My Perfect Luna (COMPLETE)

By fatifides2_

1.1M 66.5K 1K

Devanio Alexandro, putra mahkota dari Bluemon pack. Calon Alpha dari pack terbesar dan terkuat dari wilayah t... More

MPL-1
MPL-2
MPL-3
MPL-4
MPL-5
MPL-6
MPL-7
MPL-8
MPL-9
MPL-10
MPL-11
MPL-12
MPL-13
MPL-14
MPL-15
MPL-17
MPL-18
MPL-19
MPL-20
MPL-21
MPL-22
MPL-23
MPL-24
MPL-25
MPL-26
MPL-27
MPL-28
MPL-29
MPL-30
MPL-31
MPL-32
MPL-33
MPL-34
MPL-35
MPL-36
MPL-37
MPL-38
MPL-39
MPL-40
MPL-41
MPL-42
Cerita Baru

MPL-16

23.5K 1.3K 10
By fatifides2_

Nesya POV

Pertemuan Alpha tahunan akan dilaksanakan. Kali ini yang menjadi tuan rumah adalah di pack yang aku tempati saat ini, Red Moon Pack. Segala persiapan telah dilaksanakan di pack hous dan hari inilah acaranya.

Prang..

"Kau! Selalu saja tak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Bisanya hanya membuat masalah," geram kepala Maid kepadaku.

"Aku tadi tersandung, maaf," ucapku membela diri.

"Makanya kalau jalan tuh pakai mata! Punya mata kan?" hardik Lesta, salah satu maid yang sering menggangguku.

Tak tau harus meresopn apa aku hanya diam, menundukkan kepala dan menahan air mata yang ingin keluar.

Aku berbalik arah, berniat untuk keluar dari sana. "Dasar gadis tak berguna, siapa yang akan menginginkan kehadirannya?"

"Bahkan aku yakin bahwa Matenya pasti akan merejectnya. Memangnya bisa apa dia, bisanya hanya merepotkan," timpal Rika yang masih dapat kudengar.

Apa yang dikatakan mereka itu benar? Bahwa Mateku tidak menginginkanku dan akan merejectku? Tidak! Semua itu tidak boleh terjadi. Membayangkannya saja itu semua sudah mengerikan. Lebih baik aku tidak bertemu dengannya daripada mendengar ia merejectku.

"Hai kau!" Seseorang memanggilku dari belakang akupun berbalik melihat orang tersebut.

"Ikut aku menyambut para pemimpin pack yang akan hadir." Tanganku ditarik oleh salah satu maid yang tak kukenali namanya. Ia membawaku di pintu masuk pack hous yang sudah ada beberapa Warior dan beberapa Maid.

"Tugas kita hanya berdiri disini dengan tenang, menunggu semua pemimpin-pemimpin pack berdatangan," jelas Maid menarikku tadi.

Para tamu, pemimpi dari berbagai pack sudah berdatangan. Tinggal beberapa saja yang masih kami tunggu. Pekerjaan ini membuatku bosan hingga aroma kayu manis dan maskulin mencuri perhatianku .

"Mate.. mate..!" Susah payah aku menelan ludah setelah mendengar teriakan Eliska di pikiranku.

"Eliska, tenanglah! Kau membuat kepalaku pusing," ujarku menenengkannya.

"Tapi Mate kita ada di depan sana Nesya." Pandanganku beralih ke depan sana, ada beberapa orang. Mereka adalah para pemimpin dari Blue Moon Pack dan Black Moon Pack.

Deg! Ia menatapku. Salah satu dari mereka menatapku. Apakah ia merupakan Mateku?

Aku menutuskan kontak mataku dengannya sepihak dan langsung berlari dari ruangan itu tanpa memikirkan hukuman apa yang akan aku terima.

"Apa kau tidak mau bertemu dengannya?" tanya Eliska lirih.

"Mungkin," jawabku tak yakin.

