Dear friends, Kalian udah follow akim wattpad aku belum 😭😭
*****
Yang terpenting adalah kamu bahagia bersamaku.
-
-
Afiqah membuka mata, yang pertama kalinya ia lihat adalah Arsena. Suasana rumah sakit membuatnya bingung. Kenapa ia disini? Bayangan ia jatuh dari motor dan darah yang mengalir di kakinya. Seketika ia teringat akan bayinya. Ia langsung panik memegang perutnya. Badannya masih terasa sakit walau tidak sesakit tadi.
"Mas bayiku..." ujar Afiqah sedih, ia memegang tangan Arsena erat, bayangan akan kejadian itu sungguh menakutkan. Ia tidak bisa membayangkan jika ia harus kehilangan anaknya.
"Tenang dek, bayi kita selamat." Jawab Arsena menenangkan. Dokter bilang istrinya tidak boleh panik. Jika panik maka akan mengganggu bayinya dan kesehatannya.
"Benarkah?" Tanya Afiqah Tak yakin. Karena darah yang ia lihat tadi banyak. Kata orang kalau pendarahan itu bisa membuat keguguran. Arsena mengelus kepala Afiqah lalu mengecup keningnya lembut.
"Iya sayang bayi kita-kan kuat seperti ayahnya." Afiqah bernapas lega. Ia bersyukur anaknya selamat. Afiqah mengelus perutnya lembut. Ia berterimakasih kepada Allah yang menjaga anaknya dengan baik.
"Alhamdulillah mas."
Disaat itu Afiqah baru menyadari jika wajah Arsena terluka. Gadis itu menarik kepala Arsena dengan kepalanya. Afiqah menyentuh luka itu perlahan. Ada luka di sepanjang wajah pria itu di dekat bibir. Tapi Arsena masih terlihat tampan di matanya.
"Mas habis jatuh?" Tanya Afiqah khawatir.
"Iya." Kemudian Afiqah menangkup wajah Arsena. Ia mengecup luka-luka Arsena. Lalu meniupnya pelan. Hal itu membuat Arsena terpaku.
"Biar cepat sembuh." Afiqah tersenyum sambil mengatakan itu. Arsena masih tidak fokus. Ia diam mencerna apa yang dilakukan Afiqah yang nampak sedikit lebih agresif dari biasanya. Bibir itu masih terasa lembut di kulitnya.
"Mas." Panggil Afiqah melihat suaminya hanya diam saja.
"Iya." Jawab Arsena gelagapan.
"Enak mana mas di cium aspal atau di cium Afi." Arsena terkekeh mendengarnya, matanya memandang bibir Afiqah lekat-lekat. Ya jelas enak cium istrinya dari pada Aspal yang bikin bibirnya Jontor.
Rasanya Arsena ingin mencium bibir gadis itu. Ia memajukan wajahnya ingin mencium bibir lembut Afiqah. Namun suara deheman membuat Arsena mundur. Ia sedikit kesal karena gagal. Selalu saja orang ini yang mengagalkannya.
"HM...HM.."
"Ini mas bonekanya. Tas bajunya Pangeran taruh sini." Ujar Pangeran menyerahkan boneka serigala ke Arsena sambil menaruh tas yang di tenteng. Pangeran sudah kembali dengan tampilan yang lebih fresh dari sebelumnya walau lukanya masih sakit. Pria itu mengenakan celana pendek dan kaos yang di selimuti jaket hitam.
"Wah ada Nana." Seru Afiqah membuat ke dua laki-laki itu menoleh. Bingung dengan Nana yang Afiqah maksud.
"Nana itu siapa dek?" Tanya Arsena perasaan tidak ada siapa-siapa. Jangan-jangan gadis itu berhalusinasi karena kecelakaan. Arsena jadi khawatir.
"Itu boneka yang di pegang mas Arse."
"Ha?"
"Siniin mas." Arsena menyerahkan boneka itu.
"Jadi kamu namain boneka ini Nana. Katanya dia mirip mas? Bukannya dia laki-laki kok dikasih nama cewe toh dek." Pengeran tertawa mendengar percakapan ke dua pasangan ini.
"Iya, nama mas-kan Arsena. Terus Afiqah ambil nama terakhir mas Na, biar imut jadi Afi tambahin jadi Nana." Jelas Afiqah sambil memeluk Bonekanya sayang. Arsena hanya bisa menepuk jidat mendengar itu. Untung saja bukan dia yang di panggil Nana. Turunlah pasarannya sebagai pria gagah dan macho. Tapi bukannya perempuan itu menyamankannya dengan boneka itu. Berarti dia jugakan.
