"Kamu yakin mau berangkat sekolah?"
Hana tersenyum menatap malaikat yang membawanya ke dunia. Memaklumi kekhawatiran yang melanda sang ibunda.
"Nggak papa, Mi. Nanti kalau di rumah terus Hana jadi suntuk. Kalau di sekolah bisa ketemu pangeran Lukas. Dijamin sembuh, deh." Ucap Hana.
Wanita itupun terpaksa menganggguk, "Yaudah kalau itu mau Hana, hari ini mama pulang malem. Nggak papa, kan?"
Hana mengangguk walau batinnya kecewa. Ingin rasanya merasakan quality time bersama Ibunya.
"Nggak papa. Yaudah, Hana berangkat dulu, ya?" Ujar Hana lalu menyalimi tangan Winda.
"Mang, tolong titip Hana, ya?" Ujar Winda kepada sopir pribadi keluarganya.
"SIAP nyonya. Ayo neng Hana."
Hana mengangguk lalu memasuki mobil yang akan membawannya menuju SMA Cakrawala.
◎◎◎◎◎
Lukas berjalan tenang, walau terkadang raut garangnya ia perlihatkan kepada orang-orang yang tidak sengaja menyenggolnya. Selangkah lagi dirinya memasuki kelas. Bernapas lega karena tidak ada teriakan cempreng yang sering membuat langkahnya tertunda.
Lukas duduk di bangkunya. Merasakan ketenangan yang adem ayem tanpa gangguan dari gadis rempong yang setahun ini mengganggu hidupnya.
Siapa lagi kalau bukan Si Ratu Penghalu.
"Woy nyet."
Panggilan itu membuat Lukas terpaksa mendongakkan kepalanya, menatap malas dua insan yang berdiri di hadapannya.
"Apa?" Sahutnya malas.
"Hari ini Hana kesini, nggak?" Tanya Nova.
Lukas menggeleng, "Bagus."
Reyhan dan Nova mengerutkan keningnya, tidak biasanya Hana seperti ini. Pasti cewek itu akan rajin mengunjungi kelas Lukas setiap pagi.
"Beneran nggak kesini? Atau jangan-jangan dia udah ada niatan buat ninggalin lo?" Ejek Nova yang mengundang tawa dari Reyhan.
Mereka berdua tergelak. Mengabaikan tatapan tajam dari Lukas.
"Bagus lah. Hidup gue jadi tenang. Nggak ada lagi orang gila yang ganggu." Jawab Lukas sewot.
"Bener?" Goda Reyhan sambil menaik turunkan alis kirinya.
"Nggak kangen?" Timpal Nova.
"Nggak kesepian?"
"Nggak ada yang merhatiin lagi, dong?"
"Nggak ada yang disayang-sayang lagi, dong?"
"Nggak-"
"PERGI LO BERDUA, KAMPRET!" Teriak Lukas jengkel. Dua sahabatnya ini memang sering menganggunya.
Reyhan dan Nova tertawa ngakak. Raut wajah Lukas mirip dengan harimau yang ingin memakan mangsanya.
Entah kenapa, ucapan Nova tadi berhasil menganggu pikirannya
Gue kenapa, sih? -decaknya dalam hati.
◎◎◎◎
Setelah memasuki area sekolah, Hana langsung pergi ke kelas. Meninggalkan kebiasaannya mengunjungi kelas Lukas.
"Hari ini lo bebas dari gue dulu, jodohku." Gumamnya sambil berjalan.
Dengan sesekali memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, juga hidung yang memerah karena flu, akhirnya Hana sampai di kelasnya.
Buru-buru ia meletakkan tasnya di meja kemudian menidurkan kepalanya dengan tas yang dijadikan bantal. Matanya terpejam dengan bibir sedikit terbuka karena susah bernapas melalui hidungnya yang tersumbat.
"HANA!"
Teriakan dari gadis berambut sebahu, dengan nametag Rahel itu membuat Hana terlonjak kaget. Pusing di kepalanya semakin bertambah parah saja.
"Lo gila?" Hana berdecak malas.
"Gue hari ini masuk, loh. Setelah seminggu izin."
"Nggak nanya." Jawab Hana cuek membuat Rahel meniup poninya kesal. Menatap sahabatnya yang tengah dalam keadaan mengenaskan. Matanya sayu, hidungnya memerah juga pipinya, bibirnya yang biasanya berwarna merah muda kini nampak sedikit pucat.