"Apa kau lupa Nesya? Dulu kau dan aku berdoa agar cepat bertemu dengan Mate kita. Berharap dia bisa membawa kita pergi dari sini. Memberikan kehidupan yang lebih baik kepada kita. Apakah semua itu hanya akan menjadi harapan Nes?" guman Eliska di dalam sana dengan perasaan kecewa.

Tak terasa aku sudah samapi di taman yang berada di belakang pack house. Sengaja aku datang kemari untuk menenangkan pikairanku dan beristirahat sejenak.

Merasa cukup lama beristirahat aku kembali ke dapur, melihat apakah ada pekerjaan yang bisa dilakukan.

"Nasya!" Sesampainya di sapur aku langsung di sambut oleh teriakan kepala maid. "Dari mana saja kau? Banyak pekerjaan di sini dan kau menghilang entah kemana."

"Baiklah. Sekarang kau bawa ini ke ruang rapat." Kepala Maid memberiku benerapa piring untuk di bawa ke ruang rapat. Tunggu ruang rapat. Oh tidak!

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat bawa ke sana!" Mau tak mau aku harus membawa semua ini ke sana. Tapi bagaimana caranya agar aku kesana tanpa ketahuan oleh Mateku. Hah.. sudah lah akan kupikirkan nanti.

Sepanjang perjalanan menuju ruang rapat, otakku terus berputar memeikirkan cara yang tepat. Namun,  tak ada satupun yang terlintas. Sudah lah aku pasrah.

"Cristi!" seruku melihat Cristi mendekat. "Mau kemana kamu?"

"Mau memetik biji bunga dandelion di kawasan netral untuk persediaan obat," jawabnya yang memberiku ide.

"Bagaimana jika aku yang akan memetik biji bunga dan kau bisa mengantarkan piring-piring ini ke ruang rapat?" tanyaku berharap ia mau bertukar pekerjaan denganku.

"Boleh. Tapi kau harus berhati-hati. Di kawasan netral banyak terdapat Rogue yang berkeliaran disana," jawab Cristi dan memberi peringatan.

"Oke. Aku akan berhati-hati," jawabku menyetujui dan segera memberikan barang yang harus aku antar kepadanya.

"Baiklah. Akan aku antar ini dan kau berhati-hatilah." Aku menganggukkan kepalaku dan Cristi pun pergi menuju ruang rapat.

Sebelum pergi ke daerah netral, aku memutuskan untuk mengganti pakaianku dengan pakaian yang nyaman karena pakaian yang ini menyulitkanku untuk bergerak bebes.

Setelah perjalanan yang lumayan lama, akhirnya samapai juga aku di kewasan netral. Tinggal menemukan keberadaan bunga itu berada dan kembali ke pack hous.

Gerr..

Bunyi geraman terdengar dari balik semak-semak yang berada di depanku membuatku berjalan mundur perlahan menjauhinya.

Haap..
geerr..

Beberapa serigala meloncat dari semak-semak dan sekarang sudah berada tepat di depanku. Aku yerus berjalan mundur tapi langkahku terhenti melihat beberapa serigala lagi di belakangku. Mereka semua adalah Rogue. Yha, aku telah dikepung Rogue.

Aku memberanikan diriku dan segera berubah sifth dengan Eliska. Seriga merbulu coklat itu bersiap dalam posisi siap menyerang.

Salah satu Rogue tersebut melompat dan dengan cekatan Eliska menghindar dan mencakar lengan serigala tersebut. Namun serangan yek yerduga dari belakannya yang langsung menjatuhkan tubuh Eliska.

Eliska yang berada di bawah langsung mencakar perut serigala yang berada tepat di atasnya hingga  memancarkan darah segar dari sana.

Masih dalam keadaan kesakitan serigala tersebut mencakar lengan dan menorong tubuh Eliska hingga membentur pohon besar membuat tulang serasa patah.

