Bintang

By dyawp_

13.5K 2.4K 4.2K

"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan cuma diam. Biar orang yang sayang sama lo tahu apa yang harus dia lakukan."... More

"BINTANG"
(1)Bertemu
(2)Perkataan
(3)Rencana
(4)Janji
(5)Keadilan
(6)Kabar
(7)Cafe
(8)Hanya Rindu
(9)Keong Mas
(10)Es krim
(11)Bucin Akut
(12)Pulang bareng
(13)UKS
(14)Mainan
(15)Pulpen
(16)Lomba
(17)Lapangan bola tenis
(19)Sebuah lagu
(20)Rumah Sakit
(21)Ditolak sebelum menembak
(22)Pacaran yuk!
(23)Lapangan bola tenis 2
(24)Sakit?
(25)Ada apa?
(26)Kenapa?

(18)Berubah

321 55 111
By dyawp_


"Lo sakit apa sih sebenernya?" tanya Bintang melirik Airin yang sedang mendongak dan menyumpal hidungnya dengan tissue yang tadi dibelikan Bintang.

Airin menggeleng sebagai jawaban.

Kini keduanya sedang duduk berhadapan di pos kampling yang ramai setiap malam, tapi sepi saat siang begini.

Bintang mengendikan bahu saja, tidak menuntut jawaban Airin yang tak memuaskan baginya. Cowok itu lebih memilih meneguk air mineralnya.

"Jadi kita balikan?" tanya Airin.

Bintang mengusap bibirnya yang basah sehabis minum tadi dengan punggung tangannya,
"Nggak," jawabnya santai.

Airin menoleh, agak membelalak matanya.
Nih cowok plin plan banget dah kek cewek, batinnya.

Airin mengalihkan wajah ganti menatap sepatunya. Kakinya ia selonjorkan, bersebrangan dengan kaki Bintang. Cewek itu diam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Bukan masalah tentang  hubungannya dengan Bintang. Melainkan masalah pada diri sendiri yang Airin bingungkan.

Bintang juga diam. Menyandarkan tubuhnya pada tembok pos. Bermain bola tenis dan mengendong Airin sambil berlari membuatnya lelah. Ia jadi berfikir, kenapa dirinya cemas saat Airin mimisan tadi.

Apa Bintang mulai peduli dengan Airin?

Dari awal Bintang peduli kok. Inget waktu Airin tiba-tiba minta nebeng pas Bintang nganterin kue? Bintang dengan lapang dada membiarkan gadis itu.

Dan kejadian di belakang rumah sakit? Bintang menemani Airin yang sedang menangis sendirian.

Kurang peduli apa coba.

Bintang mah sama siapa saja peduli.

Apa jangan-jangan.

Ah. Bintang jadi teringat tindakannya tadi pagi. Yang hampir saja mengakui. Tentang perasaannya yang belum pasti. Untung saja tidak jadi. Ia perlu memikirkannya kembali. Agar tak menyesal nanti.

"Gue ... capek," lirih Airin memecah keheningan, lalu terdengar helaan nafas panjang cewek itu.

Bintang membuka mulut ingin menjawabi tapi seketika bungkam ketika dilihatnya cewek itu menunduk lesu, memandang sepatunya sendiri dengan pandangan yang kosong.

Bintang menipiskan bibir. Ia tahu bukan lelah karena sehabis bermain tenis yang dimaksud Airin. Melainkan karena lelah menghadapi kehidupan.

"Perkataan lo kemarin bener Bin." Airin tersenyum sedih. "Gue jadiin mereka pelarian. Tanpa tahu perasaan mereka," cewek itu menggigit bibir bawahnya sesaat.

"Gue gak pernah pake hati saat berhubungan. Karena mereka juga gak tulus sama gue. Gue tahu mereka juga main-main sama gue. Mereka pacarin gue buat pamerin ke temennya, bangga-banggain punya cewek yang cantik, famous, gaul, hits, dan tajir kayak gue." Airin mendengkus, teringat biadab cowok-cowok yang pernah ia pacari.

"Lo gak berfikir kalau semua cowok sama kan?" Bintang agak menegakan tubuh melirik Airin.

"Entahlah. Lo beda jauh sama Shawn Mendes," jawab Airin.

"Gak lucu!" cibir Bintang.

"Gue nggak lagi ngelawak. Gue cuma ngejawab." Airin mengendikan bahu tak peduli.

"Kayaknya gue mesti berubah," ujar Airin.

"Apa? Jadi mermaid?" Bintang menimpali. "Mau gue bantu siram?" tawarnya sudah siap membuka tutup botol air mineralnya.

"Gue serius!" ketus Airin, matanya mendelik kesal pada Bintang. Kemudian cewek itu beranjak dari duduknya. "Tau ah! Gue pulang, bye!"
Airin sudah tidak mood lagi dengan Bintang. Cowok itu benar-benar menyebalkan.

Bintang menoleh, memperhatikan Airin yang berjalan pergi. Ia entah kenapa ikut berdiri lalu berlari mengejar Airin.

"Dih! Ngambek." Bintang mencibir dan kini melangkah bersamaan dengan Airin.

Airin mengerucutkan bibir tak menghiraukan Bintang. Membuat Bintang gemas sendiri melihat pipi gadis itu. Mirip pipi Angkasa yang sering diunyel-unyel olehnya.

Bintang yang tak tahan, akhirnya maju. Menghalangi jalan Airin. Menatap lekat gadis itu yang akan memprotes.