"Astaga! Lo sakit?"
Hana lagi-lagi berdecak, kenapa sahabatnya ini masuk sekolah disaat kondisinya sedang tidak fit seperti ini? Rahel itu hobi membuat darah tinggi.
"Aduhhh kasian banget kembaran gue. Lo mau ke UKS? Atau mau gue beliin sesuatu ke kantin? Atau mau ke WC tapi nggak berani? Atau mau gue panggilin Babang Lukas?" Rahel berceloteh panjang lebar.
"Lo diem atau gue soltip mulut lo."
Rahel nyengir, "Lo kalau sakit suka galak deh. Mirip Babang Lukas."
"Berhenti panggil Lukas dengan sebutan Babang."
"Terus, kalau gue panggil Ayang emang boleh?"
Ucapan Rahel berhasil membuat Hana menegakkan kepalanya lagi. Berkacak pinggang lalu mengarahkan jari telunjuknya tepat ke arah wajah Rahel.
"Lo panggil jodoh gue pakai sebutan 'ayang' lagi, gue kick lo sekarang juga."
◎◎◎◎
Lukas mengamati gadis di depannya. Benar-benar mengenaskan kondisinya. Bahkan sekarang, pita kuning disisi kiri kepalanya tampak miring.
Lukas menempelkan punggung tangannya ke arah jidat Hana. Panas.
"Lo sakit?" Tanya Lukas pada Hana.
Hana mengangguk lesu, bibirnya ia tarik ke bawah seakan-akan ingin mewek.
"Gara-gara kemarin?" Tanya Lukas lagi.
"Mungkin."
"Maaf, ya?"
Hana mengerutkan keningnya, "Kenapa?"
Lukas menatap Hana dengan sorot bersalah, "Maaf, gara-gara Adel lo jadi sakit kayak gini."
Ide jahil muncul di otak Hana, mumpung Lukas sedang seperti ini. Mungkin ini kesempatan yang bagus untuk mengerjainya, lagi pula kesempatan kedua belum tentu ada, kan?
"HUAAAAA!!!!!" Teriak Hana kencang, membuat Lukas yang sedang menundukkan kepalanya langsung mendongak, menatap Hana bingung karena tiba-tiba menangis.
"Woy, kenapa?" Tanya Lukas bingung.
Hana mengucek matanya yang berhasil mengeluarkan matanya. Bagus juga aktingnya.
"Pokoknya lo harus bikinin puisi cinta yang bisa bikin gue baper."
"APA?!"
"Gue nangis lagi kalau gitu, HUAA!!"
Lukas gregetan dengan gadis di depannya ini. Ingin rasanya ia melindasnya menggunakan tronton. Namun mengingat Hana yang sedang sakit sekarang akibat ulah adiknya, Lukas jadi mikir dua kali.
Dengan pasrah Lukas mengangguk, dirinya tak mau disangka yang tidak-tidak oleh siswa-siswi SMA Cakrawala yang tengah menatap mereka berdua.
Apalagi ini di kantin!
"Dengerin." Ucap Lukas jengkel, berdehem pelan bersiap untuk mengeluarkan rangkaian kata puisinya.
Wahai Hana Si Ratu Penghalu
Ocehanmu yang selalu menggangguku itu bagaikan kicauan burung gagak
Rupamu yang elok mirip setan bolong di siang hari
Tubuhmu yang langsing bagaikan gajah tersengat lebah
Gigimu yang gingsul bagaikan taring para drakula
Oh Hana....
Kau gadis yang manis bagaikan permen Mixagrip
Seakan tersihir oleh suara Lukas, seluruh penduduk kantin mendadak diam.
Hana mematung di tempat, pipinya merah merona. Tubuhnya lemas seketika. Terhipnotis dengan suara berat Lukas yang membawakan puisi cinta untuknya. Baper. Itu yang dirasanya.
"Gue mau pingsan kayaknya."
"Ja-"
Brukkk
Belum sempat Lukas mencegah, cewek itu sudah lunglai di pelukannya.
Semua pasang mata terkejut, bukan terkejut karena Hana pingsan. Namun terkejut karena cewek itu masih saja baper dengan Lukas padahal jelas-jelas puisi tadi malah terkesan mengejeknya.
Dasar, Hana.
Terlalu polos.
◎◎◎◎◎
Ada yang mau dibuatin puisi sama Lukas, nggak? Hehehe😁
Salam,
Ia💟