Semua tubuhku terasa sakit. Tak ada tenaga sedikit pun yang tersisa. Berdiri pun rasanya tak mampu. Eliska yang sudah tidak kuat lagi berganti sifth denganku.

Para serigala itu menatapku tajam, seolah aku ini adalah mangsa mereka. Mereka melangkah perlahan mendekatiku yang sudah tergeletak lemas.

Cukup. Aku sudah pasrah. Mungkin inilah akhir hidupku. Dimangsa oleh Rogue dan tak dapat hidup bahagia bersama dengan Mateku. Mungkin aku bodoh telah menghindar darinya. Yha itu kebodohanku.

Perlahan pandanganku memudar dan semua menjadi gelap.

*****

Aku merasakan tidur di sebuah kasur yang sangat empuk dan halus. Ingin  rasanya aku berlama-lama tidur di tempat yang sangat nyaman ini. Apakah ini surga? Jika ia, mengapa aku tidak ke sini saja dari dulu.

Mataku terbuka. Apakah aku masih hidup? Apakah aku masih di dunia? Huh... ini kamar bodoh. Tapi kamar siapa?

"Au!" Lenganku terasa perih tapi sudah diperban. Siapa yang menolong dan mengobati lukaku.

Tunggu-tunggu. Aku merasa ada yang sedikit berbeda. Pakaian. Kenapa pakaianku berganti? Siapa yang mengganti pakaianku?

Aku langsung membuka selimut tebal yang menutupi tubuhku dengan perlahan, berharap tak ada yang mencurigakan di bawah sana.

Huh.. syukurlah tidak ada apa-apa, semuanya aman.

"Mate..mate..!" teriak Eliska di dalam sana dan diikuti oleh aroma kayu manis dan mint semakin kuat.

Klek..

Pandanganku langsung tertuju pada pintu yang bersuara. Sepertinya ada seseorang yang membuka pintu itu.

"Aaa!" Karna refleks aku berteriak, melihat seorang pria yang terlihat sangat kelelahan yang muncul dari palang pintu.

"Hai, ada apa?" Pria itu mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk dengan wajah yang ditutupi oleh rambut. Ia mendekatiku dengan wajahnya yang cemas. "Apa masih ada yang sakit?"

"Apakah dia Mate kita Naysa?" tanya Eliska tak yakin sekaligus takjub.

"Sepertinya seperti itu," jawabku sama tak yakinnya.

"Kau tidak apa-apa kan?" ucapnya kembali bertanya. Dengan cepat kugelengkan kepalakuemberi jawaban.

"Baiklah. Aku mau mandi dulu." Ia menepuk punuk kepalaku beberapa kali dan langsung membuka pintu yang kurasa itu pintu kamar mandi.

"Sepertinya dia baik dan berkedudukan tinggi," kata serigala itu memebak-nebak.

"Mengapa kau berpikiran seperti itu?" Tanyaku penasaran.

"Apa kau tidak melihat ia mencemaskan kita dan dia pasti juga yang menolong dan membawa kita ke sini. Dan lihatlah kamarnya! Sebesar dan senyaman ini tidaklah mungkin diberikan kepada orang biasa," balas Eliska logis.

"Bukan hanya itu, ia juga mengikuti pertemuan itu. Sudah pasti ia memegang jabatan penting di packnya. Uh.. senangnya," kata Eliska sangat senang di sana.

"Kenapa kau sepertinya tidak senang?"  tanya Eliska melihatku terdiam.

"Aku hanya takut. Bagaimana jika dia tau kita hanya seorang Maid? Apakah ia masih mau menerima kita menjadi Matenya? Apakah kita pantas menjadi Matenya?" ucapku lirih menjawab Eliska.

Klekk..

Pintu kamar mandi terbuka. Dengan cepat aku merebahkan tubuh membelakangi bagian kosong di samping dan menutup kembali kedua mataku, berpura-pura tertidur.

