingin pergi malam-malam. Ke mana sih dia?
"Aku mau naik motor!" Bima kesal.
"Nggak bisa! Malam ini gue ada acara. Pangeran pakai taksi atau ojek online aja sih."
Bima menatapku dengan pandangan yang cukup emosi.
"Beli motor aja sekarang! Sekali pakai, langsung buang abis itu," saranku. "Harga motor bagi pangeran kan kayak sebiji permen ya."
"Sebutir garam," koreksi Bima malah lebih mengesalkan.
"Ya udah, Pangeran keluar dulu lewat belakang. Pakai nih!" Aku memberikan kacamata dan topi. "Dateng lagi lewat depan, ya! Pura-pura jadi teman gue yang mau pinjem motor."
Dia masih kesal.
Naga, ayo peka! Oh ya, aku tahu! "Sama helmnya."
"Oke."
Akhirnya, rencana peminjaman motor itu berhasil. Tidak ada yang curiga sejauh ini. Sebenarnya, ke mana sih Bima akan pergi? Sekarang, dia jadi aneh. Sering chating, sering senyum-senyum sendiri, terus keluyuran terus.
Bodo amat dengan Bima, ini saatnya siap-siap untuk kencan dengan Kak Gadis. Aku memakai kaus merek Dior, jas merek Dolce & Gabbada, celana jeans merek Gucci, dan sepatu kulit brand Alexander McQueen. Semoga Kak Gadis tidak menanyakan berapa harga outfit-ku. Karena aku akan kebingungan menjumlahkannya.
Sebenarnya, kesukaanku pada fancy things karena Paman Beni sering membelikanku barang-barang mewah ini. Dia bilang, kalau perusahaan Ayah yang sedang dia kembangkan nantinya akan menjadi milikku dan aku disuruh untuk belajar bisnis. Dia memberikanku buku-buku tentang bisnis dan teknik pemasaran tetapi juga menyelipkan barang-barang bermerek sebagai sogokan agar aku mau membacanya. Sayangnya, aku hanya mengambil barang-barang itu dan memberikan buku-bukunya pada Gema.
Kurasa, Gema yang akan lebih baik memimpin perusahaan Ayah nantinya. Tidak melulu anak tertua harus mendapatkan segalanya, kan? Sebelumnya, aku memang sudah pernah menanyakan pada Ayah tentang keuanganku yang terpaut terlalu jauh dari Gema dan Gemi. Dia bilang, itu untuk latihan agar aku tidak kaget saat mengatur uang triliunan rupiah jika sudah memangku perusahaan. Sejauh ini, aku cukup baik mengaturnya. Setidaknya, pengeluaranku selalu lebih kecil dari pendapatan.
"Wah, Ibu masak kepiting? Kelihatannya enak," tanyaku saat ke dapur.
"Sini bantu Ibu!" kata dia yang belum menoleh ke arahku.
"Bu, aku mau pergi dulu, ya," ujarku yang akhirnya membuatnya menoleh.
Dia menatapku dari dari ujung kaki hingga ujung rambut. "Abang mau ke mana?" tanyanya.
"Mau makan malam sama orang yang istimewa, Bu," jawabku.
Dia tersenyum. "Sama cewek nih pasti," duganya.
Aku hanya tertawa.
"Nanti kenalin ke Ibu, ya!"
"Abis menang turnamen, Bu! Pasti aku kenalin, lagian belum jadi pacar juga," ujarku. Aku saja masih canggung dan gugup di depan Kak Gadis, kenapa sudah sampai berpikir untuk mengenalkannya ke orang tua? Halu sedikit boleh lah, ya.
"Ibu yakin, Abang bisa," kata dia. "Sana, jangan telat. Cewek lebih suka cowok yang selalu on time!"
"Siap, Bu! Doakan ya!"
Dia mengangguk, lalu aku menyalaminya.
(。♥‿♥。)
[Dream visual Bang Albi] [Not Official]
[Tolong jangan ada yang nge-ship Bang Rangga sama Bang Albi!]
Bang Albi: Semua sudah siap!
Naga: Siap meluncur, Bang!
Sekarang, aku sedang menunggu Kak Gadis di depan rumahnya. Tanganku sampai basah oleh keringat saking gugupnya. Aku sampai mengecek cermin berkali-kali untuk cek taraf kegantengan yang sudah tidak bisa diukur ini, lalu mencium aroma tubuhku yang memang selalu wangi, dan bau di dalam mobil ini untuk berjaga-jaga jika ada aroma kebucinan yang bisa terendus Kak Gadis. Merogoh saku jas, barang itu masih ada di sana. Naga, stay cool!