"Yang penting kamu bahagia dek." Ujar Arsena ia sudah biasa menghadapi yang seperti ini. Resiko menikah dengan anak kecil.
"Kalau mas yang Afiqah panggil mas Nana gimana?" Tawa pangeran menggelegar mendengar itu. Arsena hanya bisa menghela napas sabar.
Kemudian Rehan dan Ririn kedua orang tua Afiqah memasuki ruangan tempat dimana anaknya di rawat. Mereka menatap Afiqah khawatir. Mendengar berita jika anaknya jatuh mereka langsung ke rumah sakit. Di sana ada Arsena dan Pangeran menjaga anaknya.
"Assalamualaikum." Ujar Ririn. Mendengar itu Arsena dan Pangeran bangkit untuk salam dengan Rehan dan Ririn.
"Waalaikumsalam." Lalu mereka saling bertegur sapa. Ririn menenteng makanan yang di bawa.
"Kamu mandi dulu Arsena terus makan." Ujar Ririn melihat Arsena masih mengenakan seragam kepolisian. Ririn sedikit khawatir dengan tampilan Arsena yang begitu berantakan.
Arsena menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan Rehan sudah makan dengan Pangeran dan Afiqah.
"Iya mas biar ngak bau." Suara Afiqah membuat Arsena mendelik tajam. Bau-bau gini juga di ciumin dari tadi.
"Baik Bu." Arsena masuk ke dalam kamar mandi sambil mengambil tas yang di bawa Pangeran tadi.
****
Dua hari setelah kepulangan dari rumah sakit. Arsena semakin over protective kepada Afiqah. Bahkan ia selalu mengecek keadaan istrinya itu satu jam sekali di saat kerja. Hal itu membuat Afiqah sedikit sebal. Saat ini ia sedang bersama Dhea nonton drama Korea di rumahnya. Sebenarnya mereka ingin nonton bioskop tapi seperti biasa Arsena melarangnya.
"Fi, kamu udah punya baju buat prom night di acara perpisahan?" Tanya Dhea sambil memakan apel yang di potong Afiqah. Mereka masih menonton salah satu drama Korea yang dimainkan aktor Lee min ho.
"Belum beli. Kalau kamu?"
"Sudah kemarin, aku beli online lumayan lagi diskon dan gratis ongkir."
"Nanti aku beli sama mas Arse aja."
"Katanya adik iparmu nanti juga tampil ngisi acara loh." Sahut Dhea teringat ucapan Leo ketua angkatan tahun mereka yang mempersiapkan acara perpisahan anak kelas tiga.
"Ngisi apa si Pangeran? Emang dia punya bakat apa selain bikin kacau." Jawab Afiqah asal. Mengingat Pangeran itu sukanya berantem dan lain-lainnya.
"Musikalisasi puisi kayaknya."
"Oh. Biarin lah yang penting dia ngak tawuran."
"Dhe, nanti Mas Arse bisa ikut ngak masuk ke acara." Ujar Afiqah mengingat sikap over Arsena akhir-akhir ini sehabis peristiwa kecelakaan itu. Jika tidak ada pria itu pasti dia tidak diizinkan melakukan apapun.
"Nggak bisalah. Kecuali Mas-mu itu murid kelas 3 di SMA kita." Balas Dhea sambil tertawa.
"Gawat ini pasti aku ngak bisa ikut. Acara tiga tahun sekali seumur hidup dan aku tidak bisa mengikutinya. Rasanya menyakitkan sekali." Afiqah sedih, lalu menaruh kepalanya di bantal. Mereka berbaring di karpet ruang tamu sambil menonton. Tayangan drama terasa tak menarik lagi. Afiqah ingin datang ke acara itu. Kapan lagi bisa menghadiri acara seperti itu? Apalagi ada pesta dansa dan juga topeng di sana. Pasti seru sekali.
"Gimana Dhe, biar mas Arse kasih izin?" Tanya Afiqah bingung.
"Rayu aja."
"Nggak mempan nanti malah aku yang di rayu sama dia." Sahut Afiqah selama ini disaat ia melakukan hal yang tidak di bolehkan oleh Arsen. Pasti pria itu akan menggunakan kata-kata yang halus dan lembut yang mampu membolak-balikkan hatinya sehingga dia mau tidak mau menuruti Arsena.
"Bilang aja kamu lagi ngidam."
"Ide bagus!!!"
"Makasih Dhea."
"Sama-sama."
****
Jangan lupa like dan comentnya ya :) share juga cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ngak Baper sendirian wkwkwkk..
Instagram @wgulla_