"Gue juga serius!" tegas Bintang.

Cup.

Bintang mencium pipi kiri Airin sekilas.

Airin terkesiap.

Bintang memundurkan wajah dengan tegang. Mendelik kecil tak sadar apa yang dilakukannya. Cowok itu kemudian berbalik. Melangkah dengan langkah-langkah lebar dan cepat. Yang semakin lama jadi berlari, melarikan diri. Pergi meninggalkan Airin yang tengah mati kutu. Seperti dikutuk menjadi batu.

Perlahan Airin menyentuh pipi kirinya. Seketika mukanya memanas. Ia mengerjap sadar. Jadi tersenyum kecil. Hatinya seakan melambung terbang tinggi. Jujur, ia belum pernah merasakan perasaan yang mendebarkan seperti ini.

Ah. Dari awal Airin tahu, cowok itu berbeda. Tak sama dengan yang lainnya. Sifatnya yang aneh dan sulit ditebaknya itu seakan menjadi ciri khasnya, untuk selalu Airin ingat.

Di tempat lain, Bintang berbelok dan berhenti. Nafasnya terengah karena berlari dan juga efek kejadian tadi. Ia menoleh kanan kiri. Sepi. Syukurlah. Semoga saja tidak ada tetangga yang lihat. Ia menghela nafas.

APA SIH YANG DILAKUIN BINTANG TADI?

HAAAAAA

Tapi, tadi.

Pipinya Airin kayak pipi Angkasa, halus dan wangi banget.

Bintang jadi merona. Ia memegangi dada kirinya. Membuang nafas banyak dari mulut sampai pipinya ikut menggembung. Cowok ini sedang mencoba menenangkan gejolak di dadanya yang sangat mendebarkan. Ia tak kuasa untuk tersenyum lebar.

Bintang jadi melompat-lompat kecil kesenengan, sambil memutar tubuh.
Ia berbalik lalu merentangkan tangannya. Kembali berjalan untuk pulang ke rumah.

Dengan senyum yang masih ada, ia berjalan dengan langkah riang. Seperti anak tk yang diajak berwisata.

Tak memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika bertemu Airin esok harinya.

Seperti sekarang. Hari senin pagi. Di koridor bawah saat akan menaiki tangga kelas dua belas. Bintang tak sengaja bertemu Airin. Bukan hanya Bintang yang kaget, cewek itu juga sama. Airin menyapa Bintang agak canggung yang juga dibalas Bintang sama canggungnya.

Bintang mengekori Airin yang lebih dulu menaiki tangga. Keduanya menaiki tangga dalam diam. Sama-sama tak ada yang berbicara. Di tangga ini pun sepi. Hanya ada Bintang dan Airin, seperti di film-film yang sudah diskenario saja. Sampai di tangga ujung, cewek itu berbalik.

"Hari ini gue mau minta maaf sama Nindy."

Bintang menoleh merasa gadis itu berbicara dengannya, karena hanya Bintang yang ada disitu. Entah kenapa hanya ada Bintang dan Airin sedari tadi. Dan Bintang baru menyadarinya.

"Eh? Mau gue temenin?" tawar Bintang yang kemudian mendapat gelengan kepala dari gadis itu. Bintang bersyukur dalam hati. Tawaran tadi sebenarnya hanya spontan saja karena jujur ia masih blank saat ini.

Airin berbalik setelah pamit. Berjalan ke koridor kelas dua belas IPA.

"Airin!" panggil Bintang tak tahan juga sedari tadi terus menimang-nimang dalam hati.

Gadis itu menoleh, membalikan badannya. Berdiri sekitar tiga meter dari Bintang.

Bintang jadi menggigit bibir, melihat wajah Airin yang cantik sekali saat menoleh. Dan kini gadis itu menatapnya dengan alis tinggi seakan bertanya "ada apa?"

"Nanti jangan lupa nonton ...," ujar Bintang lalu menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuknya yang sedikit bergetar. Ia grogi. "Di lapangan ...." Bintang meneguk ludah susah payah,
"Gue nyanyiin lagunya buat lo," ucap Bintang lalu berbalik pergi.

Airin mengernyit tak paham. Tapi tak lama tersenyum lebar sambil menatap punggung Bintang yang menjauh berjalan di koridor IPS. Ia jadi menggeleng pelan, menyadari sesuatu. Bahwa sedari kemarin sikap Bintang terlihat aneh.

Dan Bintang, menahan untuk tidak menoleh ke belakang. Tangannya dimasukan ke kedua saku celana panjang abunya. Ia menghela nafas. Bingung sendiri dengan kelakuannya yang berubah akhir-akhir ini. Tanpa sadar ia mulai sering memikirkan Airin. Tidak menyangka pagi-pagi akan bertemu dengan penampilan Airin yang—

Eh?

Bintang mengerutkan dahi. Teringat sesuatu. Tadi penampilan Airin sedikit berbeda. Roknya menutupi lutut dan lengannya tak lagi ditekuk.

Dan tadi.

Cewek itu bilang akan meminta maaf pada Nindy.

Airin benar-benar mau berubah ya?




















⭐⭐⭐

JANGAN LUPA

VOTE+COMENT+SHARE

TERIMA KASIH




Continue Reading

You'll Also Like

577K 46.8K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

530K 25K 49
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
610K 22.6K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
746K 50.7K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...