Pintu rumah Kak Gadis dibuka. Lalu, keluarlah bidadari surga yang tanpa sadar membuat mulutku terbuka. Kak Gadis dengan gaun simpel berwarna putih itu tampil begitu anggun dengan rambut yang terurai. Saat matanya menemukanku, aku buru-buru menutup mulut dan tersenyum. Jantungku berdebaran tak karuan. Ingat bucin santuy, ingat!
Apa yang harus kulakukan, ya? Oh ya, keluar kocak! Dengan segera, aku membuka pintu dan ingin keluar. Duh kok susah, aku terjerat! Ternyata, aku lupa melepaskan sabuk pengaman. Suara tawa kecil terdengar. Kak Gadis melihat itu. Aduh malu banget!
"Ma-malam, Kak," sapaku saat ada di depannya. "Ka-kakak kelihatan cantik."
Kak Gadis masih tertawa karena insiden memalukan yang kualami tadi. "Memangnya biasanya, enggak ya?"
"Mak-maksudnya ini lebih-lebih Kak, gue soalnya nggak tahu lagi kata selain cantik untuk jelasinnya," jawabku sembari menggaruk-garuk bagian belakang kepalaku karena malu dan gugup.
"Santai Naga, gue nggak serius. Gue juga suka selera fashion lo, perpaduan formal dan santai," pujinya. "Cocok."
"Ganteng berarti ya, Kak?" Aku masih mencoba menerapkan tips dari Bang Rangga untuk selalu pede.
"Nggak ada yang bisa bilang lo jelek kok kalau kayak gini," jawabnya.
Aku yakin, pipiku sudah memerah. Ganti topik, Naga! "Ka-kakak mau duduk di belakang apa di depan, samping gue?" Belakang saja, kalau samping ntar aku tidak fokus menyetir!
"Samping lo aja," jawabnya.
Ya Tuhan! "Nabrak-nabrak dikit nggak apa-apa, Kak? Soalnya takut nggak fokus kalau Kakak di samping."
Dia tertawa. Duh padahal itu bukan bercandaan. Itu serius Kak! "Udah muji-mujinya, ayo berangkat!" kata dia. Aku pun langsung membukakan pintu untuknya. Dia segera masuk dan duduk dengan anggun.
Naga tenang. Malam ini adalah malam yang kamu tunggu. Jangan gugup, jangan malu-maluin. Ayo berangkat! Kebucinan butuh segera dilampiaskan!
(。♥‿♥。)
Tekan tombol ★ kalau kamu suka part ini!
Jangan lupa jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, ya!
Question Time
1. Apa pendapat kalian tentang bab ini?
2. Bagian paling kalian suka di bab ini?
3. Siapa sosok Abang yang paling oke jadi abangnya Naga?
Bang Agum
Bang Albi
Bang Rangga
4. Kalian lama-lama kesel nggak sih sama Naga yang suka pamer merek? Atau itu malah jadi karakter dia yang unik dan jangan diilangin?
5. Menurut kalian, makan malam Naga dan Gadis akan berakhir seperti apa?
6. Kalau udah gede, Naga atau Gema yang harusnya jadi CEO di perusahaan ayahnya? Atau ada yang dukung emansipasi perempuan, Gemi sebagai CEO?
7. Di Bab 22, bakakan full moment buat #NaGadis?! Mana yang nggak sabar?!
Yang nggak sabar buat baca Bab 22, komen: Naga, aku nggak siap potek!
Mana tim kalian?
#BucinnyaNaga vs #RakyatnyaBima
#NaGadis vs #BiMaya
Sampai jumpa di hari Jumat pukul 16:00 WIB!
(。♥‿♥。)
Bonus: #RanggAlbi
Dibilang jangan ada yang nge-ship, woy! Bahaya!
Note: Maaf InnayahPutri anak lo gue nistain! :'D
(。♥‿♥。)
Jangan lupa untuk follow:
@andhyrama
@andhyrama.shop
Akun role player:
@nagaputramahendra
@bimaangkasarajo
@gemaputramahendra
@gadisisme
@mayapurnamawarni
@gemiputrimahendra
@agumtenggara
di Instagram!
(。♥‿♥。)
GRUP CHAT!
Pembukaan GC #RakyatBucin
Syarat: Follow IG: @andhyrama dan @nagaputramahendra
Follow Wattpad: @andhyrama
Link: Di bio Instagram @nagaputramahendra atau @bimaangkasarajo
Note: Yang sudah masuk di grup #BucinnyaNaga dan #RakyatnyaBima tidak diizinkan masuk ke #RakyatBucin, beri kesempatan yang lain untuk gabung di grup, ya!