Tak lama aku merasa kasur bergerak. Sesaat kemudian semua menjadi gelap. Ia mematikan lampu dan berbaring di belakangku.

Aku berusaha tidur kembali sampai sebuah tangan melingkar di pinggangku. Dia memelukku dari belakang yang membuat jantungku berdetak tak karuan.

Tak ingin mengganggunya aku mencoba menormalkan jantungku dan membuat diriku senyaman mungkin dengan situasi ini. Memejamkan mata dan berusaha menarik diri ke alam mimpi.

*****

Suara dengkuran halus terdengar di telingaku. Pinggangku serasa ada yang menindihi. Dan tunggu. Apa yang aku pegang.

Aku bukak kedua mataku perlahan. Dan betapa kagetnya aku melihat dada bidang seorang pria, siapa lagi jika bukan Mateku. Untung dia masih tertidur.

Bukannya tadi malam adu membelakanginya, kenapa aku bisa berhadapan seperti ini?

"Nasya, lihatlah wajahnya. Ia begitu tampan. Rahang tegas, hidung mancung, alis yang tebal, dan dibir yang penuh itu. Dan badan yang sempurna ini," ucap Eliska memujinya.

"Sudah puaskah kau memujinya?" balasku ketus. Bukannya memikirkan bagai mana terlepas dari tangan yang memelukku ini dia malah memujinya.

Aku mencoba melepaskan pelulannya dan memindahkan tangan besarnya itu dari tubuhku. Pelan pelan, pelan pelan. Mampus! Dia bangun.

"Kau sudah bangun?" Dia menatapku hangat. Aku membalas tatapan itu dan memberikan senyuman kecil sebagai jawaban.

Ia melepaskan pelukannya dan mengambil posisi duduk. Ia mengusap matanya sebentar dan berdiri.

"Eh.. mau kemana?" Melihat itu aku langsung mengambil posisi duduk dan memanggilnya.

"Ada apa?" Ia menatapku lagi.

"Ada yang ingin aku bicarakan." kulihat dahinya berkerut. "Ini soal latar belakangku yang sekarang juga harus kamu ketahui."

Yha, aku memutuskan untuk memberitahunya sekarang. Aku tak inggin setelah aku merasa nyaman dengannya dia tau semua itu dan pergi meninggalkanku. Jika ia tak inggin menerimaku ia bisa pergi di awal, itu lebih balik.

"Sebenarnya aku-." Ayolah! Mengapa aku merasa tidak yakin mengetakannya seperti ini. Yakinlah Nasya! Ini yang terbaik.

"Sebenarnya aku-."

.

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

Part ini dari sudut pandang Nesya aja. Aurora sama Devan lagi capek mungkin.
Aku juga kagak tau kenapa sudut pangangnya panjang baget samai-sampai menuhin satu part.

Di part selanjutnya Devan dan Rora pasti muncul lagi kok. Ditunggu yha...

Maaf jika masih ada typo.

Aku juga minta vote dan komennya
Sekian terima kasih
❤❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

975K 76.3K 58
[Sequel of I'm The Queen of Demon Kingdom] Evander Nicolas Harrison, putra dari Lord Xavier kini telah menjadi penerus kerajaan Demon, King of Demon...
1.6M 92.4K 61
Highest Ranking : 2 in Fantasy Bagaimana jika kehidupanmu yang awalnya biasa-biasa saja menjadi berubah karena bertemu laki-laki aneh yang mengaku ba...
748K 59.2K 63
Mempunyai wajah tampan dan diketahui semua orang adalah hal yang biasa. Tapi tidak dengan Daffin. Sosoknya seperti robot tampan yang selalu menutup w...
3.4M 364K 61
Di akhir kehidupannya, Nara sangat menyesal telah meragukan Isaac dan lebih memilih George yang menghancurkannya tanpa sisa. Merebut hartanya dan mem...